BAGIAN 1

4.3K 654 29
                                    

Zayn masih bergelung dengan selimut padahal jam dinding telah menunjukan pukul 12 siang, tentunya Zayn tidak tidur siang melainkan menurutnya Ia sudah bangun pagi. Entah apa yang membuatnya bangun sesiang ini. Tidak sadarkah matahari sudah memarahinya dengan sinarnya. Tidak berselang lama terdengar ketukan pintu pelan, namun semakin lama semakin keras, membuat Zayn yang sedang menjelajahi mimpinya terusik. Zayn mengambil posisi duduk, dengan mata yang masih terkantuk-kantuk. Ia menyibak selimut ke sembarang arah, dan mulai melangkahkan kakinya, untuk membukakan pintu.

Pintu terbuka memperlihatkan seorang gadis kecil yang masih menggunakan seragam sekolah dasar. Zayn menghela nafas Panjang melihat gadis kecil itu.

"Dari Rara berangkat sekolah sampai Rara pulang, Bang Zayn masih tidur aja? Ish...ish tak patut." Ucap gadis yang dipanggil Rara tersebut, dengan suara cemprengnya. Zayn tersenyum hambar, cerewet sekali sepupunya yang satu ini.

"Rara ngapain ke sini, nanti dicariin sama Om Azhar sama Tante Khayla lagi, nanti yang disalahin Gue lagi, pulang sana!" Ucap Zayn sedikit meninggikan suaranya. Terlihat mata Rara yang mulai berkaca-kaca. Rara yang mudah sensitive dengan nada bicara tinggi.

"Hiks Bang Zayn nakal" Teriak Rara yang tangisnya semakin kencang. Zayn semakin was-was, takut Ia akan langganan BK dirumah ini, siapa lagi kalau bukan Neneknya sendiri. Zayn berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan Rara. Tapi ia tidak tahu menenangkan tangis Rara yang sudah histeris, Ia terus mengusap pelan punggung Rara, berharap tangisnya reda. Namun, tangis Rara malah semakin keras.

"Ngapain Adik Gue Lo?" teredengar suara tegas dari belakang Rara, Zayn mendongak melihat siapa orang tersebut. Zayn bangkit, Ia menampakan deretan gigi putihnya. Walaupun nakal Zayn jarang merokok. Cukup mentalnya yang kurang sehat, jangan sampai paru-parunya juga ikut tidak sehat, karena benda berbahan tembakau tersebut. Terlihat tatapan kurang mengenakan dari Kakaknya Rara.

"Jadi gini Bang Ke_"

"Astaghfirullah, udah Gue bilangin jangan panggil Gue bangke!"

"Lah situ Namanya Kenan, berhubung Lo lebih tua dari Gue, Gue panggil Bang Ke dong." Sanggah Zayn, tidak salah juga dirinya memanggil Kenan.

"Sekali lagi Lo panggil Gue bangke awas ye Lo, panggil Kenan aja susah!" ucap Kenan tidak mau kalah. Sudah bagus Ibundanya memberi nama Kenan, malah dirusak reputasinya oleh Zayn. Zayn merasa masa bodoh dengan tingkah Kenan dan hanya mengangguk malas. Hormatilah yang lebih tua, itulah motto Zayn. Zayn sedikit merenggangkan otot-ototnya tanpa menggubris ucapan Kenan.

"Lo ya kalau dibilangin susahnya minta ampun kaya bocah, enggak ingat umur Lo?" sentak Kenan, memang susah menasehati manusia berkepala batu tersebut.

"Cuma permasalahan nama panggilan aja dipermasalahkan Bang...Bang!" ucap Zayn malas menanggapi ucapan Kenan.

"kalau ribut jangan di depan Rara, kalian yang pada dewasa seharusnya jadi contoh buat Rara." Tegur Khayla Tante dari Zayn, sekaligus Ibunda dari Kenan dan Rara. Zayn dan Kenan hanya mengangguk mengiyakan. Apalah daya mereka tidak berani membela dirinya masing-masing.

"Iya Tan, enggak ngulangin lagi." Sahut Zayn

"Ya sudah Yan, mandi terus makan!" Titah Tante Khayla, Ia menggandeng Rara turun ke lantai dasar.

"Dasar Epifit." Sindir Kenan, Ia langsung mengikuti Ibundanya turun ke bawah. Zayn Nampak berfikir, apa maksud istilah yang diucapkan Kenan?

"Epifit?...oh, anak biologi kalua nyindir memang beda, untung Gue paham." Zayn menggelengkan kepala, karena dirinya baru tahu apa yang dimaksud Kenan. Zayn sebenarnya sudah hampir semester empat mengambil jurusan Bisnis, namun apalah daya setahun kebelakang Ia memutuskan untuk pergi dari rumah, meninggalkan sejenak dunia pendidikannya. Entah masalah apa yang membuat Zayn pergi dari rumah, yang jelas semua fasilitas pasti terpenuhi. Saat itu Zayn hanya pamit ke rumah sang Nenek, setelah satu bulan kepergian sang pendiri pesantren Kyai Abdullah dan sampai sekarang Zayn tak lagi menginjakan kaki di kediamanya tersebut. Sampai sekarangpun keluarga tidak tahu alasan Zayn pergi meninggalkan rumah.

Zayn baru saja keluar dari kamar mandi, dengan pakaian yang sudah rapi. Celana jeans mocca dengan kaos putih polos lengan pendek. Iya memang penampilannya berbeda jauh dengan saudara-saudaranya yang sama-sama punya panggilan Gus. Tapi inilah Zayn punya style tersendiri. Ia menyambar jaket hitam, kemudian mengambil kunci motor klasiknya.

Ia keluar dari kamar menuruni tangga menuju lantai dasar. Zayn menuju kearah meja makan, terlihat Nek Salma, kedua cucunya dan Tante Khayla sudah duduk tenang di meja makan sambal menikmati hidangan dihadapanya.

"Bangun tidur langsung makan, bentar lagi main enggak tahu jam pulang, makhluk kaya Lo bisa hidup ya?" sindir Kenan.

"Dari pada Lo, mulutnya kaya emak komplek, nyinyir mulu, kalau iri mah bilang Bang, enggak usah nyindir kaya gitu!" Ucap Zayn, ingin sekali dia menyumpal mulut nyinyir Kenan.

"Ini di depan Rezeki, tahu adab enggak kalian? satu hari aja enggak adu mulut!" titah Tante Khayla, Zayn hanya terseyum hambar, sedangkan Kenan memilih pergi dari ruangan itu. Zayn mulai mengambil hidangan dihadapanya. Ia juga butuh asupan gizi untuk tubuhnya, walaupun hidupnya tidak tahu akan sampai mana.

Zayn melahap makanan, terlihat kelaparan atau rakus mungkin sedikit sama. Nenek Salma hanya menatap cucunya yang satu ini, perbedaan jelas terlihat dari perilaku Zayn dibanding dengan sepupu dan saudaranya yang lain. Padahal cara mendidik Zayn dan Zaid saudara kembar Zayn, sama saja, namun apa yang membuat Zayn berperilaku seperti ini. Apa karena kehilangan sang Kakek yang paling dekat dengan Zayn, yaitu Kyai Abdullah.

"Nenek kenapa lihatin Aku kaya gitu? Ada yang salah?" ucap Zayn melihat Nenek Salma yang memandangnya penuh tanya.

"Enggak...lanjutin makannya, nanti kalau mau main, ingat jam pulang, jangan sampai kamu main lagi ke kantor polisi!" Jawab Nek Salma, Ia mulai membereskan perkakas alat makannya. Zayn tersenyum, kemudian meneguk segelas air bening.

"Wah hebat, Bang Zayn ketemu sama Pak Polisi, lain kali ajak Rara juga Bang, Rara juga pengen lihat Pak polisi, keren tau." Sahut Rara antusias, membuat Ia melupakan dendamnya dengan Zayn. Zayn tersenyum bangga, ada juga manusia yang memuji Zayn.

"Akukan ganteng Nek, panteslah dapat pengamanan dari kepolisian." Jawab Zayn meletakkan jari telunjuk dan ibu jari membentuk ceklist di bawah dagunya. Nenek Salma dan Tante Khayla hanya menggeleng-gelengkan kepalanya karena tingkah Zayn, yang berlagak mempunyai tingkat kegantengan diatas rata-rata.

"Oh ya Rara, kalau pas Bang Zayn, ketemu Pak polisi nanti Abang hubungin Rara, OK!" Ucap Zayn sambil memakai jaket, Ia bangkit untuk bersalaman dengan orang yang dituakan oleh Zayn. Zayn keluar rumah, sampai di teras rumah Ia mepakai sepatu, setelah itu Ia mulai memanaskan mesin motornya. Zayn memakai helm dan mulai menaiki motor klasiknya.

"Bye Mblo!" Ucap Zayn melambaikan tangan kepada Kenan yang sedang menerima telpon di halaman depan.

"Emang situ Enggak Jomblo?" teriak keras Kenan sambal mengikuti arah motor Zayn yang melaju pelan.

"OTW HALAL, EAA" Sahut Zayn, sambil melajukan motornya kencang meningglkan halaman depan. Kenan menghela nafas Panjang, harus sabar punya sepupu seperti Zayn. Terserahlah anak itu mau kemana, asal tidak merepotkan iya tidak apa, iya tapi Kenan, tidak tahu harus jawab apa, saat Abi dan Ummah Zayn, menanyakan tentang Zayn, bahkan hampir setiap hari, seperti buronan saja Si Zayn.

Tbc.

sudah baca Al-kahfinya belum hari ini?
jazakumullahu khoiron

Janji Syawal #1 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang