بسم الله الرحمن الرحيم
Prolog
Kembar? Apa yang sebenarnya kalian pikirkan tentang sepasang anak kembar, series kartun Upin, Ipin? tentu bukan. Dari awal mereka dilahirkan dari rahim yang sama, dengan waktu yang berdekatan.
Bukan berarti sifat dan perilaku mereka akan sama, bukan?
Itulah yang terjadi antara Zayn dan Zaid. Keduanya sama-sama putra salah satu anak pendiri pesantren ternama. Mendengar nama pesantren, mungkin kalian sempat berfikir. Area penuh aturan, kedisplinan tingkat Dewa, dan aturan agama yang begitu melekat.
Akankah sanggup orang yang tidak bisa diatur, dan tidak mau ikut aturan yang berlaku akan kuat. Akankah akan pergi atau kabur dari pesantren tersebut?
"Jam berapa baru pulang? Nenek harus bilang apa lagi sama Abi sama Umma kamu, Iyan?" Ucap seorang perempuan yang sudah lanjut usia. Zayn hanya mampu menunduk, karena Sang Nenek menghetahui dirinya yang baru pulang larut malam seperti ini.
"Sekarang jam satu lewat tiga puluh menit, Nek." Zayn melihat arlogi yang melingkat ditangannya, lagi-lagi Nenek Salma menghela nafas, karena tingkah cucunya ini bukannya mendengarkan nasehatnya malah terus menjawab.
"Ya Allah, Nenek izinkan kamu tinggal disini, bukan untuk main diluar,balap motor, pulang larut malam, Kamu beda sama Zaid yang betah di pondok, ngaji, hafalan, kamu malah begini, harus bilang apa Nenek sama Umma Kamu, Zayn." Zayn menghela nafas gusar, kenapa selalu Zaid yang dibanggakan oleh keluarga besarnya. Selalu saja Ia dibandingkan dengan kembaran.
Abinya punya pesantren besar, otomatis sang Abi punya nama besar dikalangan sekitar, dan sang putra juga akan menjadi sorotan. Sementara dirinya tidak kuat mendengar ocehan orang lain tentang dirinya. Apa salah dirinya yang seperti ini? Dia punya cara yang lain?
"Kenapa si Nek, harus beda-bedain Aku sama Mas Zaid, Aku punya jalan dan cara Aku sendiri, Nek." Ucap Zayn, jujur Ia tidak bisa berbicara bernada seperti ini kepada sang Nenek. Tapi ini yang harus Ia lakukan.
"Kalau kamu enggak mau ikut aturan Nenek, balik lagi ke Pesantren saja." Jawab Nenek Salma, lalu melenggangkan langkahnya menuju kamat.
"Nek, Nenek!" Panggil Zayn, namun tidak ada respon dari Nek Salma. Zayn tidak mampu mengejar Nek Salma yang terlihat amarah dari raut wajahnya.
"Gue disini hanya ingin menyalurkan kebahagian Gue, kenapa harus seperti ini yang Gue dapatkan?" Lirih Zayn menyugar rambut legamnya. Haruskah seperti ini terus, sampai kapan? Sampai mereka sadar? Sabar!
"Solat Isya, jangan langsung tidur!" Ucap Nek Salma, mengentikan langkahnya di depan pintu kamar dan berbalik menatap Zayn. "Tadi Abi kamu kirim paket, Nenek taruh diatas nakas kamar." Lanjut Nek Salma, kemudian masuk ke kamarnya.
Zayn menghela nafas berat, Ia langkahkan kaki menuju kamar atas. Ia naiki anak tangga dengan rasa malas, sampailah di kamar milik Sang Umma dulu yang sekarang Ia tempati.
Ia langkahkan kaki menuju ranjang, Zayn merebahkan tubuhnys dikasur empuk, hanya menatap langit-langit kamarnya yang saat ini Zayn lakukan.
Ia bangit dan melepas jaket dan atributnya menyisakan kaos lengan pendek dan celana selutut. Ia masuk ke kamar mandi sekedar melepas penat dengan siraman air.
Zayn keluar dari kamar mandi dengan handuk yang mengalung dilehernya. Dengan Kaos hitam dan celana training panjang.
Ia duduk di tepi ranjang, pandangannya beralih kepada suatu benda kotak yang masih terbungkus rapi. Ia ulurkan tangan untuk meraih kotak tersebut. Perlahan Ia buka bungkus, yang meyelimuti kotak itu.
Zayn tersenyum melihat apa yang diberikan Sang Abi untuk dirinya. Ia ambil dan membaca secarik kertas yang berada diatas benda itu..
"Doa Abi dan Umma selalu buat kamu Hiyyan, Abi dan Umma tahu kamu berbeda, tetap menjadi Farhiyyan, tetap berjalan di syariat yang Allah benarkan, tetap Kuat apapun cobaanmu putra Abi dan Umma." Zayn membaca lirih secarik surat itu. Farhiyyan nama indah yang akan menjadi doa untuk dirinya. Zayn meletakkan surat tersebut di tepi ranjang. Pandangannya menuju benda tebal yang sengaja diberi oleh sang Abi.
"Shohih muslim?" Gumam Zayn, Ia tersenyum. Membaca nama kitab tersebut. Zayn menaruh kembali kitab tersebut. Ia rebahkan badannya ke atas kasur. menjadikan tangan kanannya sebagai bantalan.
"Zayn belum bisa pulang, tunggu Zayn, Abi, Umma. Zayn akan pulang, nanti saat waktu yang tepat." Lirih Zayn.
"In sya allah Syawal nanti Zayn akan pulang." Gumam Zayn. Ia memejamkan matanya yang membawanya menuju alam mimpi. Sebab apa yang menjadikan Zayn seperti ini? Apapun itu tetaplah menjadi Farhiyyan yang membawa kebahagiaan. Zayn Farhiyyan Dzahirulkaq.
~Janji Syawal~
___________
Seneng nggak? bawa si Kembar ini loh. Walaupun cuma Bang Zayn, tapi tenang Mas Zaid bakal muncul juga lain waktu.
Deskripsi Zayn :
Umur 20 tahun, lagi cuti kuliah, lebih tepatnya pergi dari rumah.
Tinggi : 170 cm
Hobi : motoran, gembala kambing, Jualan, menertawakan nasibnya sendiri.
Tanggal lahir : 10 Januari (tahun kira-kira sendiri)
Watak : Humoris, keras kepala, perhatian.
Kesukaan : Suka warna putih, abu-abu, mocca. Lebih suka makanan yang tidak berkuah, tidak suka apapun olahan yang berbahan daging kambing. Suka minum air putih lebih tepatnya langsung dari krannya.
Ciri-ciri :Kulit sawo matang, iris mata hitam sedikit kecoklatan, Rambut hitam legam, jambul dikeataskan, jalan tegap, laki banget pokoknya, mengendari motor klasik, kalau lagi balap pasti minjem teman (enggak modal). Lebih ganteng saat pake sarung sama peci.Enggak ada visual atau cast, jadi silahkan berimajinasi sesuka hati kalian sesuai yang author deskripsikan melalui tulisan.
Ini genrenya lebih ke Romance ya guyss, ya walaupun nanti ada kaitannya dengan spritual, nanti jangan koment, anak Gus kok kaya gitu, cucu Kyai kok kaya gitu, anak pesantren Kok kaya gitu. Author enggak maksa kalian untuk enggak koment kaya gitu. Ini fiksi ya guys, mungkin rada beda dengan real life sebenarnya, author hanya mengingatkan.
Lanjut ya!
22 Juli 2021 di bumi Pertiwi
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Syawal #1 (End)
Teen FictionSequel Presma pesantren, bisa dibaca terpisah. Ketika menjadi berbeda itu pilihan, termasuk anak kembar. Punya perbedaan juga, dan juga tak harus di samakan Bukan? "Gue disini hanya ingin menyalurkan kebahagian Gue, kenapa harus seperti ini yang Gue...