04 - Masih Alfin

36 6 0
                                    

Yeayy dah sabtu malam aja nih, besok minggu tapi sekarang sama aja deh. Semua hari itu bagiku minggu🤣🤣

Ada yang setia nungguin Fanny update nggak nih? 😥

Dari tadi seharusnya udah update tapi baru bisa sekarang, sibuk bat huhu ini aja baru selese.

dah ya, kita jumpa lagi sabdep.

Happy Reading ♥

-----------------------------------------------------------

Fanny berhenti tepat dihadapan lelaki yang mengirimnya sebuah pesan dengan nafas yang tersenggal-senggal, Alfin. Lelaki itu adalah Alfin siapa lagi memang, pesan yang ia terima terbacakan jika Alfin berada didepan rumahnya membuat Fanny bergegas turun lebih parahnya lagi terburu-buru menghampirinya.

Masih dengan seragam yang melekat dibadannya, Fanny lupa untuk mengganti pakaiannya. Namun Alfin sama dengannya masih mengenakan seragam sekolah, bisa ditebak jika lelaki itu baru saja pulang sekolah.

"Lo telat 1 detik sampai disini."

Fanny melongo mendengar penuturan dari Alfin, hanya 1 detik haruskah dipermasalahkan? Lagipula dia pikir jalan kaki bisa secepat roket.

Fanny mendengus kesal. "Ya maap gue lupa!"

"Untung gue belum pulang," ucap Alfin dengan nada sedikit sombong membuat Fanny lagi-lagi mendengus kesal.

Sudah menjadi kebiasaan bagi Fanny dan Alfin jika sepulang sekolah pasti Alfin berhenti didepan rumah Fanny lebih dulu biasanya juga Fanny yang menunggu Alfin namun kali ini gadis itu lupa hingga membuat Alfin harus menunggu, padahal sama saja dengan Fanny yang lebih banyak menunggu.

Kebiasaan itu berawal saat Alfin masih bersekolah di taman kanak-kanak dan sedangkan Fanny belum sekolah, entah mengapa Fanny selalu menyukai kehadiran Alfin. Mungkin karena Alfin satu-satunya teman yang ia miliki saat itu.

Alfin juga tidak merasa keberatan berhenti sejenak sekedar untuk bercerita ala bahasa anak kecil saat itu, senyum ceria selalu terpancar diwajah Fanny. Alfin selalu tahu bagaimana cara membuat gadis itu merasa senang bahkan sekalipun ia tidak pernah merasa dikecewakan.

Fanny pernah mengganggu Alfin saat lelaki itu sedang bermain dengan temannya tetapi tidak membuat Alfin marah, justru Alfin lebih mementingkan kehadiran Fanny daripada bermain dengan temannya.

Fanny sangat mengidolakan sosok Alfin hingga ia menganggapnya sebagai seorang kakak begitu juga sebaliknya, dulunya Fanny sangat menginginkan kehadiran kakak laki-laki namun bagaimana lagi jika Tuhan telah menghadirkan kakak perempuan untuknya. Mungkin itu yang terbaik.

"Coba liat telapak tangan lo,"

Fanny melihat ke arah Alfin dengan tatapan bingung kemudian beralih ke telapak tangannya, sebenarnya apa yang dimaksud lelaki itu dengan telapak tangannya bahkan disana tidak ada apapun.

Fanny berdecak pelan karena ia yakin kini Alfin pasti sedang mengerjainya.

"Mana? Ada apa sama telapak tangan gue? Orang nggak ada apa-apa kok," ucap Fanny sembari memerlihatkan telapak tangannya tepat diwajah Alfin agar lelaki itu dapat melihatnya sendiri.
"Itu kotor," jawab Alfin santai sedangkan Fanny menatapnya jengah.

"Ini tuh bersih seperti tanpa kaca!"

"Coba liat siniin,"

Fanny menyodorkan telapak tangannya kemudian justru digenggam oleh tangan milik Alfin, jika mungkin sebagian besar gadis saat diperlakukan demikian mungkin akan merasa senang. Namun, berbeda dengan Fanny. Nyatanya gadis itu malah membelalakkan matanya. Meskipun Alfin sering melakukan hal itu tetapi tidak bisa dipungkiri juga bahwa Fanny selalu lupa karena Alfin memiliki 1001 cara.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang