12 - Dan terjadi

17 4 0
                                    

Happy Reading❤
lagi lagi ngingetin votement hehe:*

-----------------------------------------------------------

Fanny telah siap untuk berangkat mengerjakan tugas, dengan hem berwarna merah bata dan blue jeans kesayangannya melengkapi penampilan gadis itu. Rambut yang dikuncir kuda menambah kesan lucu untuknya karena pipinya yang tembam pasti akan lebih terlihat.

Loh Ibu mau kemana?” tanya Fanny saat tahu Ibunya akan pergi bersama Ayah dan Dave, dari mana Fanny tahu jika kedua orang tuanya akan pergi? Ya karena dari pakaian yang dikenakan Felcia, Hendra, dan Dave yang terlihat sangat rapi.
“Adikmu ini minta dibeliin PS,” ucap Felcia sembari menggelengkan kepala, memang Dave meminta untuk dibelikan PS karena ingin seperti teman-temannya.
“Oh yaudah, Fanny mau ngerjain tugas ya Bu sama Alfin kok.”

“Iya, kalau gitu Ibu berangkat dulu ya. Assalamu’alaikum,”

“Wa’alaikumussalam,”

Fanny mengikuti langkah kedua orang tuanya keluar rumah, ia melihat Felcia, Hendra, dan Dave memasuki mobil. Fanny memang ingin ikut salah satu dari teman satu kelompoknya saja dari pada harus membawa mobil sendiri.

Fanny melangkahkan kakinya ke rumah Alfin karena disanalah tempat janjian mereka untuk berkumpul, saat tiba disana ternyata baru ada Alfin dan Rahmat. Mungkin Rahmat terlalu bersemangat bersama motornya.

“Eh Fanny kapan nyampenya?” tanya Rahmat lalu terkekeh pelan membuat Fanny ikut terkekeh entah apa yang menurutnya lucu.
“Dari kemarin sore,”

“Wihh nginep disini dong!”

“Eng—” belum sempat melanjutkan ucapan Fanny sudah lebih dulu dipotong oleh Alfin membuat Fanny menatap tajam lelaki itu.
“Iya Mat, semalem dia tidur sama gue.”

Fanny memutar bola matanya malas, tetapi Rahmat justru tertawa dan Alfin? Lelaki itu tersenyum puas. Tidak berselang lama ada dua kendaraan yang memasuki halaman rumah Alfin, siapa lagi jika bukan Alief dan Agnes. Fanny sampai tidak berkedip melihat kendaraan yang ditumpangi oleh Agnes, motor—sport?

“Gilak! Lo yakin Nes naik begituan? Sama Fanny?” tanya Rahmat sembari menggelengkan kepala, merasa heran dengan gadis yang baru saja turun dari motor sport miliknya diikuti dengan Alief.
“Kenapa emangnya? Aneh?” Agnes terkekeh melihat ekspresi teman-temannya yang terlihat terkejut dengannya padahal mereka juga menggunakan kendaraan yang sama.
“Gue kira tadi Agnes itu lo Mat!” sahut Alief yang membuat Fanny justru tertawa, mengapa Alief bisa berfikir begitu? Bukankah postur tubuh mereka berbeda.

“Lo sama gue aja Fan,” seketika tawa Fanny berhenti saat Alfin berbicara kepadanya dan membuat semua pasang mata mengarah kepada mereka berdua.
“Enggaklah Fin, kan ada Agnes.”

“Betul bosque! Nanti lo khilaf gimana,”

Pletak

“Adaww! Atit bambank!” gerutu Alief sembari mengusap dahinya saat tiba-tiba dijitak oleh Rahmat, itupun dilakukan Rahmat karena ucapan Alief yang keterlaluan.
“Badan doang yang gede!” ejek Rahmat membuat Alfin, Fanny, dan Agnes tertawa terbahak-bahak sedangkan sang korban berakhir ikut tertawa juga.

Ya, badan Alief memang besar. Sepadan dengan gajah mungkin. Becanda.

“Dah yok berangkat!”

Akhirnya mereka memutuskan untuk segera berangkat karena sebentar lagi matahari akan terbenam, tidak baik untuk seorang gadis pulang larut malam. Fanny berakhir ikut dengan Agnes dari pada dengan Alfin, Rahmat bersama Alfin satu motor juga menggunakan motor milik Alfin, sedangkan Alief sendiri bersama dengan motornya.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang