30. Lie

8.2K 851 43
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan tempat, nama, dan juga cerita adalah hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan

Author : Nom

Saya mau bikin POV setiap pemeran. Biar sama seperti cerita saya yang lain. Semoga suka :D

Vote & Comment jangan lupa ya sayang..

Happy reading :)


SEULGI POV

"Kenapa kau bicara seperti tadi?"

Aku mengernyit untuk beberapa detik saat Joohyun bertanya demikian. Saat ini kami berada di ruang tengah ditemani suara televisi yang cukup besar dan ku yakin Joohyun melakukan itu karena tak ingin mendengar suara 'laknat' yang berasal dari kamar.

Kalian pasti tahu maksudku.

"Bicara apa?"

"Tentang kau yang tak pantas berpacaran denganku"

Ahh.. ternyata dia mendengarnya. Pantas saja dia mencekikku.

"O-oh.. itu.. aku hanya asal bicara, Bae. Jangan dipikirkan, ne?"

Aku hendak mengelus rambutnya tapi ia menahanku dan malah menautkan jemarinya.

"Aku sama sekali tak keberatan jika aku lebih banyak memberimu"

"Bae--"

"Ugi.. kau harus tahu, aku melakukan itu karena aku kekasihmu. Aku bahkan tak peduli dengan latar belakang keluargamu. Yang ku tahu sekarang kalau kau adalah kekasihku"

Kata-katanya sungguh menghangatkan hatiku. Aku merasa dicintai tapi aku juga merasa seperti dikasihani oleh pacar sendiri. Huft...

"Bae.. aku sangat berterima kasih karena kau telah menerima segala kekuranganku. Tapi ku mohon, jangan terlalu sering memberiku sesuatu yang sia-sia"

"Kau menganggap semua pemberian dariku sia-sia?"

Dia langsung melepas genggamannya. Aku tak bermaksud menyinggung perasaannya tapi aku hanya bicara sesuai dengan keadaan. Itu saja.

Aku meraih tangannya dan kembali ku genggam. Dia sedikit berontak tapi aku tak kalah karena tenagaku lebih kuat darinya.

"Mianhae, Bae.. aku tak bermaksud. Aku sangat menghargai segala pemberian darimu. Tapi aku tak ingin orang-orang berpikiran kalau aku hanya memanfaatkanmu"

"Tapi aku tak peduli, Ugi.. kau mengerti itu, 'kan?"

Aku menghela napasku. Jika bicara dengan Joohyun tak pernah bisa menang.

"Ne, aku mengerti" ku cium punggung tangannya bermaksud meredakan emosinya "Maafkan aku"

Dia hanya mengangguk lalu menyandarkan kepalanya didadaku.

"I love you, Ugi..."

Aku tersenyum lebar mendengarnya.

"I love you too, Baechu" lantas ku cium pucuk kepalanya dengan sangat lembut "Apa aku boleh minta satu permintaan darimu?"

Dia mendongakkan wajahnya dan kini tatapan kami bertemu. Matanya yang bulat selalu menjadi hal terindah bagiku. Aku hendak menciumnya tapi aku tahan karena kali ini aku ingin mengatakan sesuatu yang serius padanya.

TRUE COLORS || JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang