50. True Colors

14.6K 928 73
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan tempat, nama, dan juga cerita adalah hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan

Author : Nom

Hhaaa... udah lama ya. Akhirnya terbit lagi. Ini chapter terakhir, sesuai dengan janji saya sebelumnya. Gakpapa yaa.. Terima kasih sudah membaca dan memberikan apresiasi penuh pada cerita yang gak seberapa ini hehe.. Kalau ada mood atau waktu saya akan menulis cerita baru. Tapi untuk saat ini mau fokus ke Sweet Seventeen dulu dan OneShot tetap jalan kalau ada ide bagus. Itu aja sih, semoga votenya gak lama naik karena cerita ini udah lama berdebu. Sebulan ada ya? 😅😂

Vote, Comment & Happy Reading :)

Vote, Comment & Happy Reading :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JENNIE POV

Aku terbangun dari tidurku, saat merasakan tangan seseorang bergerak mengelus pipi ini. Kedua mataku terbuka penuh, menatap wajah cantik dengan senyuman manis dibibirnya.

Lalisa Bruschweiler Manoban. Dia kekasihku yang sangat aku cintai.

Satu tangan lainnya tak berhenti membelai kepalaku dengan lembut. Aku pun terbuai akan sentuhan yang ia berikan. Lisa tak pernah membuatku kecewa. Dia selalu mengerti dengan apa yang kubutuhkan.

Gadis ini, aku sangat merindukannya. Sekalipun dia pergi hanya sedetik, aku tetap merindukannya.

"Good morning, Baby.."

Dia menyapaku kemudian mencium keningku cukup lama. Mataku secara otomatis terpejam, menikmati kehangatan bibir lembutnya yang telah lama tidak kurasakan. Mataku terbuka setelah dia menjauhkan wajahnya dan menatapku penuh cinta.

"Kamu sudah telalu lama tidur.." kulihat Lisa mengambil nampan berisi berbagai macam makanan. "..sekarang waktunya sarapan. Perutmu harus diisi dengan nasi, Ruby".

Aku melihatnya mengaduk nasi bercampur lauk dipiring. Kemudian ia tiup dengan pelan untuk mengurangi panas yang masih disertai dengan kepulan asap kecil.

"Buka mulutmu" refleks aku membuka mulutku ketika Lisa mengarahkan sendok berisikan nasi dan lauk.

Aku mengunyah makanan ini dengan perlahan. Sambil memandangi wajahnya yang sangat mirip dengan boneka, pesona Lisa tak pernah luntur dimataku.

Aku berkali-kali jatuh cinta dengan wanita ini.

Seketika aku mengingat saat pertama kali berkencan dengannya. Gadis ini memiliki sifat pemalu dan pendiam. Rosie bilang, Lisa begitu takut melihatku dan Yerim menambahkan kalau Lisa terkadang takut dengan mataku. Aku tertawa jika mengingat kejadian dulu.

Lisa begitu polos. Berbeda jauh dengan sekarang.

Haruskah aku mengatakannya? Ya, Lisa begitu agresif. All the time...

TRUE COLORS || JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang