Maddie mengecek suhu dahi Putri sebelum akhirnya memakaikan kardigan nude ke tubuh gadis rambut pendek itu. Dirinya menghela nafas khawatir. " Demam lo udah turun sih, tapi lo yakin emangnya mau ikut trip besok?"
"Mad, ini udah ke 49 kalinya lo nanya pertanyaan itu hari ini." Putri mendengus sebal. Bagaimana tidak sebal, coba, kalau Maddie overprotektif seperti ini. "Tapi keputusan gue buat ikut udah bulat, dan gue ngga akan kenapa napa. That's why you shouldn't be worried."
"Well, okay then, let's go." Maddie hanya menggedikan bahu sebelum akhirnya menggandeng tangan Putri keluar menuju indomerit di komplek perumahan sang gadis iris hazel. Sesampainya disana, kekehan merdu terdengar dari sang gadis rambut cokelat diikat tinggi karena Putri yang langsung berlari ke tempat eskrim.
Adorable.
Setidaknya satu kata itulah yang terlintas di benak Maddie.
"Maaaaaad~" seperti biasa, gadis dengan pipi chubby itu memanggil dirinya dengan nada manja. "Apa?"
"Mau ramal lo boleh ga?"
Pemilik iris gelap itu berkedip. "Sure i guess..?" Sejak kapan coba, Putri mengikuti jejak dukun tersayang kita, Cindy Oliver? Well, tidak masalah juga, sih. "Ngeramal apaan emang?"
"Let me guess, your favorite ice cream flavor is cookies and cream, yes ?" dengan pose ala Roy Kimochi, Putri mencium bau bau yang sebenarnya wangi parfum Maddie.
Sekali lagi, gadis didepannya terkekeh merdu. "Well, actually, rasa favorit gue rasa oreo, sih. Eh- atau sama aja, ya?"
"Sama aja, keleus."
"Kalo lo gimana?" manik gelap Maddie serasa tenggelam dalam hazel kedua netra Putri. Bagaikan kegelapan yang dimurnikan oleh lautan madu, sangat manis, sangat menenangkan. "Err- vanilla?" sang gadis memasang pose berpikir sambil memasukan dua tube eskrim vanilla dan cookies and cream ke keranjang belanja berwarna biru tua khas minimarket itu.
Keduanya kini beralih memilih snack dan bergegas ke kasir untuk membayar belanjaan mereka berdua malam itu. Setelah beres dengan urusan percemilan, seiring Maddie dan Putri melangkah keluar toko, sang gadis rambut pendek kembali membuka suara. "Makan eskrimnya.. Mau di rumah gue atau taman komplek?"
"Taman aja, deh." senyum manis menyembang di bibir keduanya seiring jari mereka bersentuhan, saling menggenggam dan mengait pada satu sama lain.
Keduanya duduk di bangku taman komplek yang entah mengapa cukup sepi malam itu. Agak unuk, memang, mengingat kalau malam ini adalah malam minggu dan seharusnya banyak pasangan yang berlomba lomba menunjukan rasa cinta mereka. Namun sepertinya keberuntungan sedang berada di pihak mereka kali itu.
Putri mengambil satu scoop besar eskrim vanilla di tangannya dan melahap krim beku berwarna putih itu dengan satu suapan. "Pelan pelan makanya. Nanti keselek mati lo."
"Nggak akan, hyung. Gue kebal soalnya xixi~"
"Kebal kontol terbang. Buktinya dari hari jumat kemaren lo demam, kan?"
"Iya juga, ya?"
"Tolol."
Keduanya terkekeh kecil. "Oiya, nanti habis nganter lo balik, gue otw balik juga, ya? Udah malem juga, ART gue juga kayaknya udah nyariin." Maddie ikut melahap eskrimnya. Putri hanya mengangguk kecil. Sebenarnya berat untuknya merelakan Maddie pulang, namun mau bagaimana lagi? Toh nanti senin juga mereka akan bertemu lagi.
"Nghogey."
"Lo juga," pipi kuning langsat milik Putri sekali lagi di cubit pelan oleh Maddison. "Jangan tidur kemaleman. Nanti kalo sakit lo makin parah gimana?" raut wajah pemilik iris hitam itu menunjukan wajah khawatir yang kentara.
Putri mempout. "Yah. Padahal tadinya malem ini gue mau lanjutin nonton BL."
"Ti-dur."
"T-tapi, BL kan seruu~" ujaran manja Putri dirinya bungkus lengkap bersama puppy eyes andalannya.
Sialan. imut sekali- ok, tahan tahan tahan- "Nggak ada tapi tapi. Lo harus tetep tidur."
"Okay then, mommy"
mo-mommy?!
Ah. Sepertinya selain membuat Maddie kesal, keahlian lain Putri adalah untuk membuat gadis rambut cokelat disebelahnya blushing.

KAMU SEDANG MEMBACA
bengek in red
RomanceBagaimana jadinya kalau ketua bengek hyung girl dan ketua alt girl berpacaran? Bukan hanya bengekers, tapi jameties dan kp juga?!!