05 - Angga lagi

32 5 0
                                    

Allo semwaa kembali bertemu denganku di malam sabtu yang semu ini dan kita akan tetap bertemu setiap satu minggu sekali jan bosen🤣🤣

Jangan lupa vote+comment yaa❤

Happy Reading♥

-----------------------------------------------------------

Sang surya perlahan naik menampakkan diri kemudian secara perlahan memancarkan sinarnya untuk menghangatkan bumi, suara ayam jantan berkokok menandakan pagi telah tiba. Felcia-Ibu Fanny telah menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya, nasi goreng dengan tambahan telur mata sapi yang menyempurnakan hidangan tersebut.

Fanny selalu berangkat ke sekolah lebih dulu dari pada Dave ataupun Karin, selain jarak sekolahnya yang lebih jauh dari kedua keponakannya itu juga karena Fanny bukan type murid yang suka datang siang.

Meskipun Fanny jarang sarapan tetapi untuk pagi ini-mungkin ia akan menikmati masakan Ibunya. Pelajaran pertama nanti adalah olahraga, jadi Fanny harus memaksa dirinya untuk mengisi perutnya itu.

Saat ini Dave dan Karin belum beranjak dari tempat tidur masing-masing, mereka berdua lebih nyaman untuk melanjutkan mimpinya daripada bangun pergi ke sekolah. Bandel? Hanya Dave, sedangkan Karin masih kecil jadi rasa malas itu sendiri seperti telah melekat pada diri seorang anak kecil.

Felcia hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga sedangkan Hendra bekerja sebagai tangan kanan Papanya Alfin, Fanny jarang melihat ayahnya dipagi hari karena pasti ayahnya itu sedang jogging pagi. Setelah jogging biasanya langsung membersihkan badannya menuju kamar mandi, jadi sering tak bertatap muka dipagi hari.

Bel rumah berbunyi menandakan ada tamu yang datang berkunjung, Fanny yang mendengarnya pun segera beranjak dari meja makan menunda sarapannya lebih dulu demi membukakan pintu dan melihat siapa tamu yang datang sepagi ini sedangkan Felcia tengah membangunkan pria kecil dan gadis kecil yang masih terlelap.

Pintu rumah telah dibuka oleh Fanny, disana ada seorang lelaki yang tengah berdiri membelakangi pintu. Ingin menyapa namun takut jika orang itu mencari Ayah atau Ibunya. Dilihatnya dari belakang, menurut Fanny itu bukanlah postur tubuh milik Alfin. Karena lelaki ini lebih tinggi badannya dari pada Alfin, lalu siapa?

Lelaki itu memutar badannya yang semula membelakangi pintu kini menghadap ke arah Fanny, pupil mata Fanny melebar saat melihat siapa yang dihadapannya saat ini. Satu kata yang ada dipikirannya saat ini, tak menyangka. Namun lelaki itu justru tersenyum lebar.

Masih dengan senyum yang lebar. "Itu mata nggak bisa mundur apa ya?"
Fanny yang tersadar dari lamunannya yang memikirkan keberadaan lelaki itu kini berdecak pelan, mengapa disekelilingnya harus ada lelaki yang tak jauh berbeda dengan Alfin? Lebih buruknya lagi jika keduanya adalah sahabat Fanny.

"Kok lo bisa ke sini sih, Raf!?"

Lelaki yang disebut 'Raf' oleh Fanny bukannya menjawab pertanyaan dari gadis itu justru malah terkekeh pelan melihat nada bicara gadis dihadapannya yang terkesan frustasi tetapi Fanny hanya memutar bola matanya malas.

"Loh? Rafa? Kok nggak masuk nak?" sahut Felcia yang entah kapan berada dibelakang Fanny, sahutan tiba-tiba yang keluar dari mulut Felcia membuat Fanny terkejut.
"Eh tante Cia," Rafa mencium punggung tangan Felcia sebagai tanda menghormati beliau sebagai orang yang lebih tua
"Masuk dulu yuk sarapan,"

Rafa menggeleng pelan. "Enggak tante makasih, Rafa ke sini cuma disuruh sama Mami katanya nanti malam tante disuruh ke rumah," ucap Rafa yang diangguki oleh Felcia, mungkin ada suatu hal yang ingin dibicarakan Lily-Mami Rafa.
"Pasti nanti tante dateng, yakin nih nggak mau masuk dulu?"

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang