41

1K 151 12
                                    


Tiga tahun lalu, pemilik rambut pink yang kini terduduk di lantai marmer sekolahnya itu sedang menikmati angin sepoi sore hari bersama sang gebetan, Ayna Nabilawati.

Tiga tahun lalu, Alexia yang kini merutuki kebodohannya karena terjebak diantara cinta segitiga itu sedang menulis 13 lembar essay tentang seberapa sukanya dia pada Nabila.

Tiga tahun lalu, manik navy yang kini meneteskan air mata itu menatap iris gelap Nabila dengan takjub, saat keduanya melakukan sleepover dan Nabila membacakan Alexia paragraf panjang tentang seberapa berharganya Alexia dan seberapa bersyukurnya ia karena sang gadis rambut pink ada di kehidupannya.

Sebagai sahabat, tentunya.

Pandangan Nabila tentang persahabatan mereka juga tidak berubah, bahkan ketika Alexia menyatakan cintanya lewat surat pada Nabila, di rooftop sore itu ketika keduanya masih kelas 9.

Nabila menghela nafas. "Al, makasih buat suratnya." sang gadis rambut hitam mengacak rambut cewek alt itu. "Gue ngerasa bener bener dipeduliin dan disukain abis ngebacanya. Gue peduli dan hormatin lo dan perasaan lo juga. Tapi, sayangnya.. gue nggak bisa bales rasa suka lo. Gue lebih nyaman kalo kita temenan aja. "

"..gapapa kok. i understand." Alexia tersenyum lirih kearahnya.

Nabila menatapnya sendu. Dirinya paham, Alexia pasti tidak baik baik saja karena ucapannya. " Gue tau kok, kalo lo suka sama gue dari awal. I mean, it's obvious. Tapi.. sayangnya gue cuma ngeliat kita di hubungan platonic."

"..."

"Jujur aja, semua polaroid kita yang lo minta Bayu fotoin, masih gue simpen. Dan- Al, kepedulian lo sama gue makin bikin gue ngerasa gak enak buat nolak lo tapi.. you deserve someone better." senyuman lirih masih terukir di wajah Nabila ketika gadis itu menyelesaikan ucapannya. Di satu sisi, dirinya tidak ingin kehilangan Alexia, namun disisi lain, Nabila tidak ingin menaburkan harapan palsu. " Lo boleh benci sama gue buat hal ini, kok. "

" Nggak akan bisa. "

" Hah? "

" Gimanapun juga.. gue nggak akan bisa benci sama lo. Tapi, gue ngerti kok. Maaf ya, ngeganggu lo selama ini." Alexia menyengir kearah sang sahabat. Bohong besar namanya jika dia tidak merasa sakit hati, tapi cintanya sudah terlanjur dalam sehingga hujaman kata kata Nabila yang setajam belati dirinya justifikasi.

" Jadi.. kita pura pura musuhan di SMA nanti? " iris gelap Nabila masih memantulkan rasa simpati.

" Deal!"

Mungkin hal itu juga yang membuatnya tidak bisa membenci Nabila. Cara gadis rambut hitam itu memperhatikannya dari kejauhan..

Bahkan, jika diingat lagi, ketika insiden dirinya tenggelam, Alexia tahu betul bahwa Nabila yang menenggelamkannya. Bukan tanpa alasan, dirinya tahu kalau Alexia akan mendapat nilai merah karena tidak bisa berenang. Oleh karena itu, Nabila menenggelamkannya agar Alexia mendapatkan dispensasi nilai dari Pak Jek.

Maddie yang menyaksikan sang sahabat break down karena ex crush nya hanya menepuk dahi. "Lo bener bener take 'if i cant have her, I'll get her homie instead' seriously tapi tetep suka sama Nabila kayak orang gila, tau, ga?"

"Bukan gila." Stephanie yang baru keluar dari kelas menepuk dahi. "Lebih tepatnya bucin tolol."

bengek in redTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang