Tanpa berniat membalas, Garda segera bangkit dari duduknya menuju ruangan dokter Fera.
"Silahkan Garda" ujar Dokter Fera dan Garda pun langsung duduk di bangku sebelah Alin.
"Baik, saya hanya ingin menyampaikan amanah Ayah sama Bunda kamu" ujar Fera membuat Alin penasaran dan Garda hanya terlihat biasa saja.
"Garda tolong dijaga pola makan Alin juga istirahatnya, kalo bisa jangan buat dia kecapean"
"Eh, ngak perlu dok, Alin bisa jaga diri kok. Yakan, kak?" ujar Alin tersenyum paksa dan sedikit memplototi Garda supaya cowok itu mengiyakan ucapan Alin.
"Iya" ucap Garda singkat, padat, jelas dan Fera tersenyum senyum melihat tingkan mereka berdua.
"Makasih banyak ya Dok, udah jagain Alin beberapa hari ini. Kami pamit dulu, permisi Dok" ujar Alin sambil tersenyum kemudian beranjak dari duduknya.
Fera membalas senyuman Alin, "Baik, sama sama Alin. Jangan lupa dijaga kesehatannya" ujar Fera mengingatkan dan Alin mengacungkan jempol kanannya.
Setelah mereka keluar ruangan, Alin langsung mengubah sikapnya. Ia kembali menghindari Garda karena masih kesal dengan kejadian di mobil tadi.
Garda juga sengaja membiarkan Alin meninggalkannya dan berjalan lebih dulu. Ia ingin melihat seberapa kesal Alin padanya dan ketika berada didalam mobil pun Alin masih membuang muka didepan Garda. Hingga mereka terdiam selama 15 menit, karena Garda tak kunjung menyalakan mobil.
Alin yang mati matian menahan diri untuk tidak berbicara pun akhirnya mengeluarkan suara.
"Cepet nyalain mobilnya!" kesal Alin tanpa menoleh kearah Garda.
"Yang bener" pinta Garda.
"Garda cepetann! Gue mau pulaaangg" ujar Alin merengek sambil menghentak hentakan kakinya.
Karena tak ingin mendengar Alin marah akhirnya Garda pun menyalakan mobil, kemudian pergi dari tempat itu.
Saat mobil sedang melaju, Garda menoleh sejenak kearah Alin. Cewek itu sedari tadi hanya diam sambil menatap jalanan luar dari balik kaca. Biasanya Alin akan memulai percakapan atau pun menceritakan segala yang ingin di cerita.
"Liatin apa?" tanya Garda tiba tiba.
"Jalan" ucap Alin seadanya.
"Kenapa senyum senyum?" tanya Garda pada cewek itu, karena tadi Garda sempat melihat Alin tersenyum saat melihat jalanan.
"Seneng, akhirnya bisa keluar" ujar Alin tersenyum tipis kearah Garda.
"Besok gue udah bisa sekolah kan?" kini giliran Alin bertanya pada Garda.
"Why not?" ucap Garda santai.
"Makasiiih!"
"Sorry ya kalau gue nyusahin lo beberapa hari ini dan marah marah ngak jelas. Gue juga gak tau kenapa, rasanya pengen ngebentak lo terus. Lo sih, ngeselin" ujar Alin terkekeh malu dan Garda hanya menyinggung senyum tipis, sangat tipis.
"Gue yang harusnya minta maaf, soal-"
"Ngak usah dibahas" Ucap Alin yang sudah tau kemana arah persoalan yang dimaksud Garda, ia tidak ingin kembali mengingat rasa sakit yang akhirnya akan membuat nya tidak tenang.
"Oh iya, kita mau kemana?" tanya Alin mengalihkan topik, karena ia merasa ini bukan jalan menuju rumah.
Garda menoleh sejenak kearah Alin, sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat untuk membahas semua itu, apa lagi Alin baru sembuh dan ia juga tak ingin membuat cewek itu kembali dalam kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Guard
Novela JuvenilPernah tinggal serumah sama Most Wanted? Atau Kapten basket? Atau mungkin Ketua Geng Motor? Gimana kalau mencangkup ketiganya? Kalau kata Natalin sih, "mustahil kalau lo ngak punya perasaan"