bengek in red

48

"Bay," Stephanie menyenderkan kepalanya ke punggung Bayu yang sedang membuatkannya contekan mapel sejarah.

Malas sekali, untuk apa belajar sejarah kalau punya situationship yang jago dalam mapel itu?

Begitu kira kira pikir sang gadis rambut ungu ketika melakukan kegiatan belajar bersama Bayu. Uh. Lebih tepatnya Stephanie —dengan ngantuk— menggoda cowok itu hingga flustered sementara Bayu menulis contekan sejarah dengan wajah merah.

Si cowok kacamata menyelesaikan tulisannya. "I-Iya, Steph-chan?"

"Lo cantik."

"U-uhhh-?"

"Lo cantik banget, suer." Gadis itu membetulkan posisi duduknya sehingga menghadap Bayu. Steph melepas kemeja flannelnya dan mengekspos tanktop-binder hitam miliknya. "Kalo aja lo cewek, gue pengen deh nge-inject darah haid lo ke nadi gue."

"U-uhh tapi.. Stephanie-chan lebih cantik. K-kalo watashi bisa sih.. gue pengen jadi sel telur di ovarium anata.." Rambut cokelat Bayu terurai menutupi pipi kemerahan cowok wibu tersebut.

"....????"

★ ★ ★

Alexia terbahak ketika mendengar isi mimpi sang pacar yang agak- uhh- ngenes. "Gila aja lo, Nis. Nih, ya, gue tuh gaakan pernah suka sama cewek yang slutshaming cewek lain dengan ngatain mereka lonT cuma gara gara pake choker.

Itu juga yang bikin gue gabisa suka balik sama Maddie. Karena dia sering ngegunain kata kata itu buat ngerendahin derajat pekerja seggs komersial. Padahal, kan.. bisa aja para PSK itu kerja diluar consent mereka. " cewek rambut pink itu mengusap kepala Anissa yang tiduran di pahanya.

Ah. jadi pengen.

" Tapi.. bukannya Maddie sekarang sama Putri? " Anissa memainkan ujung kaos pink Alexia.

Sang pacar memasang pose berpikir. " Hmm.. gak tau juga, sih. Soalnya gue cuma denger salah satu dari mereka confess pas di bus kemarin." dirinya membolak balikan catatan rangkuman yang Anissa buatkan untuknya.

"Jadi yang out sekarang cuma Reyhan sama Devan, dan lo sama gue?"

"Kayaknya sih gitu."

"Ngomong ngomong, Lek,"

"Kenapa?"

"Cindy sama Inez cocok ga sih?"