25

1.8K 317 104
                                    

"Hah? AMT khusus kelas kita dicepetin jadi senin nanti?" Nabila merepetisi ujaran malas Pak Nana yang juga merupakan wakasek kesiswaan SMA mereka dengan agak terkejut. 

Bagaimana tidak terkejut, di hari jumat kejepit itu sempat sempatnya si guru sejarah itu mengumumkan kalau kelasnya akan mengikuti achievement motivation training yang kabarnya akan diadakan di pulau pribadi aset milik sekolah. Dan.. Kesempatan emas itu, apalagi khusus untuk kelas mereka berarti bahwa hanya akan ada personil kelas mereka ber 25 yang akan bersantai di pulau itu. Belum lagi dikurangi jumlah murid yang tidak ikut. 

Pak Nana hanya mengangguk. " Well, bisa dibilang karena lapak bazar kalian paling sepi jadi kita kasihan and kasih kesempatan buat kalian improve and holiday di tuh pulau. Yang harus dibawanya.. Baju buat seminggu aja sama snack selama perjalanan. Sisanya nanti disediain sama pihak sekolah. Kalian tinggal berangkat aja senin nanti bisnya disini kok agak sorean." 

Reyhan yang baru datang ke kelas sambil menggandeng tangan Devan hanya menatap obrolan guru dengan beberapa penghuni kelas itu dengan cengo. "Ada apa nih?"

"E-err.. i-itu katanya kelas kita mau AMT senin nanti." Bayu mencoba menjelaskan dengan tergagap. Merasa bosan dengan suasana kelas yang tumben sekali sepi karena banyak siswanya yang hari ini bolos, Pak Nana memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. "Sisanya kalian atur sendiri, yh oks" 

Stephanie bangun dari tidurnya. "Oke, sekarang si busuk bau Nana udah pergi, kita ngapain?" tatapan iris zamrud itu tampak sayu dan mengantuk. 

"Triple date?" Devan membuka suara sembari melirik kearah Alexia dan Anissa yang menyender ke bahu satu sama lain. "Hah? Siapa aja?" Anissa memiringkan kepalanya. 

"Alek sama si bengek, Jamet sama Saby*an, gue sama.. Siapa, ya?" Steph memasang pose berpikir. Reyhan hampir saja menyemburkan bir bintang yang sedang diminumnya kalau saja dirinya tidak bisa menahan tawa melihat ekspresi Bayu yang..

..memprihatinkan. 

Bayu menghela nafas. "Dahlah." 

"Hah? Lo kenapa?" dengan tampang tanpa dosa, Steph melontarkan kalimat tanya dengan nada polos. Merasa tidak digubris, sang gadis akhirnya lebih memilih menggedikan bahu dan menyiapkan jaketnya. Ah. Kalau saja ada Cindy dan Maddie disini, pasti pemilik rambut hitam-ungu itu sudah ditoyor berkali kali. 

Dasar tidak peka.

Untung saja, kali ini dengan gagah berani ketika Steph berdiri untuk menyiapkan tasnya, Bayu dengan pelan menarik ujung jaket sang gadis. "Eh- Tu-tunggu, Steph-san-"

"Huh? Kenapa?"

"Gue boleh jadi partner lo, kan, di triple date nanti?"

★★★

Maddie menghela nafas kesal sembari mengganti air di kompresan kepala Putri dengan khawatir. "Karma lu, setres. Makannya jangan hujan hujanan, bego." Yang dirawat oleh sang gadis rambut cokelat hanya terbahak. "Gapapa, kan lo yang ngurusin."

"Nggak ada akhlak emang. Bego dihabisin sama sendiri, enggak bagi bagi ke orang."

"Tadinya mau gue bagiin ke lo tapi lo udah terlanjur tolol."

"Anjing."

Ah. Padahal si cewek hyungers rambut pendek itu sedang sakit, tapi dirinya masih saja sanggup mrmbuat perempatan siku siku muncul di dahi Maddie. Terlebih lagi, orang tua Putri yang sedang honeymoon sampai bulan depan, bagaimana dirinya tidak khawatir, coba?

Putri bergelayut manja di tangan ramping Maddie yang sibuk memerah konten air dari kompresan yang di pegangnya. "Maaadd~" 

"Kalo ga penting, gue matiin lo."

"Laper~"

Sorot kesal Maddie berubah lembut. "Yaudah, bentar, ya. i'll cook you some bubur." Gadis itu akhirnya berdiri dan beranjak pergi ke dapur cukup luas milik Putri dan mencari bubur instan di rak paling atas. Bubur dengan merek Persu bubur itu dirinya tuangi air dan aduk sampai mencapai tekstur yang menurutnya pas, sebelum akhirnya Maddie bawa ke hadapan Putri.

" Nih. Makan."

" Suapin~"

" Banyak mau." Putri hanya menyengir lebar dengan lemas ketika Maddie duduk di sebelahnya dan meniupi bubur itu lembut dan menyuapi si gadis rambut pendek. Sesekali, gadis dengan nail polish berwarna lilac itu memberi Putri minum larutan cap kaki empat agar tidak seret. "Thanks , Mad." ujar Putri ketika bubur di mangkuk merah itu habis.

" Ok. "

" Maddd~"

"Apa lagi?"

"Temenin gue tidur, boleh?" Jemari lentik Putri menggenggam lembut ujung jaket cowprint Maddie. "Ck. Apa yang enggak sih buat lo?" senyum tipis mengembang di bibir Maddie seiring dirinya ikut merebahkan diri di kasur Putri. 

Kelopak mata netra gelap gadis rambut pendek itu serasa semakin berat sampai akhirnya menutupi kedua iris indah itu dan membimbingnya ke negeri mimpi. Maddie masih tersenyum lembut melihat pemandangan dihadapannya itu sebelum akhirnya bibirnya yang hanya dilapisi lipbalm tipis itu menyapu permukaan dahi Putri. Masih sedikit bertemperatur hangat, but definetly sudah membaik dari sebelumnya. "Sweet dreams, princess."


bengek in redTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang