38

1K 172 9
                                    


Cindy mendudukkan bokongnya di kursi kantin depan Stephanie yang sedang menonton anime akuma drive favorit Bayu dari laptop ususnya. Dasar bucin. "Woy, lo kayaknya harus reconsider your choice in partner, deh."

"Hah?" Steph yang memang tidak terlalu tertarik dengan acara yang ditontonnya hanya memiringkan kepala. "Kenapa emangnya?"

"Hm.. kenapa, ya?"

"Lo cosplay Devano?"

"Anjing."

Si gadis rambut hijau merogoh saku berisi kristal koleksinya dan mengeluarkan batu berwarna hijau tua dan memberikannya pada Stephanie. "Nih. Moldavite."

Iris zamrud Stephanie kian memberikan sang sahabat sorot bingung. "Ngapain ngasih gue batu ginian? I mean technically moldavite will be helpful to cut off toxic people in my life, tapi gue ngga ngerasa ada yang toxic?" si ensiklopedia berjalan memasang pose berpikir.

"Steph, gue tau lo pinter dalam akademik, tapi kayaknya urusan ginian lo agak oon, ya?"

"Bangsat."

★ ★ ★

Nabila menghela nafas berat ketika melihat Putri yang duduk di mejanya sambil membaca secarik kertas dari —secara teknis— ttm nya sejak kelas sembilan, Alexia.

"Put, gue bisa jelasin." Si gadis rambut sebahu menarik kursi dan duduk didepan pemilik kerudung misha. "Lo.. ternyata gini, ya?"

"Mhm. Kalo kata Al, gue tokoh jahatnya."

"More like sadboynya."

"Babi."

Putri terkekeh. Sedikit senyum sangsi terukir di bibir sang gadis, dipenuhi ironi dari pengkhianatan Nabila pada Anissa. Ah. Bahkan ini terlalu awal untuk menyebutnya pengkhianatan. "Jelasin semuanya."

"Kepo yah hyung?"

"Oiya jelas moms xixiiz"

Nabila tersenyum pasrah sebelum akhirnya membuka suara. "Tiga tahun lalu, waktu gue masih kelas 9.."

★ ★ ★ Flashback ★ ★ ★

Matahari sore bersinar terang di teras Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 tempat Nabila dan Alexia bersekolah. Keduanya bersandar di bahu satu sama lain sambil membaca rangkuman ipa yang Jessica berikan pada mereka. "Nabnabb~" Alexia memanggil sang teman dekat dengan nada bosan.

"Apaan lagi anjrot"

"Bosen. I wanna kiss a girl soooo bad."

"You're just a down bad lesbian."

Alexia menaikkan alisnya. "Isn't it the whole point?"

Keduanya terbahak. Nabila melanjutkan sesi membaca rangkuman ipanya dalam diam, tanpa menyadari sorot terpesona Alexia yang terarah kepadanya.

Well, bukan tidak sadar sih.

Nabila tahu, Alexia menyukainya dari awal. Namun, dirinya lebih memilih untuk pura pura tidak tahu dan menghindari hubungan lebih lanjut dengan sang sahabat.

"Nabbb~"

"Iya apaa~?"

"Wanna get a polaroid of us together?"

bengek in redTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang