Dari awal Alin berjalan ke arah meja hingga duduk pun, penampilannya tak lepas dari tatapan teman temannya.
"Eh-" refleks Alin sedikit kaget dengan beberapa makanan yang terletak di atas meja yang ia tempati.
Alin mendongak melihat teman temannya yang menatap balik, ia pun sedikit tertunduk.
"Lin, demi apa lo bisa PEGANG TANGAN KAK GARDA!" Tanya Tia mengawali nya dengan santai kemudian ngegas, hingga membuat seisi ruangan itu menatap ke arah mereka.
Alin sedikit tersentak mendengarnya. Ia menelan saliva dan melirik sekeliling yang menatap mereka dengan kebingungan sebelum memulai penjelasan.
Namun tiba tiba kedua tangan Anne menyentuh pundak Alin lalu memutarnya untuk berhadapan dengan temannya itu.
"Sejak kapan lo deket sama Kak Garda?!" Tanya Anne mengguncang pundak Alin.
Ketika sedang di guncang, seseorang meraik tangan Alin membuatnya pasrah di perebutkan oleh teman temannya.
"Lin kok lo ngak kasih tau ke kita kalau lo deket sama Kak Garda!" Ujar Riana menarik narik tangan Alin.
"Stop! Stop!" Ujar Tia melerai.
"Kalo ni anak pusing, terus amnesia, yang jelasin ke kita siapa?" Tajamnya lagi dan di angguki oleh Riana dan Anne.
Alin menghela nafas "oke bakal gue jelasin, tapi-" Alin melirik ke arah tangan dan pundaknya bergantian
"Lepasin dulu, gue ngak bakal kabur kok" ujar Alin membuat temannya sadar dan segera melepas.
Ketiganya menatap serius ke arah Alin menunggu penjelasan dari cewek itu.
"Kalian ngak tau kan gue tinggal di-" ucapan Alin terpotong karena Tia lebih duku menyanggah.
"Jangan bilang lo tinggal serumah sama Kak Garda!" Pelotot Tia dan Alin hanya menghela nafas.
"Ssstt!" Riana menempelkan jari telunjuknya di bibir Tia agar teman nya itu diam.
"Next" ujar Anne.
"Ya, gue tinggal di rumah Kak Garda"
"WHAT!!"
"HAH?!"
Alin tertunduk malu begitupun dengan Anne kala teman temannya teriak membuat beberapa mata memandang mereka keheranan.
"Ups!" Tia menutup mulutnya ketika melihat sekeliling.
Tia sedikit mendekatkan wajahnya dengan Alin .
"Lin, siap ini lo harus jelasin ke kita" ujar Tia sedikit berbisik.
"Iyahh, awas kalau kabur" sahur Riana menyamakan nada suaranya seperti Tia dan Alin hanya mengangguk malas.
"Eh btw ini punya siapa?" Keempat nya saling tatapan.
"Bukannya ini pesenan lo Lin?" Tanya Anne menoleh ke Alin.
"Ha?" Alin menyeringit dahi.
"Bukan bukan" ucap Alin cepat sambil melambaikan kedua tangannya.
Ia segera bangkit menuju ke salah satu pelayan di sana untuk menanyakan makanan yang berada di atas mejanya.
"Permisi Mba" panggilnya dengan sopan pada salah satu pelayan yang sedang membawa nampan.
"Iya kenapa dek?" Tanya pelayan itu dengan panggilan lebih muda karena melihat Alin menggunakan seragam SMA.
"Yang antar makanan ke meja itu siapa ya Mba?" Tanya Alin menunjuk meja yang ia tempati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Guard
Teen FictionPernah tinggal serumah sama Most Wanted? Atau Kapten basket? Atau mungkin Ketua Geng Motor? Gimana kalau mencangkup ketiganya? Kalau kata Natalin sih, "mustahil kalau lo ngak punya perasaan"