39

960 168 37
                                    

HAI KALI INI YANG UWU UWU DULU DEH KASIAN SY SM KLIAN DIHNTM SM ANGST TRS HDHHH

★ ★ ★

Cindy menaikkan alisnya ketika melihat sosok Putri yang sedang berbincang dengan Nabila.

'Loh.. bukannya si jablay punya rencana sama si-'

Duakk!

Pikirannya terhenti ketika tiba tiba saja seorang gadis dengan gaya rambut pigtail menabraknya. Ah. Cewek ini.. "Inez, ya? Lo gapapa?" Si gadis rambut kehijauan membantu umi lexxa berdiri.

Inez berkedip. "O-Ohh.. g-guck pwapwa kack.. uhmm.. m-mwaaf yah Inez guck sengwajwa nablack tata.." sang gadis kape menunduk sopan. Cindy terkekeh. "Geez, it's alright. Bukan salah lo kok. Gue aja yang ngehalangin jalan." Cewek witchcraft itu mengacak surai cokelat muda sang adik kelas.

"Uhmm.. m-mwakachi kwak~"

"Inez mau gue anter ke kelas?"

"B-bwoweh nich kwak?"

"Mhm! Sekalian juga, kelas lo kan ngelewatin kelas ipa, gue ada job disana. Kalo lo mau ikut, berhubung lagi gaada mapel juga pekan ini, boleh kok!"

Anak utas itu mengangguk setuju dan meraih tangan agitnya yang terasa dingin. "Kwak- kock twangannyah-"

"Dingin, kah?"

"I-i-i-i-i-iya kwakc.." dengan agak malu malu, Inez menggosokan tangannya ke tangan Cindy, berusaha menghangatkan jemari si kakak kelas. Sang gadis penyuka hal hal astral hanya tersenyum kecil.

Jujur saja, Inez, alias umi lexxanindria- oke authornya pun lupa- memang terkadang menyebalkan karena bahasanya yang terlalu jenius bahkan tidak terdeteksi di urban dictionary. Namun, jauh di lubuk hatinya, Cindy tahu bahwa intensi Inez terhadap orang orang disekitarnya cenderung positif.

Tidak seperti pacar salah satu sahabatnya.

Langkah kedua gadis itu memecah keheningan koridor depan kelas X-6 yang berada tepat didepan laboratorium ipa. Cindy akhirnya membuka suara. "Nez,"

"Mmm?"

"Emangnya bener, ya kalo nama Devano itu lebih panjang dari nama kamu?" Jiwa gibahnya sedikit banyak bangkit.

Inez terkekeh. "B-bica dibiwang cih gitwu.. co-coalnywa namwa daddwy Dewphan kan Devano Aldebaran Samudera Elang Surya Tata Usaha Raka Angkasa Mikaelo Aratha Senja Esa'slr."

"Marga kalian sama?!" Cindy memiringkan kepala. Ah, pantas saja di buku absensi nama Devan tertulis 'Devano Aldebaran S.E.S.T.U.R.A.M.A.E'slr'. Panjang sekali. Bahkan sepertinya ekspektasi hidupnya tidak akan sepanjang nama si cowok kape.

"Bwukwan cama kack,"

"Terus?"

"I-itwu wohh.. kawo anack kwape pwakwe 'slr t-t-tuch jwawab chwatnywa syukca lama." umi lexxa memasang pose berpikir.

Cindy mengerutkan dahi. "Gangerti. Tapi oke, lah. Ngomong ngomong, gue duluan ya?" Si cewek witchcraft melangkahkan kakinya ke lab ipa. "E-eh twunggwu duyu kack!-"

"Hah-? Kenapa?"

Inez tersenyum manis dan menyerahkan handwarmer yang dirinya beli dari shop*pee. "B-bial twangwan tata hwanget~" cewek utas itu berjalan meninggalkan Cindy dengan handwarmer di tangannya.

Little did she knows, bukan hanya tangan Cindy yang dihangatkan oleh handwarmer itu.

bengek in redTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang