Setelah acara makan makan tadi mereka segera pulang namun lebih dulu mengantar Alin, sekalian singgah ke rumah anak sultan.
Sepanjang perjalanan, tak henti henti nya mereka berteriak di dalam mobil kala Alin menceritakan semua nya. Tia yang menyetir juga tak henti berceloteh pada Alin.
Ia menceritakan bagaimana kehidupannya saat pindah ke rumah Garda hingga Alin memberi tahu tentang postingan yang sudah tenggelam itu. Keesokan hari nya postingan Garda yang duduk di atas motor hilang seketika, dan lebih parahnya lagi admin akun tersebut tidak menepati janjinya untuk memperlihatkan siapa perempuan yang di tunggu oleh Pangeran Sekolah.
Bagi Alin itu merupakan sebuah keberuntungan karena dirinya tak terpampang di media sosial, kalau perlu Alin berterima kasih pada admin tersebut karena telah menghapus postingannya.
"Guys"
"Hm..jangan bilang ke siapa siapa ya" ujar Alin hati hati.
"Aman!" Ucap ketiga temannya.
Akhirnya mobil Tia mendarat tepat di depan gerbang rumah Garda. Alin yang mengetahui itu segera menurunkan kaca mobil dan melambai ke arah satpam di sana.
Ia mengisyaratkan untuk membuka gerbang karena mobil Tia ingin masuk. Mungkin jika bukan wajah Alin yang nonggol, pasti satpam tersebut akan menghampiri dan menanyakan tujuannya, karena bukan sembarang orang yang boleh masuk ke kediaman Raden Raega Wijaya.
"Makasih pak!" Teriak Alin pada sang satpam rumah yang sedang membuka gerbang.
"Sip Non" ucap satpam tersebut yang bernama Udin.
Akhirnya mobil Tia terparkir di halaman, mereka pun segera turun.
"Njir kedua kalinya gue ke sini, Sumpah sekaya kayanya Bonyok gue. Ngak segininya" ucap Tia antusias, Alin yang mendengarnya hanya tertawa ringan.
"Sama woi! Kita juga bisa masuk karena si Anne. Ya ngak An?" Ujar Riana dan Anne mengangguk.
"Ha? Karena Anne?" Tanya Alin memastikan ucapan Riana barusan.
"Iya, Anne kan—" ucapan Kariana terpotong karena tiba tiba Raden datang menghampiri mereka mengenakan kaus biru dan celana pendek, kok baju ayah basah?
"Eh, udah pulang ternyata" ujar Raden tersenyum.
"Sore om" sapa Anne berbarengan dengan yang lain ikut menyalami punggung tangan Raden.
"Baju Ayah kok basah?" Tanya Alin menatap Raden.
"Nyuci mobil"
"AYAH?!" Ketiganya berbarengan kaget mendengar panggilan Alin untuk Ayah Garda membuat mereka berdua menatap ketiganya sambil tertawa ringan.
"Iya, kan anak Ayah" ucap Raden merangkul bahu Alin sambil tersenyum.
"Yahh, basah deh baju Alin" ujar Alin di buat buat seolah olah ia kecewa.
"Eh, maaf Ayah ngak sengaja" Raden melepas rangkulan tangannya dari pundak Alin.
Alin tertawa melihat tingkah Raden "Bercanda kali yah" ujarnya.
Anne menyipitkan matanya menatap ke arah Raden.
"Om curang banget sih! Giliran Alin aja boleh di panggil Ayah" ujar Anne memayunkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Guard
Teen FictionPernah tinggal serumah sama Most Wanted? Atau Kapten basket? Atau mungkin Ketua Geng Motor? Gimana kalau mencangkup ketiganya? Kalau kata Natalin sih, "mustahil kalau lo ngak punya perasaan"