31

111 10 0
                                    

"Hikkss...Ya' hikss... keru hikss.. mah, gue butuh hikss.. lo"

"LIN! LO KENAPA?!"

"Hikss.."

"Lin, lo denger gue? Lo baik baik aja kan?"

Alin menggeleng tanpa sepengetahuan Tia.

"..."

"Oke gue ke rumah sekarang, sekalian gue kasih tau yang lain"

"Ja-jangan.."

Tut.

Alin menarik ingus nya, lalu ponselnya ia jatuhkan begitu saja. Tangan nya bergerak tepat di depan wajah, Alin bisa melihat tangannya bergetar dan darah keluar dari punggung tangannya, itu bekas infus tadi.

Alin menggigil karena suhu di ruangan nya sangat dingin, kepalanya juga masih pusing namun tangisannya sudah berhenti. Bibir Alin yang biasanya berwarna pink sekarang sudah pucat.

Perlahan ia menarik selimut dengan sisa tenaganya, namun selimut itu tidak bergerak sedikit pun dan akhirnya Alin pasrah. Dalam pejaman mata nya, ia beristirahat sambil menahan rasa dingin yang menyeruak di tubuhnya, sungguh ini lebih dingin dari suhu di Australia dulu.

15 menit Alin berusaha untuk tidur namun hanya mata yang terpejam, ia belum benar benar tidur dan sedari 15 menit yang lalu ia belum mendengar suara pintu, berharap Tia segera datang.

Garda juga tidak terlihat sejak keluar dari kamar tadi, sepertinya cowok itu marah. Bukankah harusnya Alin yang marah karena ini semua? Ia juga tak paham jalan pikiran Garda yang begitu menyakiti hati nya. Padahal sebelum nya mereka masih baik baik saja, malahan Garda mengajaknya untuk pulang bersama. Tetapi semua itu hancur, Garda tidak muncul di saat Alin menunggu nya di Halte. Malahan cowok itu terlihat di saat ia sudah di siksa oleh orang tidak di kenal dan Garda tidak menolongnya.

Ceklek

Hati Alin bersorak ria saat mendengar suara pintu kamarnya terbuka tetapi ia tidak sanggup membuka mata, sungguh. Bergerak sedikit saja rasanya seperti sedang gempa. Ia mendengar langkah kaki yang mendekat, Alin sangat berharap orang tersebut adalah Tia.

"Alin" ujar suara itu lembut.

Ya, Alin tanda, sangat tanda! Ini bukan Tia, juga bukan Garda. Karena suara itu adalah suara perempuan.

"Linn, lo udah tidur?" Suara tersebut keluar dengan halus. Tetapi Alin tidak sanggup bersuara, untuk membuka mata saja sangat susah.

Tiba tiba sebuah tangan menempel sempurna di kening Alin, ia merasakan itu.

"Alin, badan lo panas banget!" Terdengar suara panik dan khawatir di sana.

"Lo harus ke rumah sakit sekarang" setelah mengatakan itu, tangan Anne sudah menjauh dari kening Alin. Ya, wanita itu adalah Anne

Alin tak tahu mengapa Anne berada disini dan seingatnya ia hanya menghubungi Tia.

Anne berlari dengan panik menuruni anak tangga, "Kak!"

"Kak Garda!" Suara Anne sedikit berteriak memanggil nama Garda.

"Ssttt" Garda muncul dengan jadi telunjuk menempel di bibirnya.

My Special GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang