32

1.4K 250 87
                                    


hlo, author disini. mmf krn jarang (banget) up, i sedang sgt sibuk irl HAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHHAkontolHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHA

★★★

Hari terakhir mereka di pulau itu sepertinya cukup membuat Alexia gusar dan berinisiatif untuk mengajak Anissa ke danau dekat resort yang kelas mereka tempati. Tentu saja, si gadis dengan kacamata bulat menyetujui ajakan sang kekasih dan membuat mereka berdua berakhir bersantai di pinggiran danau sore itu sambil memakan jagung bakar buatan Reyhan dan Devano yang mereka colong. 

Anissa menatap si gadis rambut pink lembut. " Lek,"

"Hm? Kenapa?"

" Pemandangan disini.. estetik ya, hyung?" pemilik hijab pashmina itu merendam kakinya di air danau yang tampak sebening kaca. "Gue suka pemandangannya."

cekrek 

Suara kamera dan sorot flash yang tertuju kearahnya membuat Anissa menatap Alexia bingung. "Hah? Kenapa?" ujaran tanya yang keluar dari bibir ranum si gadis netra cokelat terang hanya dibalas kekehan kecil Alexia. "Gue bilang, gue suka pemandangannya."

"Terus, kenapa yang difotonya gue?"

"Karena gue suka sama lo?" 

Rona merah segera merambati pipi chubby Anissa seiring dirinya menubrukan diri ke tubuh Alexia dengan malu. "Ish! A-apa, sih?!" ujarnya sok sebal. Ah. Menggemaskan sekali sampai sampai author iri dibuatnya. Sepertinya, sependapat dengan Alexia yang kini mengelus pelan kepala Anissa lembut.

Jemari lentik gadis itu kini meraih salah satu bunga liar yang menurutnya cantik dan menyisipkannya diantara kerudung Anissa sambil masih tersenyum manis. "Bukan suka, deng."

"Terus apa?"

"Cinta." 

Serius, kalau dirinya tidak ingat kalau danau itu berada di dekat resort, sepertinya Anissa sudah akan berteriak melompat mengefly mengblushing mengsetres. Kenapa, coba, Alexia hobi sekali mengggodanya? 

I mean, she dont mind, tho. The affection Alexia gave her makes her fell even deeper for that pinkish haired girl.

Ah, sungguh goals dalam suatu hubungan. Terlebih lagi ketika satu kalimat dengan tiga kata terlontar dari bibir Anissa. "I love you too." diriinya menyerahkan bunga yang bertengger manis di hijabnya dan menyisipkannya ke telinga Alexia. "More than anything in this world." lanjutnya malu malu.

"A- Woah-" sang pacar dengan pipi memerah menutup wajahnya malu. Oke, sepertinya tingkat keimutan Anissa cukup membuatnya overwhelmed sampai sampai tidak mampu berkata kata. Anissa terkekeh. "Cie uke."

"Maksud?" Alexia kini menatapnya datar. "Alek uke, tapi gabisa gue semein. Hadehh, jadi sedih." Anissa menepuk dahinya. Alexia hanya bisa menghela nafas panjang. Ternyata darah biru hyungers  masih mengalir deras bak pipa rucika di nadi Anissa.

★★★

Suasana bis malam itu cukup ramai dihiasi wajah lelah anak anak murid 12 IPS 2 yang kini sedang dalam perjalanan pulang menuju sekolah mereka sebelum akhirnya menunggu para orang tua maupun supir mereka. Tidak terkecuali Maddie yang menyender ke jendela bis dengan malas. 

Putri yang sedang meminum susu stroberi menatapnya bingung. "Lemes banget lo, hyung."

"Capek, tolol. "

"Bukannya kita tiga hari ini cuma nyantai, ya?" karena bis yang mereka tumpangi cukup besar dan berbanding terbalik dengan jumlah murid yang sedikit, Putri dengan leluasa bisa mendudukkan dirinya di sebelah Maddison. "Iya juga, sih." 

Si gadis dengan hijab misha hanya melotot agak kaget ketika pemilik rambut cokelat disebelahnya beralih menyender ke pundaknya daripada ke jendela bis. "Capek, tapi seenggaknya gue seneng bisa spend time bareng lo." bisikan pelan si cewek dengan jaket zipper abu itu semakin membuat Putri tersipu.

"Apaan sih."

Laju bis yang cepat sepertinya sedikit banyak berbanding terbalik dengan waktu yang berhenti dalam pikiran si cewek ajudan hyungers seiring dirinya menyadari sesuatu. Sesuatu yang sepertinya amat sangat penting. Lamunannya buyar ketika Maddie akhirnya membuka suara sambil menghela nafas. "Ga jelas."

"Iya elo."

"Kok gue?"

"Soalnya gue suka sama lo."

"Oh.. EH- HAHHH????"



bengek in redTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang