BAGIAN 46

2.8K 544 391
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Sebelum baca warning ⚠️ jangan emosi.

Kok tumben update cepat? Biar kalian bahagia. Baik hati kan saya😏

"Senyum adalah penipuan terbaik sepanjang masa, tatkala hati tak baik-baik saja."

Senyum dulu cissss📸

(Zayn Farhiyyan D.)

_______________

Detik menit berlalu, Zayn tidak membayangkan apa yang terjadi satu jam lagi. Ketika sang Umma mengirim foto sebuah meja kecil di masjid An-Nawawi. Akad akan segera dilaksanakan satu jam lagi. Apa perasaannya saat ini ikhlas? dalam proses. Dia termenung di depan teras rumah Nisa. Mengapa jatuh cinta pertama kali semenyakitkan ini, ia menghirup dalam-dalam oksigen disekitarnya, detak jantungnya beriringan dengan detik yang kian melaju. Waktu yang tak pernah diperlambat. Hanya kata Andai dahulu ia datang sebelum Ahmad, Andai ia tidak bertemu Syawal, semua akan biasa saja. Lebih baik menjadi seseorang yang asing tak pernah saling mengenal. Tapi dia tak bisa menyalahkan ini, sudah qodarullah.

"Antar saya ke pesantren An-Nawawi!"

Zayn menoleh, tersenyum simpul. kemudian mengusap matanya yang berair. Dia mengangguk, keadaan Nisa mulai membaik setelah melahirkan dini hari tadi, Fahmi terlebih dahulu meminjam kursi roda ke rumah Bu Bidan. Putri Nisa sementara di titipkan dengan Bu Bidan. Setelah itu mereka berangkat menuju Pesantren. Lagi-lagi waktu menjadi pesaing mereka, sebentar lagi jam tujuh. Akad jam delapan, namun sayang jam segini ibu kota provinsi Jawa Tengah ini ramai dipenuhi kendaraan-kendaraan. Laju mobil Guntur menjadi lambat. Ini tidak bisa dibiarkan, detik seolah-olah makin cepat. Zayn panik, Nisa apa kabar?

"Mbak bawa buku nikah?" Anisa mengangguk. Nisa mengambil buku nikahnya, Zayn segera menerima buku Nikah itu. Setelah itu membuka handle pintu mobil. Untuk apa?

"Gue mau naik ojek!" Zayn keluar dari mobil, Nisa makin panik. Semoga Dia dilancarkan sampai sana. Zayn berlari menyusuri trotoar sampai ia menemukan pangkalan ojek. Setidaknya pakai motor lebih cepat. Ia langsung saja menaiki salah satu ojek, dengan tujuan Pesantren An-Nawawi. Pria itu tidak bisa tenang jujur, nyeri di pinggangnya semakin terasa. Zayn memejamkan mata di sela-sela angin yang menerpa wajahnya, sakitnya tidak tertahan.

"Huft...sakit banget ya Allah." Berlari kencang tadi, pola makan seminggu ini berantakan, ditambah jadwal hemodialisis yang dilewatkannya. Membuat keadaan Zayn lebih parah. Ia hanya bisa meminta yang terbaik. Mudahkan hamba ya Allah. Bismillah...

***

Disisi lain semua anggota keluarga Syawal, dan Ahmad, sudah berada di dalam masjid. Syawal berada area khusus perempuan yang tertutup hijab. Sementara Ahmad duduk di depan meja akad, dihadapan Pak Hasyim, dengan kedua saksi Gus Alif dan salah satu saksi dari pihak Ahmad. Pembacaan ayat suci mulai terlantun. Kemudian dilanjutkan khutbah nikah oleh Gus Zafran. Impian Syawal kini terwujud. Disisi lain Syawal ditemani Zalfa dan Ibunda Ahmad, mata Zalfa berair mendengar khutbah nikah dari suaminya. Dia teringat ucapan Zayn di rumah sakit tentang Syawal. Bagaimana keadaan putranya sekarang?

"Ning?" Ucapan Syawal, gamis putih dan khimar senada melengkapi Syawal kali ini, dengan make up natural menambah kecantikan wanita itu.

"Umma Cuma ke ingat Zayn." Zalfa tersenyum mengusap air matanya. Terdengar Zafran mengakhiri khutbah nikahnya.

Disisi lain Pak Hasyim tersenyum menatap calon menantunya itu. Penghulu mengomandoi untuk melafadkan terlebih dahulu sebagai latihan. Latihan pertama lancar. Detik akad segera berlangsung....

Janji Syawal #1 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang