Happy valentine yallAdh adh 😇 /cries in jomlo yg baru putus/
★ ★ ★ ★
"Mampus, gabut lagi." Reyhan menaruh ponselnya di meja setelah notifikasi baterai hampir habis muncul di layar kaca Iphone HDC itu. Benar benar apes, sudah kemarin tadi ponselnya diformat setelah ketahuan memfoto pasangan Maddie-Putri yang —di pikirannya— sedang akan melakukan adegan skidipapap ngentiaw, sekarang baterainya habis dan tidak ada powerbank?
'Mana masih pagi pula. Hdhh..'
Tenggelam dalam lamunannya, Reyhan tidak menyadari kalau seorang guru wanita memasuki kelas bersama dengan pemuda seumurannya yang kelihatannya anak baru. Well, anak baru itu juga tampak tampan, cool, pendiam dan dingin.
Benar benar radiating main character vibes yang biasa muncul di wattpad. Kharismanya itu juga, yang membuat sebagian besar bengek hyung girls melirik kearahnya tanpa memedulikan guru wanita walikelas mereka —Bu Tathy—atau mari kita panggil dengan sebutan Bu Ta, yang menggandengnya.
"Ok anak anak, kali ini kita kedatangan murid bar—"
"KYAAA GANTENG SEKALI MAS~"
"RAHIMKU ANGET AHHH~"
"AYO SINI MAS AKU ENTOTABLE KOK MWAHH~"
Sorakan para bengek hyung girls kecuali Anissa tentunya, cukup memekakan telinga warga kelas 12 IPS-2 tersebut. Tidak terkecuali Alexia yang kini melirik kearah kekasihnya yang tampak sibuk menulis jurnal. Reyhan hanya menatap sekilas ke arah anak baru itu, namun tanpa sengaja tatapan mereka bertemu.
Iris abu tua milik si anak baru serasa tenggelam dalam hitam kelamnya netra Reyhan, sebelum akhirmya keduanya memutus kontak mata mereka.
'Anjing apaan sih ini?! K-kok gue deg degan??? G-gue masih normal, kan?' Reyhan memegangi dada kirinya tempat dimana jantung pria surai merah itu berdegup kencang.
Bu Ta menghela nafas. "SHHHH, tenang dulu anak anak, Devan, kamu bisa perkenalin diri." guru berambut ponytail itu beralih menatap kearah si murid baru sebelum akhirnya pergi keluar kelas.
"Hm? Oke by— eh maksudnya bu. Hm.. Gue Devano Aldebaran hm. Panggil apapun aja bebas, hm.. Mau panggil sayang juga gapapa kok, hm." Devan mengedipkan sebelah matanya kearah para gadis yang kini most of them bersorak kegirangan.
Kecuali Alexia.
Rasa penasaran merayapi pria dengan tinggi 181 cm itu sampai sampai dirinya menghampiri sang gadis dan duduk disebelahnya. " Hai manis. Gue duduk disini boleh, kan, hm?"
"Ngga."
"Hm~ dingin gitu ngga cocok sama kamu loh by. Hm.."
"Ham hem ham hem mulu, lo mau daging ham atau gimana?"
"Maunya ngehukum kamu aja, gimana, hm?"
Alexia menaikan alis. "Maksud lo apa?" iris navy nya menatap Devan curiga. "Hm.. Bukan apa apa kok, hm. Gue Devan." senyum sok manis tersungging dari bibir Devan.
" Nggak nanya."
" Iya, makannya sekarang gue yang mau nanya nama lo. Hm.. Do you have a name or should I call you mi—"
"Alek!!"
Ucapan Devan terpotong oleh panggilan Anissa pada Alexia yang kini tersenyum kearah gadis pasmina putih itu. "Whaddaya want, dumbass?" sang gadis surai pink masih tersenyum manis kearah Anissa.
" Uh- Anterin gue ngurus osis." nada julid terlontar dari bibir ranum sang gadis, berbanding terbalik dengan manik cokelat terangnya yang kini berkaca kaca karena kedekatan Devan dan Alexia.
Padahal dekat saja tidak.
"Oke." Alexia berdiri dari bangkunya, disusul oleh Anissa yang langsung menyambar tangan sang pacar untuk keluar kelas.
Devan terkesiap atas tindakan keduanya dan segera menarik balik lengan Alexia. "Hm-?! Tunggu-!"
Anissa menatapnya jutek. " Ada apa? Kalo nggak penting, lepasin tangan dia, soalnya urusan gue lebih prioritas buat Alek."
"Seenggaknya kasih tau gue nama lo dulu, hm-!"
"Alexia. Sisanya cari aja di buku absensi." dengan kasar, Alexia melepaskan cengkraman Devan dari lengannya dan keluar dari kelas bersama Anissa.
Disisi lain, Maddie menatap kepergian Alexia dan Anissa dengan perasaan aneh. Sejak kapan ketua dua kubu geng musuh itu dekat? Apa mungkin fanfic enemy to lovers yang biasa dirinya biasa baca actually jinxed her ke situasi seperti ini?
"MAS DEVAN AYO BOOKING HOTEL, KAMU GANTENG SEPERTI PESAWAT G*RUDA" untuk beberapa alasan, kalimat yang keluar dengan lentur dari bibir Putri sedikit mengalihkan perhatiannya.
Ujaran berikutnya yang terlontar dari bibir pinkish Devan membuatnya semakin merinding ngeri. "Hm? Pesawat yang mendarat ke hati kamu, boleh gak by?"
Dasar buaya darat. Reyhan saja yang bisa menaklukkan hampir semua cewek kelas sebelah sepertinya akan kalah oleh Devan.
"Tolol banget." Nabila duduk di meja guru dengan wajah datar dan tampak menutupi perutnya. "Iya, kayak geng kalian. Tolol banget." cibir Maddie yang disambut anggukan Cindy.
"Apaan, sih? Gue ngga, ya. Xixi~ gini gini gue bisa jaga kehormatan. Ngga kayak lo, Cin, Mad. Kalian seragam sekolah kayak mau ngelonte. Pake choker kayak anjing."
Cindy terbahak. "Seenggaknya Maddie cocok pake choker. Lah elo? Cocok jadi lonte aja ngga. Bahkan mucikari para lonte aja will definitely choose someone better."
"Mulai, kan, dialek bahasa inggrisnya yang ngga ada seorangpun bakal paham."
Sedikit terpancing, Cindy berjalan menghampiri Nabila dan menaikan dahu gadis ber rok rampel itu sinis. " Heh.. Percuma ortu lo sekolahin lo mahal mahal disini kalo ujungnya lo ngga mau belajar dan malah ngelonte."
Maddie menyiritkan alisnya.
Something's wrong, she can feel it.
★ ★ ★ ★

KAMU SEDANG MEMBACA
bengek in red
RomantikBagaimana jadinya kalau ketua bengek hyung girl dan ketua alt girl berpacaran? Bukan hanya bengekers, tapi jameties dan kp juga?!!