9

4.2K 654 360
                                    

flashback end—

"Jadi awal kita bisa deket intinya dari insiden itu." mangkok kedua mi ayam yang dirinya beli Alexia habiskan dalam satu suapan. "Abis itu, karena si Reyhan sempet nge-pm balik Anissa, gue minta aja kontaknya."

Anissa mengangguk. "Abis itu jadi bestie-an deh. Karena Alek sama gue sama sama suka sanrio, jadi obrolan kita nyambung. Abis itu gue mulai nyaman, terus suka, terus kompres deh."

"Hah?" Cindy mengerutkan dahinya. Alexia menjitak pelan kepala Anissa. "Confess, bego."

"Nah iya itu hyung xixi~"

Steph menangkup dagunya dengan sebelah tangan. "Terus lo terima, gitu?"

"At first i was like- kaget gitu. Dan, well, enggak nyangka aja ni anak bakal confess and nembak duluan." rambut pinkish Alexia tampak sedikit berantakan karena mi ayam yang tadi dirinya makan cukup pedas.

Wajah Anissa kembali merona. "Apasih hyunk, gajelas!" dirinya mempout yang dibalas oleh jemari Alexia yang mengacak pashmina nya.

"Tapi akhirnya, ya gitu. Ujung ujungnya tembakan dia gue ter-"

"Devano itu punya gue, ngerti?! Lo jangan sok kecentilan, deh sampe rebut dia dari gue-!"

"M-Mwaaf k-kak!!"

Sayup sayup, suara beberapa gadis dari koridor kelas dekat kantin terdengar cukup jelas membuat kata kata Alexia terhenti. Anissa segera mengenali suara itu. Suara Putri, teman satu gengnya. Segera saja, dirinya berlari ke sumber suara yang ternyata adalah adik kelas yang dilabrak oleh putri.

"Heh, ada apa ini, Put?" dirinya melontarkan kalimat tanya.

Putri melotot kearah Inez. "Ini, nih, bocah centil yang nempelin yayang bebeb honey bunny daddy Devan! Sok kecentilan banget, padahal masih utas! Gimana kalo nanti udah atig?!"

"M-Mwaaf k-kak.." Inez dengan sok imut memainkan rambutnya. "A-Acu jwanjii engga akwan dwecetin dwaddy Evan lagi.."

"Awas lo, gue matiin, tauga?!" Putri menarik kasar rambut Inez yang membuat sang adik kelas sedikit banyak mendesah kesakitan. "A-Ahn~! C-cakit kwakk-!"

Geli, si gadis garda depan per-bengek an lebih memilih pergi dan mengambil tasnya dari tengah kantin, yang tadi dirinya bawa bawa agar menambah wibawanya sebagai kakak kelas. Kerumunan yang tadi menonton pun bubar seiring bel masuk kelas turut berbunyi.

Maddie menghampiri Alexia dan menggandeng tangan gadis itu dengan senyuman mengembang di bibirnya. "So.. How was your meal?" iris gelapnya menatap sahabatnya berbinar.

"Biasa aja sih." Alexia terkekeh kecil melihat kelakuan clingy sahabat baiknya itu. "Lo?"

"Uhh- tadinya gue pengen makan sama lo, tapi lo udah keburu sama Bayu, Steph, and Cindy. Terus- kok tadi lo biarin Anissa join sampai kalian ketawa tawa gitu?" raut wajah Maddie sedikit menggelap.

Alexia mengedipkan iris navynya panik. "U-Uh. Itu, loh. Err- ngomingin- Bu Ta cepirit abis makan mi ayam kebanyakan." ujarnya membuat buat alasan agar Maddie dan teman teman gengnya tidak curiga.

"Ah- Oke.. Gue kira ada apa~" Maddie mengeratkan genggaman jemarinya pada tangan Alexia.

"Mhm." Alexia mengelus pucuk kepala gadis itu. "Gausah khawatir."

SIALAN, KENAPA GUE SERASA SELINGKUH, ANJRIT?? batin Alexia tertekan. Maklum saja, Maddie sudah terlalu baik padanya. Tidak enak rasanya untuk menolak afeksi dan atensi yang gadis itu berikan.

Dari sudut irisnya, Alexia dapat melihat Devan yang sedang menatap kosong kearah jendela seiring dirinya melangkahkan kaki masuk ke kelas. "Well, bukan urusan gue juga, sih." ujarnya menggedikan bahu dan duduk di kursinya.

"Paansi Dev, ngehalangin pemandangan aja lo, tauga?" dengan jutek, Reyhan mendorong pelan Devan agar menjauh dari jendela hanya untuk duduk di frame kayu cukup tebal itu untuk merokok. Devan mengerutkan dahinya. "Hm.. Lo tau kan, hm kalo ngerokok itu enggak sehat, hm?"

Untaian kata bernada agak khawatir itu terlontar dari bibir pria yang kini merebut rokok matahari dari bibir kehitaman jameties kesayangan kita, Reyhan. "Apaan, sih?! Balikin, ga?! Itu rokok terakhir gue minggu ini."

"Hm.. Kalo gue gamau, gimana, hm? Mau saya hukum, hm?"

Pletak!

" Saya aja yang hukum kalian. Ngerokok kok dikelas. Ga modal." dari belakang, guru sejarah mereka, Pa Nana menjitak kepala keduanya sebal. "Ngerokok kok merek matahari? Gudang gula lebih enak, keleus~" cibir sang guru paruh baya.

Reyhan menepuk dahinya. "Mahal pak," dirinya mengeluh sembari mempout.

"Ga peduli. Kalian berdua, sekarang ikut saya ke ruang BK."

"Hm?! Kok saya dibawa bawa, pak? Hm-!!" Devan meringis kesakitan ketika Pak Nana menjewer telinganya. "Karena kamu dan Reyhan ngerokok di kelas."

"Eh?! Hm?! Saya enggak-!"

"Ga peduli. Pokoknya kalian pergi sana ke ruang Bk." guru sejarah itu dengan nista menendang bokong keduanya keluar kelas.

Kacamata tebalnya dirinya betulkan sebelum membereskan meja guru yang tampak dipenuhi buku tulis. "Oke anak anak, sekarang buka buku paket kalian halaman 218."

"Oke pak," serentak, satu kelas tidak terkecuali Putri membuka tasnya untuk mengambil buku. Raut wajah gadis itu menggelap ketika menemukan bungkus cokelat bekas yang sudah habis didalam tasnya. Apalagi, tadi pagi Putri mendengar gosip bahwa Devan akan memberikan cokelat ke Inez.

"INEZ BABIII-!!"

"APAAN SIH ANJING NGATAIN ADIK GUE?!"

"ADEK LO TUH, YA. BUANG SAMPAH COKELATNYA DI TAS GUE!" Putri menggebrak meja. Caca menatapnya heran. "Hah? Cokelat? Emang dia dikasih cokelat?"

"Iya!! Sama yayang bebeb Devan!"

"KOK GUE GA DIKASIH?!"

Kedua gadis hijab misha itu akhirnya ngesadgirl di pojokan, tanpa mengetahui kalau yang memakan cokelat dan membuangnya dengan sembarangan ke tas Putri itu bukan Inez, melainkan Steph yang sedang tidur pulas di kursi milik Bayu.


★ ★ ★

ok mmf upny tlt, sy hbs 🤜🐱 dlu hdh😇

happy weekend. cie yg malming ini gada pasangan.

mampus.

bengek in redTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang