47. Choice

7.2K 750 71
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan tempat, nama, dan juga cerita adalah hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan

Author : Nom

Vote, Comment & Happy reading :)


TIFFANY POV

Aku telah mendengar semuanya dari Seon Ho. Ia menjelaskan tentang Heung Min yang belum aku tahu. Dari yang Seon Ho katakan, Heung Min pernah menggelapkan dana perusahaan ketika perusahaannya bekerja sama dengan Kim Company.

Sungguh aku tidak tahu soal ini. Ryeo Wook bahkan tidak memberitahuku. Ia merahasiakannya dengan alasan agar aku tidak memikirkannya.

Setidaknya itulah yang dikatakan Seon Ho padaku.

Selama aku hidup bersama Ryeo Wook, dia memang tak pernah mau berbagi kesulitan padaku dengan alasan tidak mau melihatku sedih. Bukankah seharusnya didalam rumah tangga peran suami-istri saling berbagi dikala senang maupun susah?.

Aku tahu, Ryeo Wook melakukan itu demi kebaikanku. Tetapi jika begitu terus, aku merasa jadi istri tidak berguna mengingat banyak sekali beban yang ia pikul.

Namun meskipun begitu, aku memahami niat baik yang ia lakukan. Ryeo Wook ingin aku selalu bahagia tanpa harus memikirkan sesuatu yang tak seharusnya aku pikirkan.

Ryeo Wook adalah pria yang manis, baik dan lembut. Itulah mengapa aku tidak setuju dengan permintaan terakhirnya sebelum ia menghembuskan napas terakhir.

Tentu saja mencari penggantinya.

Aku merasa bersalah. Namun aku akan semakin merasa bersalah jika tidak menjalankan amanahnya.

Yeobo, kau selalu ada dihatiku. Tempat yang paling khusus agar aku mengingatmu.

"Selamat pagi, Nona Jennie".

Suara perawat mengalihkan pandanganku ketika ia masuk dengan alat-alat medis diatas troli.

"Waktunya mengganti perban lukamu, Nona" dia berujar menatap Jennie sambil tersenyum.

"Tidak bisakah ditunda saja? Kamu tahu, itu sangat sakit".

Putriku menolak dan akan selalu menolak jika perbannya diganti dengan yang baru.

"Tidak bisa, Nona Jennie. Jika perbannya tidak diganti dan lukanya tidak dibersihkan maka akan timbul yang namanya infeksi" kata si perawat menjelaskan dengan lembut.

"Kalau begitu, berikan perban permanen agar tidak ada lagi pergantian perban".

Aigoo.. putriku ini sangat tahu bagaimana caranya menghindar.

Aku berjalan mendekatinya. Mengusap lembut kepalanya lalu mencium kening halus ini yang terasa hangat.

"Princess, perban permanen ataupun tidak lukamu tetap harus dibersihkan. Lagipula, jahitan yang ada diperutmu tidak bisa selamanya disana. Untuk mengantisipasi agar lukanya cepat mengering, maka luka ini harus dibersihkan dan perbannya diganti" aku berusaha menjelaskan pada putriku.

"Tapi Mommy, ini sakit.."

"Mommy tahu. Tapi akan tambah sakit jika tidak dibersihkan" kataku lagi sebelum dia membuka mulut. "Lisa akan menemanimu. Genggam tangannya jika kamu merasa sakit. Arrachi?".

Mau tak mau dia mengangguk menuruti ucapanku.

Hatiku terasa perih saat melihat berlian yang selama ini aku jaga rusak dalam sekejab. Miyeon, begitu tega melakukan ini pada putriku. Bukankah dia sangat menyayangi Jennie hingga ia selalu memberikan banyak boneka dan mainan padanya.

TRUE COLORS || JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang