49. Make A Wish

7.3K 778 77
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan tempat, nama, dan juga cerita adalah hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan

Author : Nom

Vote, Comment & Happy reading. Pengen update tengah malam lagi :)

BURUAN DI VOTE! SATU CHAPTER LAGI KELAR NIH CERITA~.


JOOHYUN POV

Seulgi tiba-tiba saja pergi dengan Tuan Mario. Aku tidak tahu mengapa beliau mengajak kekasihku dan apa yang direncanakannya. Sebelum pergi, Seulgi hanya meminta ijin padaku. Aku ingin penjelasan darinya namun dia hanya menggelengkan kepala pertanda tidak tahu.

Jennie melempar banyak pertanyaan setelah mereka pergi. Tentu saja aku tidak tahu apa yang harus aku katakan. Aku hendak bertanya pada Aunty Manoban tetapi aku yakin beliau juga tidak tahu jawabannya.

Tapi...

Apakah mungkin ini ada hubungannya dengan Miyeon dan Black Mask? Jika benar, itu artinya Mommy Tiff pergi menemuinya?.

Aku sempat bertanya pada Jin Hyk Oppa dan dia bilang kalau Mommy Tiff menerima pesan dari nomor asing. Jin Hyuk Oppa memperingatkanku untuk tidak memberitahukan soal ini pada Jennie.

Bahkan sampai sekarang Jennie belum tahu kalau dulu dia pernah diculik dan pelakunya adalah Ayahnya Seungwan.

Hhh.. masalah ini semakin rumyam. Aku pikir sudah ada ujungnya.

Aku hanya bisa berharap semoga tidak terjadi apa-apa pada Mommy Tiff.

"Irene?".

Aku menoleh, ketika Bae Imo memanggilku.

"Ne, Imo?".

"Kenapa kau malah melamun? Apa terjadi sesuatu?".

Aku khawatir, Imo. Tapi, apakah aku harus mengatakannya? Tidak. Aku tak ingin Bae Imo melakukan sesuatu diluar dugaan.

Aku menggelengkan kepala lantas tersenyum berusaha menyembunyikan rasa khawatirku.

"Tidak ada, Imo. Aku hanya memikirkan tentang ujian akhir nanti" sebisa mungkin aku meyakinkan beliau.

"Jika ada sesuatu yang membuatmu khawatir, ceritakan saja pada Imo".

Aku mengangguk mengerti. Imo benar-benar tahu isi hatiku meski hanya melihat dari mataku.

"Eonni" kini pandanganku beralih pada Anna. "Jennie Eonni tidak mau makan. Aku sudah berusaha membujuknya tapi dia malah menolak. Bahkan Aunty Manoban juga sudah melakukannya".

Satu menjadi kebiasaan Jennie. Dia tak akan mau mengisi perutnya jika sedang kesal, marah atau menangis.

Kulihat Jennie meringkuk dibalik selimut. Ini sudah waktunya dia makan siang tetapi waktu menunjukkan pukul tiga sore. Lagi-lagi Jennie melewatkan makan siangnya.

"Jennie-yaa, kenapa kau tidak mau makan? Apa kau mau Eonni suapkan, hm?".

"Tidak".

Hhh.. sulit sekali mengurus bayi besar ini.

"Ayo makan, Jennie. Perutmu bisa sakit jika tidak diisi dengan makanan. Jika begini terus, kau akan menginap disini selamanya".

Dia semakin menutupi tubuhnya ketika aku menarik selimutnya. Aku diabaikan.

TRUE COLORS || JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang