Ingatkan aku, bahwa aku hanya akan kehilanganmu untuk sementara waktu bukan selamanya. Tetapi aku sangat berharap jika hal itu tidak terjadi walaupun kenyataannya akan tiba saatnya.
- Fanny Cheryl G.
•••••••••••••••••••••••••••
"Kira-kira gue nanti dapat peringkat berapa ya Fan?" ucap Raina kepada Fanny saat ini mereka sedang berada diluar kelas hanya sekedar duduk-duduk santai dikursi yang tersedia didepan kelas mereka, yang ditanyai justru mendengus kesal, ya mana Fanny tau kan Fanny ikan-eh bukan."Kira-kira jodoh gue siapa ya Rain?" ucap Fanny dengan niat ingin balas dendam.
"Lo aneh deh Fan nanya begituan ke gue!"
"Lo aneh deh Rain nanya begituan ke gue!"
Raina mengerucutkan bibirnya tanda bahwa dirinya tengah kesal kepada Fanny sedangkan Fanny justru mengulum senyum, lebih tepatnya senyum kemenangan. Bicara tentang peringkat, hari ini adalah hari terakhir HUT sekolah jadi tiba hari dimana seluruh murid SMA Athala menerima hasil dari kerja keras mereka selama ujian.
Pandangan Fanny dan Raina mengarah kepada para wali murid yang sudah datang untuk mengambil raport anak mereka masing-masing, berbeda dengan kedua gadis itu yang tengah menanti wali mereka.
Helaan nafas kasar keluar dari hidung Raina membuat Fanny menoleh dengan ekspresi bingungnya, saat matanya menangkap raut wajah Raina yang terlihat sedih.
"Kenapa Rain?"
"Tante gue mau nggak ya Fan ngambil raport gue" ucap Raina dengan tatapan sendunya membuat Fanny terdiam, Fanny ingat betul jika tantenya Raina dulu tidak mau mengambil raport milik Raina dengan alasan selalu dibarengi mengambil raport milik anaknya sendiri dan berakhir raport Raina tidak gadis itu ambil.
Raina tinggal disini bersama tante dan keponakannya sedangkan kedua orang tuanya mencari nafkah keluar kota.
"Lo..udah ngasih undangannya?" ucap Fanny dengan berhati-hati.
"Udah Fan, udah gue kasih tapi tante gue selalu bilang iya gampang." Raina tertawa pedih sedangkan Fanny merasa iba dengan keadaan Raina, jika saja raport boleh diwakilkan mungkin Fanny akan meminta tolong kepada Felcia agar mengambilkannya tetapi peraturan sekolah tidak diperbolehkan begitu.
"Lo bicara sama Bu Endang aja gih kalau emang tante lo nanti nggak ngambil raport punya lo" saran Fanny namun Raina menggeleng pelan membuat alis Fanny berkerut.
"Raport nggak penting Fan, nggak perlu gue ambil biarin sekolah aja yang nyimpen justru bikin gue tenang karena nggak bakal ilang." Raina terkekeh pelan tetapi Fanny yakin itu hanyalah topeng yang Raina kenakan.
"Raport apa Nico nih?" goda Fanny yang diikuti dengan kekehan kemudian Raina juga ikut tertawa.
Tanpa mereka sadari ada dua wanita paruh baya dan seorang lelaki yang berjalan ke arah Fanny dan Raina, seorang lelaki itu berdehem membuat kedua gadis yang tengah tertawa tadi berhenti dengan kegiatan mereka.
"Tante Felcia dateng bukannya disambut malah enak-enakkan duduk disini," ucap Alfin kepada Fanny, yeah lelaki itu adalah Alfin bersama tante Sita dan Ibu Fanny-Felcia.
"Ya kan Ibu udah tau kelas gue dimana," sahut Fanny tidak mau kalah sedangkan Raina tersenyum kaku karena pandangannya bertemu dengan kedua Ibu orang yang tengah berdebat itu.
"Lo jangan jadi anak durhaka Fan"
"Enak aja! Gue nggak durhaka!"
Kedua Ibu mereka hanya bisa menggelengkan kepala melihat anak mereka yang tengah beradu mulut, "Mama sama tante Felcia mau masuk ke kelas dulu ya Fin," pamit Sita kemudian diikuti oleh Felcia dan berakhir Alfin juga bergabung bersama teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanny
Teen Fiction- Judul sebelumnya Quickly Passed - Kisah tentang dua orang lawan jenis yang menjalin suatu hubungan persahabatan. Menghabiskan waktu berdua, saling bertukar gombalan, dan perhatian satu sama lain membuat hidup mereka seakan saling bergantung. 10 ta...