13

3.1K 496 121
                                    


Hy sptny sy kena karma ngatain kalian para jomlo-ers di ch 10 kemaren jd skrg sy skt HAHCNJAMXN😹✌️✌️ btw krn sy flu, up ch depan agak telat yh sptny 🤔

ok sekian terima martabak manis / terang bulan toping tobleron + wisman + kacang + skm + keju 😁

★ ★ ★

Seminggu berlalu setelah email nista itu Anissa dan Putri terima, sampai akhirnya sang pengirim, Bu Ta memanggil keduanya untuk berkumpul di ruangan guru rambut blonde itu. "Uh, jadi nanti detail kontesnya gimana, bu?"

"Ya gitu." Bu Ta memberikan mereka selebaran pamflet berisi detail speech contest tersebut. Dilaksanakan di SMA Internasional Pucuk Harapan yang juga adalah sekolah sahabat SMA AMS, yang juga diikuti 6 sekolah lainnya pada tanggal xx bulan xxx itu. "Kalian harus ngafalin isi teks yang kalian bikin, dan bacain pidatonya didepan 200 siswa dan siswi dari masing masing sekolah. " Bu Ta menggedikan bahu.

Putri memucat. 200 siswa dari 8 sekolah? Jumlah itu sama dengan.. "K-Kita harus bacain pidatonya didepan 1600 siswa?! Dan waktu bikin plus ngafalin teks nya cuma sebulan?"

"Yuuuup~ well, pidatonya enggak harus panjang kok. 1-2 paragraf aja yang penting maknanya dapet juga boleh."

"Ta-Tapi sebulan dan didepan 1600 siswa?!" Serius, ini akan sangat memalukan jika mereka melakukan kesalahan sedikitpun.

"Mhm. Good luck~"

★ ★ ★

"Hah? Bulan depan?" Kevin menatap Anissa yang teduduk lesu di kursinya. "Heem hyung. Cepet banget, kan?"

Steph terkikik dari mejanya. "Mampus."

"Bukan gitu oasu." si ketua kelas menghela nafas sebal. "Kalo i ngga salah inget, bulan depan juga bakal diadain meeting class sebelum USBN juga." dirinya memasang pose berpikir.

"Semacam refreshing, gitu?" Maddie menyeruput boba yang dibelikan oleh Putri untuk sogokan membantu proses pembuatan teks speech contest tersebut. Kevin mengangguk. "Mhm, bakal ada lomba lomba juga yang diadain. Dan lagi, bakal ada lomba kelas tersolid yang bakal dikasih hadiah spesial sama panitia dan guru guru."

Alexia yang baru datang ke kelas langsung mendudukkan dirinya di sebelah Anissa. "Terus?" gadis surai pink itu menangkup dagunya dengan sebelah tangan. "Ya.. i harap kalian bisa rukun dan bersatu tanpa geng gengan gitu. Well, i ngerti kok, mungkin ini bakal susah but.. i pengen buktiin kalo kelas 12 IPS-2 bisa jadi kelas tersolid se SMA-AMS atau bahkan se-gugus Estrysal International Academy. "

Well, bisa kita bilang kalau SMA AMS, SMA Internasional Pucuk Harapan, dan 6 SMA yang juga akan bergabung di meeting class bulan depan adalah gugus sekolah swasta yang dipegang oleh EIA yang juga di kepalai oleh beberapa orang tua siswa dan siswi yang masuk kesana.

Amel berkedip. "Bilang aja lo kepo sama hadiah yang bakal dikasih panitianya." ujaran gadis rambut merah itu membuat Kevin sedikit banyak tertohok. "Uh- iya juga- tapi bukan itu masalahnya. Point utamanya adalah.. Ayo kita pelan pelan hapusin sistem geng gengan dan.. Bersatu?"

"Gue sih down aja." Alexia meraih jemari Anissa dan memainkannya sembari tersenyum kecil. Sang pemilik jari hanya memerah dan tertawa kecil. "Apaan sih, Lek."

"Wait, sejak kapan kalian deket?" Maddie menatap keduanya curiga. Alexia memucat. "Err- uh- pergi lo sana babi." dirinya dengan panik mendorong Anissa hingga terjungkang terhempas terjerembab.

"APAANSIH BAGONG"

"Ok, gue juga sepakat asal geng alt bantuin kita bikin teksnya." Putri memasang wajah kalem melihat ketuanya yang masih berada di posisi nungging di lantai kelas. "Deal."

Maddie tenggelam dalam pikirannya dan menerka nerka tentang hubungan Alexia dan Anissa. Mana mungkin kalau kedua ketua dari kubu geng itu memiliki.. Hubungan khusus, kan?

Mana mungkin..?

Mungk—

"Mad, ini cara translatenya gimana?" Putri menepuk pundak gadis surai cokelat itu kebingungan sambil menunjukan paragraf yang sudah dirinya ketik. "Mad mad, emangnya gue mang Somad?" dengan agak kesal, Maddie menatap kearah layar MacBook air milik Putri.

"...Ohh, ini udah bener kok." senyum manis mengembang di bibir ranum gadis rambut cokelat itu seiring dirinya menghela nafas bangga. "Gue gatau kalo ternyata bahasa inggris lo ngga seburuk yang gue perkirain." dirinya mengacak kerudung misha Putri.

"Oasu." pemilik kerudung krem itu dengan sebal mengambil kembali macbooknya. "Tapi, Uh- Makasih." serius, menurut Putri, dipuji kemampuan bahasa inggris itu lebih membanggakan daripada dipuji kemampuan matematika sehingga pipi gadis itu memunculkan rona kemerahan.

bengek in redTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang