Happy Reading 🥰 jangan lupa tinggalkan jejak❤️😁
"Oh iya, kamu berangkatnya bareng Garda ya"
Uhukk..uhuk..
Garda dengan cepat meminum air di hadapannya. Mereka yang berada di meja makan turut menatap ke arah Garda yang tersedak makanan.
Ia mengambil selembar tissue kemudian mengelap sisa makanan pada bibirnya, "ngak bisa, minta antar kang Cecep"
Baru saja Garda ingin beranjak dari tempat itu, namun ia tunda kala mendengar ucapan sang Ayah.
"Kang Cecep bareng Ayah. Lagian kalian satu sekolah, Yaudah sekalian jalan" ucap Raden.
Garda tak menggubris ucapan ayahnya, ia lebih memilih berlalu dari ruangan tersebut dan berjalan ke arah Garasi untuk memanaskan mesin motor nya.
Jingga yang mendengar suara motor Garda pun segera menghentikan aktivitasnya dan menatap ke arah Alin yang baru saja selesai sarapan.
"Gih, udah di tungguin tuh" ucap jingga yang memegang sebelah pundak Alin.
Alin mendongak menatap Jingga dengan tatapan yang sulit di artikan. Jingga cukup peka dengan tatapan itu, ia berdiri lalu mengajak Alin berjalan keluar ruangan.
Sekarang ia berdiri berhadapan dengan Alin, kedua tangannya pun turut memegang pundak yang mematung itu. Jingga mengangkat tangannya dan mengusap lembut puncak kepala gadis itu.
"Garda memang seperti itu, . Ngak papa ya mulai sekarang kamu berangkatnya bareng Garda?"
Sebenarnya Alin sedikit keberatan, ia masih malu dengan kejadian semalam. Di tambah lagi jika nanti membuat kehebohan di sekolah karena ia berangkat dengan idola mereka.
Namun melihat Bunda yang berharap agar dirinya berangkat bersama putra nya itu, membuat Alin tak tega untuk menolak. Ia segera mengangguk tersenyum.
Tangan Alin bergerak mengambil tangan Jingga yang setia berada puncak kepalanya. Kemudian meletakkan sejajar dengan wajah nya dan mengecup singkat punggung tangan jingga.
"Alin berangkat ya Bun" Jingga pun membalas dengan anggukan dan senyuman hangat.
Garda yang melihat kejadian itu mendengus sembari mengumpat di dalam hati. Ia segera menaiki motor menuju keluar pagar tanpa menunggu Alin.
"Cepet! gue udah telat" ucap Garda yang menatap Alin ngos-ngosan akibat berlari mengejarnya.
Dengan nafas masih tidak stabil Alin perlahan menaiki motor Garda. Sekarang ia tau bahwa motor yang dikagumi oleh adiknya adalah milik Garda. Sepanjang perjalanan tak ada yang membuka suara, Alin fokus melihat kendaraan yang berlalu lalang dan Garda juga fokus pada jalanan.
Syukurlah Garda tidak terlalu kencang mengendarai Motor nya membuat rambut Alin yang terikat hanya sedikit berterbangan.
Nyiittt..
Garda berhenti di sebuah halte yang letaknya tak jauh dari sekolah. Mau ngapain? Batin Alin.
"Turun" ucapnya dengan nada santai tanpa menoleh ke belakang.
Alin melotot mendengarnya. Apa? Ini belum sampai sekolah.
Garda belum merasakan pergerakan manusia di belakangnya, ia menarik nafas dan membuangnya "turun! lo ngak tuli kan!?"
Alin refleks menatap kaca spion sebelum akhirnya turun dari motor itu. "Ngak perlu ngebentak, gue juga mau turun"
Alin berjalan dengan santai melewati Garda tanpa mengucapkan terimakasih. Bagi nya itu tidak perlu, toh dia juga tidak ikhlas memberi tumpangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Guard
Teen FictionPernah tinggal serumah sama Most Wanted? Atau Kapten basket? Atau mungkin Ketua Geng Motor? Gimana kalau mencangkup ketiganya? Kalau kata Natalin sih, "mustahil kalau lo ngak punya perasaan"