Ok kalo susunan kata bab ini ngaco harap dimaklum gue nulis sambil kebelet ee★ ★ ★
Siang menjelang sore itu, suasana kelas 12 IPS-2 tampak agak sepi walaupun jamkos karena hujan deras diluar yang kadang dihiasi sambaran petir yang sahut menyahut.
Sebagian besar dari mereka tertidur pulas di mejanya masing masing sementara lainnya sibuk melakukan kegiatan yang mereka inginkan. Anissa menatap lembut Alexia yang tiduran di meja sebelahnya sambil mengusap ngusap kepala gadis itu. "Ngantuk ya, hyung~" ujarnya manja. Iris navy Alexia menatapnya malas. "Yaudah tidur."
Dasar pea gak peka. Anissa menggembungkan pipinya sebal. Padahal kan, dirinya sudah memberi kode kalau gadis pashmina itu kedinginan dan butuh cuddle dari sang pacar. Menyebalkan sekali.
Iris cokelat mudanya beralih menatap kearah Steph yang sedikit banyak menggigil kedinginan di kursinya. "Geez. Tau gini gue pake sweater kesini." gadis rambut hitam-ungu itu menghela nafas sebal.
"U-Uh.. Nih-" Bayu, yang sedari tadi memperhatikannya akhirnya berinisiatif melepaskan jaket kaneki nya dan memakaikannya pada Steph. "Eh- buat apa-?"
"I-itu- kan uhh- lo kedinginan-?"
"Oh.." senyum kecil mengambang di bibir pinkish Steph seiring dirinya mengacak rambut Bayu pelan. "Makasih. Emang lo enggak dingin? "
Pipi pucat Bayu sontak saja dibanjiri rona merah malu. "Ah- dont worry about me, S-Sama sama.." ujarnya sambil menutupi muka.
Gluduk gluduk..
Sekali lagi, petir bersahutan membuat Reyhan menghela nafas dan menaikkan volume lagu yang sedang dirinya dengarkan. Namun, kegiatannya itu terhenti ketika Devan dengan ragu ragu menarik ujung kemejanya.
"Paan?!" Reyhan berdecak kesal.
"Lagi ngapain, hm?"
"..serius, Van, makin lama hasrat gue buat nonjok lo gara gara keseringan bilang 'hm' semakin membludak."
Pemilik last name Aldebaran itu terkekeh kecil sebelum akhirnya mendudukkan diri disebelah Reyhan. "Hm.. Takut."
"Takut apa?"
"Petir." jemari lentik Devan diam diam merayap dan menggenggam lembut jari jari besar Reyhan. "Lo phobia petir?" cowok jamet itu bertanya simpati.
"Hm.. Bisa dibilang gitu. Geli banget, ya? Padahal.. Gue kan cowok." sedikit berkaca kaca, iris abu Devan tampak segelap langit diluar. Reyhan berkedip. "Enggak, kok. Biasa aja. Semua orang juga pasti punya phobia masing masing." dirinya berujar bosan sambil mengecek status whatsappnya yang memiliki 8000 penonton.
dasar seleb whatsapp.
Suara petir semakin terdengar diluar seiring genggaman tangan Devan pada tangan Reyhan mengerat. Begini begini, tidak seperti Alexia yang tidak peka, Reyhan melingkarkan lengannya dan mendekap Devan lembut. " Shhh, udah, gausah takut. Gue disini kok." ujarnya lembut sambil menepuk punggung pria rambut hitam itu.
" Really?" Devan menatapnya dengan puppy eyes. Reyhan menangkup pipi pria didepannya itu sebal. " Gajadi. Geli. "
Kekehan merdu terlontar dari bibir tipis Devano. "Hm. Serius amat lo, by. " dirinya menyenderkan kepalanya ke dada bidang berlapis seragam ketat milik Reyhan. "HAH?!"
"Hm?"
"Tadi lo manggil gue apaan?!" dengan agak merinding, Reyhan menatap Devan horor. "By. Emang kenapa, hm?" yang ditatap hanya terkekeh renyah. "Hmm.. Jangan bilang lo salah tingkah gara gara gue panggil lo baby. "
"Bukan gitu, pantek."
"Kasar, bangsat. Hm.. Gue hukum baru tau rasa ya lo. " Devan semakin mendekatkan dirinya ke tubuh Reyhan karena udara diluar yang semakin dingin. "Hakam, hukum. Lo bukan bapak gue, anjir."
"Huh?"
"E-err.. Bukan apa apa. " sedikit banyak, Reyhan mengutuk dirinya sendiri karena sembarangan berujar. Tidak, tidak ada yang boleh tahu tentang keluarganya yang memang tidak harmonis itu. Biarlah seluk beluk kelam masa lalunya menjadi aib yang tidak akan pernah dirinya ceritakan pada orang lain. Tapi Devan tidak bodoh. dirinya menyadari bahwa ujaran dari Reyhan yang segera pria jamet itu urungkan berhubungan dengan masalalunya. Walaupun begitu, Aldebaran lebih memilih menutup mulutnya sampai Reyhan menceritakannya dengan sukarela pada cowok berkulit kuning langsat itu.
"Ngomong ngomong, Van," Reyhan menatap manik kelabu Devano khawatir. "Kenapa, hm?" sok kuat, pria rambut hitam itu berusaha tidak memperdulikan petir yang menyambar sahut menyahut diluar. "Kalo lo takut sama suara petirnya, mending dengerin playlist sotofify gue aja." senyum lembut mengembang di bibir cowok manis walaupun jamet itu.
"Ga. Paling juga playlist lo isinya dj koplo semua."
" Sembarangan lo bajingan." dengan kesal, Reyhan menoyor pelan kepala Devan yang kini terbahak. "Gini gini selera lagu gue ciggarates after sex, tauga?" dengan bangga, pemilik surai yang telah dipikok itu membusungkan dadanya. Senyuman terukir di bibir Devan. "Hm..Ternyata selera lagu kita sama, ya?"
Reyhan mengangguk dan memasangkan sebelah earphonenya ke telinga Devan dan telinganya sebelum akhirnya memutar lagu heavenly dari band yang tadi keduanya bicarakan.
tell me its love
tell me its real
touch me with a kiss, feel me on your lips
because this is where i want to be
where its so sweet and heavenly.
Tanpa sadar, Devan yang mengantuk menyandarkan kepalanya di pundak Reyhan dan tertidur pulas. Reyhan menatap cowok KP itu sekilas dan mengelus pelan rambut fluffy hitam milik Devan. Walau terasa cukup kering, rambut hitam itu dengan lembut menyapa jemari Reyhan bak kapas di musim panas. Sebuah perasaan yang tidak dapat dijabarkan dengan kata kata berdesir di dadanya, namun pria itu abaikan dan ikut tertidur dengan menyandar ke kepala pria yang menyandar di pundaknya.
"Sweet dreams, Evan."
★ ★ ★
Kalian readers jomblo yang baca ke uwu-an mereka rn:
KAMU SEDANG MEMBACA
bengek in red
RomansBagaimana jadinya kalau ketua bengek hyung girl dan ketua alt girl berpacaran? Bukan hanya bengekers, tapi jameties dan kp juga?!!