21

118 16 0
                                    

Haii! Haiii! Masih semangat buat lanjut ngak nih?!🥰😅

Seminggu setelah kejadian Klinik Harapan Bunda tersebut membuat masalah ini masih di ambang teka teki yang sulit di pecahkan.

Saat malam kepergian Garda dari klinik itu, Ia sedang berusaha untuk datang kembali ke rumah Anya. Namun respon orang tua Anya masih sama, keduanya bungkam dan enggan menerima tamu apa lagi tamu tersebut adalah Garda, karena ia tau bahwa tujuan Garda datang ke sana hanya untuk menanyakan keadaan Anya, anak mereka.

Pagi yang cukup cerah ini dihiasi oleh rasa kantuk yang menyelimuti mata Anju, Junet dan Kalandra. Ketiganya memang menjadi langganan tidur saat jam matematika yang sedang di ajarkan oleh bu Nana.

Guru tersebut juga sudah tidak sanggup lagi memberi peringatan kepada ketiga cowok itu, walau begitu Bu Nana tetap memakluminya karena setiap mereka tidur pun mereka tidak ketinggalan pelajaran. Artinya, mereka akan menyusul pelajaran yang tidak mereka dengarkan dan mereka pahami.

Entah apa yang mereka lalukan semalaman hingga bisa tertidur di kelas sepagi ini, syukur syukur Rausand dan Garda tidak ikut tidur di kelas, bisa bisa Bu Nana keluarkan mereka semua.

Tapi tenang, Garda memang selalu damai dengan setiap mata pelajaran, apa lagi matematika. Di saat semua orang sangat membenci pelajaran hitung hitung, namun tidak dengan Garda. Sedari dulu cowok itu memang mengikuti Olimpiade Matematika dan Fisika. Hasil nya cukup memuaskan sekolah dan membanggakan keluarga, ia tidak pernah kalah dalam setiap perlombaan. Oleh karena itu sekolah mengizinkan nya untuk mengambil dua mata pelajaran yang di lomba kan, walau pada umumnya hanya boleh memilih satu saja.

Tangan Garda menjadi penggerak sebuah benda yang ia pegang sekarang, benda tersebut terus menodai kertas kosong nan putih dengan berbagai coretan.

Di tengah kegiatannya mencatat beberapa materi yang di jelaskan oleh Bu Nana, tiba tiba guru tersebut memanggilnya membuat tanda tanya seisi kelas.

"Garda, kesini sebentar" mendengar namanya di sebut, Garda mendongak dan mengikuti perintah guru tersebut tanpa rasa penasaran.

"Sebentar lagi akan ada Olimpiade Biologi, Kimia, Fisika, Matematika, Geografi, dan Kebumian antar daerah" ujar Bu Nana menjeda ucapannya karena sedikit menarik nafas.

"Karena kamu juara Olimpiade Matematika, jika tidak keberatan ibu ingin menyerahkan kepada kamu untuk mengajarkan siswa kelas sebelas yang akan mengikuti Olimpiade nanti, bagaimana?" Tanya Bu Nana menatap Garda yang terlihat tanpa ekspresi.

Ia sedikit memikirkan ucapan Bu Nana barusan. sebenarnya Garda sangat ingin menolak permintaan guru itu, untuk sekarang Ia sedang banyak urusan dan beberapa masalah yang harus di selesaikan. Tetapi mengingat bahwa yang meminta nya adalah seorang Guru yang telah memberinya ilmu dan sebagai bentuk menghargai, Ia pun menerima permintaan Bu Nana.

Garda mengangguk sebagai jawaban, membuat wanita paruh baya di depannya tersenyum bahagia.

"Baik, ibu sudah memilih tiga orang yang akan mewakili sekolah kita" Ucapan Bu Nana barusan membuat Garda ingin kabur, ia pikir hanya seorang saja.

"Pertama Dave Alatas, terus Adel Laura dan—" Bu Nana membuka beberapa lembaran di depannya.

Entah mengapa ucapan gurunya yang menggantung tersebut membuat Garda penasaran, biasanya ia tidak terlalu perduli akan hal itu.

"Natalin." Rasanya Garda ingin menolak ucapan Bu Nana barusan. Sebegitu banyak murid di SMA Anak Bangsa mengapa harus cewek itu yang selalu berurusan dengan nya.

Garda menghela nafas, wajahnya masih datar walau barusan sedikit terlihat kaget. Oke, profesional.

"Yasudah Garda, Ibuk akan memberi tahu mereka tentang ini dan kamu bisa menentukan jadwal latihannya sesuai keinginan kamu. Kalau bisa secepatnya, karena lomba akan di adakan sekitar dua bulan lagi" ujar Bu Nana dan Garda mengangguk paham.

My Special GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang