Garda mengambil kendaraannya dan mengendarai nya dengan kecepatan di atas rata rata. Ia memotong jalanan dengan sesuka hati, membuat pengendara lain mengumpati cowok tampan itu.
Ketika sampai di rumah, Garda segera berlari menuju kamar atas. Rasa khawatir menyelimuti dirinya, apalagi saat mendapati dirinya yang telat sampai ke rumah.
Garda membuka pintu kamar Alin dengan nafas tersenggal sengal dan ia tak menemukan siapa siapa di sana. Cowok itu segera melangkah menuju kamar mandi dan benar saja,Garda mendengar suara ringisan dari dalam kamar mandi.
Garda mengetok ngetok pintu kamar mandi, sungguh Garda sangat cemas dengan gadis yang berada di dalam sana.
TOK TOK TOK!
TOK TOK TOK!
"ALIN!"
TOK TOK TOK!
Karena tidak tahan menunggu jawaban Alin, Garda pun mencoba untuk mendobrak pintu kamar mandi. Namun saat ingin mundur, tiba tiba pintu tersebut terbuka dan menampilkan sosok Alin yang memegang kepadanya dengan sedikit menunduk.
Melihat itu, Garda segera mendekap Alin dengan tiba tiba dan itu semua sempat membuat Alin sedikit terpaku, sebelum akhirnya Alin berusaha mendorong tubuh Garda supaya melepas dekapannya.
Karena Garda merasa Alin menolak pelukannya, ia pun langsung melepaskannya. Garda memegang kedua pundak Alin dengan deru nafas tidak teratur.
"Lo ngapain di dalam?!" Alin pun menundukkan kepalanya, bukan karena takut dengan suara Garda yang sedikit marah, tetapi karena kepalanya sangat pusing.
"Jawab gue! Lo ngapain di kamar mandi?" tanya Garda mengguncang bahu Alin, dan Alin masih tak menjawabnya, malah cewek itu memejamkan mata menahan rasa sakit.
Tangan Alin terangkat melepaskan cengkraman Garda di pundaknya, "Lepas" ujar Alin lemas mebuat Garda menghela nafas.
Garda pun melepasnya dan kemudian beralih menangkup pipi Alin yang tedapat bekas lembab itu hingga mendongak. Ia dapat merasakan pipi Alin yang begitu dingin.
"Jatoh?"
"Kejedot?"
"Kepeleset?" tanya Garda bertubi tubi dan di sana tersirat rasa khawatirnya. Alin yang mengerti maksud Garda pun menggeleng lemah.
"Ada yang sakit?" tanya nya yang kini berubah menjadi lembut, kali ini Alin tak menjawabnya membuat Garda sedikit geram.
Tangan Garda akhirnya terlepas dari wajah Alin, lalu melangkah mundur.
"Kenapa sih, setiap gue tanya lo cuman diem? Kalau lo perlu, lo gak usah manggil bibik. Lo bisa panggil gue" ujar Garda dengan suara sedikit meninggi.
karena Alin sedang pusing, ia pun tidak terlalu memperdulikan ucapan Garda. cewek itu melangkah menaiki kasur sambil melewati Garda.
"Keluar" ujar Alin sangat dingin, entah mengapa sekarang Alin sudah seperti tidak tersentuh.
"Kawab pertanyaan gue" ujar Garda memotong ucapan Alin dan cewek itu masih enggan menjawabnya.
Alin meniduri dirinya dengan membelakangi Garda, Ia juga membiarkan Garda masih di tempat karena Alin tidak ingin berdebat dengan cowok itu.
"Gue gak bakal keluar sebelum lo jawab pertanyaan gue" Alin menghela nafas panjang setelah mendengar ucapan Garda, ia juga mencoba untuk tidak memperdulikan itu.
Garda melangkah mendekati kasur Alin untuk mengambil remote televisi dan juga ponsel Alin kemudian berjalan ke arah sofa dan duduk di sana. Sepertinya ucapan Garda tadi tidak main main, cowok itu benar benar tidak keluar dan Alin hanya bisa pasrah menghadapi sikap Garda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Guard
Teen FictionPernah tinggal serumah sama Most Wanted? Atau Kapten basket? Atau mungkin Ketua Geng Motor? Gimana kalau mencangkup ketiganya? Kalau kata Natalin sih, "mustahil kalau lo ngak punya perasaan"