15 - Empat perusuh

26 4 0
                                    

Happy Reading❤

Jangan lupa tinggalkan jejak🌼

•••

Dia berbeda, dia istimewa. Aku menyukai kesederhanaan yang ada pada dirinya.

- deviayuwdyst

•••

Day two in the house, lebih bosan dari pada hari kemarin. Fanny selalu menginginkan kapan dirinya akan masuk sekolah? Rutinitasnya hanya tidur sepanjang waktu, membuatnya sangat ingin kembali menghirup segarnya udara diluar.

Namun sayang, meskipun sudah dua hari tetapi lukanya belum juga mengering. Selama 3 hari pula Fanny dilarang bersentuhan dengan air, terpaksa gadis itu tidak mandi hanya mengusap tubuhnya dengan handuk basah.

Seharusnya hari ini adalah jadwalnya mengunjungi panti, tetapi bagaimana lagi jika kondisinya saat ini tidak memungkinkan. Lagi-lagi Fanny menyesali kejadian yang menimpanya hingga menjadikan kondisinya seperti ini.

“KAK FANNY!”

Teriakan yang tertangkap dengan jelas oleh indera pendengaran Fanny membuat gadis itu dengan cepat memutar kepalanya ke sumber suara, rupanya anak-anak panti datang ke rumahnya. Senyum penuh haru menghiasi wajah Fanny.

Mereka semua datang demi menjenguk Fanny.

Arsya, Zahra, Nadiya dan Rahma menghampiri Fanny yang berada diatas kasurnya sedangkan anak-anak panti duduk ditempat yang telah disediakan seperti orang-orang semalam yang datang untuk menjenguk Fanny. Kamarnya cukup luas jika hanya sebanyak anak-anak panti.

“Gimana kak udah sembuh?” tanya Arsya diikuti tatapan meminta jawaban dari ketiga temannya juga.
“Kaya yang lo liat sekarang Sya, gimana anak-anak? Aman?”

Jika berbincang dengan Dhilla—keponakan Alfin, Fanny akan menggunakan kata ‘aku kamu’ karena baginya itu lebih sopan. Bagaimanapun juga, Dhilla termasuk orang yang sangat sopan. Berbeda saat bersama keempat anak didiknya itu.

Mereka lebih bar-bar, canda.

“Aman kok kak tenang aja, tapi seriusan gue nggak nyangka kalo lo bisa kaya gini kak.” bukan Arsya yang menjawab tetapi Zahra sembari gadis itu menggelengkan kepalanya membuat Arsya, Nadiya, dan Rahma menganggukkan kepala.
“Gue nggak bisa ngrubah takdir Ra, gue cuma bisa nerima.”

“Takdir yang disengaja gitu kak maksudnya?” ucap Rahma yang membuat ketiga temannya mendengus kesal mendengarnya, Rahma adalah orang yang paling tidak sinkron otaknya dari pada ketiga temannya.
“Maksud lo itu gimana sih hamaaa,” ucap Fanny dengan nada gemas lalu terkekeh pelan, padahal gadis itu urutan nomor 2 lebih dewasa umurnya dari keempat temannya.

Tetapi dewasa bukan diukur dari umur saja bukan?

“Seandainya ya kak, kak Fanny itu nggak ikut temen kakak pasti ujungnya juga nggak bakal gini.”

“Cuma jadi seandainya dong!” Zahra menoyor pelan kening Nadiya, gadis itu 11 12 dengan Rahma membuat Fanny, Zahra serta Arsya harus ekstra sabar.
“Ngerjain tugasnya sama siapa kak?” tanya Arsya yang sedari tadi masih diam mendengarkan celotehan dari teman-temannya.
“Sama Alfin,”

“Nah! Itu ada kak Alfin, kok nggak ikut kak Alfin aja?”

“Nggak asik dong, pasti kak Fanny pengin jadiin suatu rahasia gimana rasanya diboncengin sama kak Alfin.” lagi-lagi ucapan dari Rahma membuat keempat orang itu menggelengkan kepala tetapi tidak bisa dipungkiri juga jika mereka sama-sama tertawa.
“Ngaco!”

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang