"Alinn!" Panggil Sheril dari ruang tamu.
"Alinn" panggilnya lagi, namun belum ada sahutan dari atas, lebih tepatnya dari kamar Alin.
Sheril menghela nafas berat, harusnya ia tidak perlu berteriak memanggil anaknya, karena percuma saja, karena tidak terdengar. apa lagi di rumah yang cukup besar itu.
"Raraa" panggil Sheril beralih pada anak bungsunya yang sedang menonton televisi.
"Iyaa maa!" Sahut Rara segera, tidak seperti sang kakak.
Rara berlari kesumber suara Sheril memanggilnya, "Eh-"
Tiba tiba Rara menghentikan langkahnya saat melihat Garda yang duduk berhadapan dengan Sheril, wajahnya langsung berubah ceria.
"Hai" sapa Garda sambil tersenyum menatap bocah itu.
"Abang gantengg!!" Rara langsung berlari kearah Garda kemudian memeluk cowok itu.
Hap!
Garda menangkap tubuh Rara yang menabraknya.
"Eh eh, ngak boleh gitu. Ngak sopan" peringat Sheril melihat kelakuan Rara.
Bocah itu mengabaikan ucapan mama nya, ia lebih memilih untuk memeluk Garda.
"Rara udah yaa" ujar Sheril lagi.
"Hehe" Rara melepas pelukannya sambil cengengesan.
"Tadi Mama panggil Rara ya?" Tanya nya kini berhadapan dengan sang ibu.
Sheril mengangguk, "Mama mau minta tolong panggilin kak Alin di kamar"
"Oke" bocah itu mengacungkan jempol.
Saat ingin melangkah, tiba tiba Rara membalikkan badannya menatap Garda.
"Nanti kita main yaa?!" Seru Rara mengajak Garda, hal tersebut membuat Sheril geleng geleng kepala.
Garda tiba tiba mengangguk, "iya" ujar cowok tampan itu sambil tersenyum.
"Okeh, tunggu sebentar ya. Rara panggil kak Alin nya dulu" ujarnya kemudian langsung berlari menuju ruang tengah.
Rara memilih untuk menaiki lift supaya tidak terlalu capek berlari menuju kamar kakaknya. Ia masuk dan memencet salah satu tombol di sana, lebih tepatnya menuju lantai 2.
Pintu lift terbuka, ia langsung keluar dan berlari menuju kamar Alin.
"Kakak!"
Dor!
Dor!
Dor!"Kak Alinnn!"
Rara tidak menggunakan hati nuraninya ketika mengetuk kamar Alin. ralat, bukan mengetuk, tetapi menggedor.
Dor!
Dor!
Ceklek"Apasih?! Berisik tau ngak!"
Rara mendongak sambil nyengir, "Di panggil mama" ujarnya.
Alin menahan kekesalahnya, begini ternyata berhadapan dengan bocah tengil.
"Ngak usah teriak teriak juga, Ra. pake gedor gedor pintu segala lagi" ujar Alin menasehati.
Mimik wajah Rara seketika berubah, "Iyaaa, maaffin Rara kak" ujarnya sambil menunduk menaikan jari jari kakinya.
Alin menghela nafas berat melihat tingkah adiknya, ia memaklumi itu.
"Yaudah mama dimana sekarang?" Tanya Alin.
Rara kembali mendongak, "Dibawah, di ruang tamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Guard
Teen FictionPernah tinggal serumah sama Most Wanted? Atau Kapten basket? Atau mungkin Ketua Geng Motor? Gimana kalau mencangkup ketiganya? Kalau kata Natalin sih, "mustahil kalau lo ngak punya perasaan"