"Hahaha bener bener lo"
Ketiga teman Alin tak henti nya tertawa setelah mendengar cerita Alin barusan. Bagaimana tidak tertawa, Alin menceritakan tentang Garda yang langsung nurut kepada nya saat ia mengancam akan menyembelih si Migo jika Garda tidak mau membantu nya mengerjakan soal semalam dan akan menggoreng Migo apabila Garda tidak membuatkan lembaran soal yang baru.
Padahal sudah jelas jelas Alin lah yang salah karena merobek kertas itu dan harus nya Garda yang marah pada Alin. Tetapi ia urungkan saat ingin berangkat sekolah tadi Garda melihat Migo yang di sandera oleh Alin. Entah bagaimana cewek itu mengambil dan mengikat Migo di balkon kamar nya, Garda yakin ada seseorang yang membantu Alin. Bagaimana Garda bisa tau Migo ada di balkon kamar Alin? Ya karena balkon kamar mereka bersebelahan.
"Lin, lo di panggil sama Dave. Katanya disuruh keperpus" suara Ucok tiba tiba muncul di antara gelak tawa keempat cewek tadi membuat Alin memutar bola mata nya.
"Lah, tumben si Dave manggil lo" sahut Tia.
"Apa jangan jangan Lo lagi deket sama Dave?" Curiga Riana menunjuk ke arah Alin.
"Dih! Gk ya" bantah Alin.
"Bagus Lin, gue juga ngak setuju kalo lo sama Dave. Secara kan lo cantik, walaupun lebih cantikan gue, intinya-" ucapan Tia terpotong karena Ucok
"Woi! Ngegibah mulu! Sono pergi, di tungguin tuh" ucap Ucok mencegah terjadinya pergunjingam ketika ia mulai memcium bau bau ngegibah.
"Iya sabar! Ini juga mau ke sana" setelah itu Alin langsung meninggalkan kelas menuju ke perpustakaan sekolah.
Di tengah jalan nya menuju perpus tiba tiba Alin merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Dengan ragu Alin membalikkan badannya, dapat di lihat bahwa ada beberapa siswa siswi yang melakukan aktifitasnya sendiri dan beberapa berlalu lalang melewatinya. Alin kembali membalikkan badanya melanjutkan langkah yang sempat tertunda, dan ia merasa mungkin ini hanya halusinasinya saja. Hingga tiba tiba sebuah tangan kekar melilit pergelangan tangan Alin lalu menariknya ke ujung koridor.
"Eh!-"
Alin mendongak untuk melihat wajah seorang yang mengikat pergelangan tangannya. Seketika sekujur tubuhnya menjadi kaku dan panas dingin saat mengetahui siapa berdiri di depannya.
Sedari awal ia pindah ke SMA Anak Bangsa, ini lah yang selalu ia hindari dan selalu berharap bahwa apa yang ia takutkan itu tidak akan pernah terjadi. Dan sepertinya tuhan tidak memihak kepada Alin, tepat di hari ini ketakutan terbesarnya pun terjadi.
"Lepasih gue!" Alin menyentakkan tangannya namun tak kunjung lepas, sepertinya cowok di depannya ini sangat kuat mencekal pergelangan tangan Alin.
"Gue?" cowok itu menyeringit dahi mendengar panggilan Alin yang sudah berubah.
"Kamu masih ngak mau dengar penjelasan aku?" Seketika suara Rausand menjadi lembut dan cekalan tangan itu berbah menjadi elusan halus.
"NGAK! Lepasih gue Sand!" Ternyata tidak semudah yang Alin bayangkan. Tangannya kembali di cekal Rausand.
"Aku ngak akan lepasin kamu lagi, ngak akan!"
"Lo gilak?! Semakin kesini gue semakin MUAK tau gak!" Alin membentak Rausand tepat di depan wajahnya.
Lagi lagi tuhan tidak memihak kepadanya, bagaimana bisa tempat ini tidak di lewati oleh siswa siswi, harus nya mereka sudah berlalu lalang. Dan Alin sangat berharap seseorang lewat lalu meminta bantuan kepada nya supya lepas dari cekalan Rausand.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Guard
Fiksi RemajaPernah tinggal serumah sama Most Wanted? Atau Kapten basket? Atau mungkin Ketua Geng Motor? Gimana kalau mencangkup ketiganya? Kalau kata Natalin sih, "mustahil kalau lo ngak punya perasaan"