happy reading🥰❤️
Brukkk!
Dengan langkah cepat, Alin berbalik dan menutup pintu kamar dengan keras sehingga menimbulkan suara yang besar. Kemudian bersandar di belakang pintu sambil memegang dadanya guna menetralkan jantung yang berdetak tak karuan. Bukan karena apa, ia hanya kaget dan tak menyangka bahwa cowok itu adalah anak bunda Jingga. Apa benar? Jika memang, haruskah ia berurusan dengan seseorang yang mematung di ujung tangga itu?
Mengingat kejadian di kantin tadi, membuat keraguan di dalam benak Alin. Apa dia masih marah dengan kejadian itu? Terserah, jika pun ia marah, Alin tak perduli. Oh Alin sudah lah, mengapa jadi memikirkannya.
Garda Raega Wijaya, pria yang berada di ujung tangga tadi. Dia tak merasa kaget dengan kehadiran Alin di rumah nya. Ya, karena Garda sudah lebih dulu tau. Hanya saja ia tak tahu kapan cewek itu mulai tinggal di rumahnya. Oleh sebab itu Garda hanya diam mematung saat matanya terkunci pada cewek yang berdiri di depan pintu dengan tangan masih memegang pedal pintu
"Aaa! Bodo bodo" Alin mengumpat.
Setelah merasa cukup, Ia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Untuk malam ini Alin menggunakan kaus berwarna baby blue dan di padukan dengan celana tidur sepanjang lutut. Kemudian mulai membereskan semua barang barang yang di bawa dari rumah orang tuanya.
Hari sudah mulai gelap, beberapa bintang mulai menunjukkan kehadirannya. Alin berjalan ke balkon kamar barunya sembari melipat tangan di atas pagar pembatas balkon tersebut.
"Alinnn"
Panggilan tersebut menyadarkan lamunannya. Alin segera masuk dan menutup pintu kaca balkon, kemudian berjalan mendekat ke arah pintu kamar. Alin yakin bahwa panggilan itu berasal dari sana.
Alin segera membuka pintu dan tersenyum mendapati sang bunda yang berdiri menunggu dirinya.
"Di kamar terus. Bunda udah masak, ayo makan dulu" ucap Jingga yang mengelus pundak Alin.
Alin mengangguk sebelum berjalan mengekori jingga menuju meja makan. Di sana Alin di suguhkan dengan berbagai makanan yang membuatnya tak tahan untuk melahap semua nya. Namun semua itu ia urungkan ketika melihat seorang cowok yang duduk di sebelah Ayah-Raden.
Garda tidak melirik sedikit pun ke arah Alin yang masih berdiri di samping bundanya. Jingga dan Raden yang melihat kecanggungan di antara mereka pun segera menetralkan suasana.
"Alin Kenalin ini Garda anaknya Bunda, Garda kenalin ini Alin anak sahabat Bunda"
Garda menghentikan aktivitasnya dan mendonggak menatap cewek di hadapannya. Tatapan mereka bertemu sampai akhirnya Jingga bertanya pada mereka.
"Apa kalian sudah saling kenal?" Tanya Jingga pada anak anak nya karena jingga merasa bahwa salah satu dari mereka belum ada yang menyodorkan tangan untuk berkenalan.
"Udah Bun" jawab Garda cepat, kemudian melanjutkan kegiatannya. Alin yang mendengarnya hanya menatap malas tanpa membantah.
"Dih, Kenal juga kagak. Pake bohong sama Bunda segala lagi" batin Alin.
"Bener Alin?" Tanya Bunda memastikan ucapan Garda barusan. Alin segera mengangguk, toh juga Ia sudah tau namanya, kalaupun Garda tak mengenal Alin, itu bukan urusannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Guard
Teen FictionPernah tinggal serumah sama Most Wanted? Atau Kapten basket? Atau mungkin Ketua Geng Motor? Gimana kalau mencangkup ketiganya? Kalau kata Natalin sih, "mustahil kalau lo ngak punya perasaan"