31

1.5K 251 97
                                    

Cahaya rembulan malam itu bersinar dengan cukup terang menyinari seorang gadis yang tampaknya tidak bisa tidur pukul tiga malam itu. Surai hitam berponi ungunya melambai diterpa angin pantai malam kedua kegiatan AMT sekolahnya.

Persetan dengan sekolah. Toh tujuannya setiap hari menuntut ilmu kesana hanya untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar agar dirinya bisa keluar dari cengkraman orang tuanya. Setidaknya begitulah pikir Steph.

"A-Ano.. Steph-san belum tidur?" suara familiar teman sekelasnya menyapu gendang pendengaran sang gadis seiring dirinya berbalik dan tersenyum tipis. "Belom. Lo sendiri kenapa masih disini?" kalimat Tanya balik dirinya lontarkan pada si cowok wibu didepannya, Bayu.

Sang pria berambut cokelat membetulkan kacamatanya. "E-err.. tadi gue mimpi buruk."

"Wanna talk about it?"

"Emang enggak ganggu?"

"Enggak kok, santai aja. I told you, right? I like talking to you."

Ah. Dalam hati, Steph merutuki dirinya sendiri. Padahal, demi nilai sempurna seharusnya gadis itu tidak perlu terikat pada siapapun. Cukup lupakan nama orang orang yang tidak akan berguna di hidupnya, dan manfaatkan yang berguna untuk meraih mimpinya.

Bayu menghela nafas panjang. "J-jadi tadi tuh gue mimpi kalo.. Kalo lo bakal.. Bakal ketemu sama orang lain and fell in love with them and-" tetesan bulir bening meluncur dari pipi si cowok wibu seiring dirinya melanjutkan cerita mimpi bburuknya. "-dan ngelupain juga ninggalin gue."

"Jadi intinya lo jealous, gitu?" kekehan merdu terlontar dari bibir Stephanie. "B-Bisa dibilang.. gitu deh.."

"Lo suka sama gue?"

"Lo baru nyadar?"

Stephanie tersenyum tipis. "Hooh." Manik zambrudnya menatap kearah lautan seiring satu kebohongan meluncur dari bibirnya.

Dirinya tahu betul kalau Bayu menyukainya. Bukan hal jarang juga untuknya menerima pernyataan cinta dari pria maupun wanita. Namun, sang gadis lebih memilih mengabaikan perasaan cowok kacamata itu karena dirinya juga tahu betul kalau hampir tidak ada yang bisa dimanfaatkan dari Bayu.

Ah. Bukan tidak ada. Steph hanya sadar kalau dirinya tidak ingin memanfaatkan Bayu.

She wants him to stay in her life.

Cukup egois menurutnya yang memegang prinsip 'just let everything comes and go' namun tidak bisa dirinya pungkiri kalau sepertinya.. Sepertinya dirinya bisa membalas perasaan Bayu.

Mungkin intrusive thoughts di kepalanya adalah fase denial kalau perasaannya juga bergejolak untuk si cowok wibu. Mungkin dirinya sudah siap menerima kurang lebih sifat sikap Bayu. Mungkin desisinya ini akan melukai keduanya di akhir cerita mereka, atau mungkin membimbing keduanya pada akhir bahagia.

Tidak ada yang tahu, kecuali hilir angin yang perlahan membuka lembaran cerita mereka. Hilir angin itu juga yang menggerakan langkah kaki Stephanie kearah Bayu, begitupun Bayu kearah Stephanie. They're drown into each other

"Bay," Steph menangkup pipi pucat Bayu yang disorot oleh cahaya bulan malam itu.

Rambut cokelat Bayu ikut tersibak angin laut seiring dirinya tersenyum kecil. "Hm?"

"Gue.. Boleh egois, kan?"

" Boleh."

"Gue.. Gue boleh minta lo buat tetep di sisi gue, kan?"

Chu

Jawaban yang bukan berupa kata Bayu daratkan pada bibir pinkish Stephanie yang kini hanya menyunggingkan senyum manis. Ah. Sepertinya ini kali pertamanya jatuh cinta pada manusia yang bukan merupakan tokoh 2D. Keduanya menempelkan dahi pada satu sama lain seiring jemari mereka bertautan dan menggenggam satu sama lain. Bayu mengeratkan genggaman jemarinya seiring bibir pucatnya kembali bersuara.

"The moon is beautiful, isn't it?"

bengek in redTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang