BAGIAN 1O

2K 349 11
                                    

Zaid tidak tahu harus kemana sekarang, rasanya bosan sekali di rumah. Tidak ada kegiatan, beruntung masa perkuliahannya sedang libur walaupun cuma 5 hari, tidak ada niat liburan sebenarnya. Hanya bertugas menjemput kembarannya yang keras kepala itu. Zaid hanya duduk diteras depan sambil memainkan ponsel di tangannya.

"Ke sini kapan Zaid?" Ucap seseorang, Zaid langsung melihat siapa orang tersebut.

"Eh Om Azhar... kemaren Om." Sahut Zaid kemudian mencium tangan Om Azhar, beliau memang pergi dinas keluar kota, Ia mengurusi perusahan Almarhum Kakek Ikhsan.

"Pantesan Om kemaren pergi ke Semarang enggak lihat kamu." Ucap Om Azhar, kemudian Ia duduk di kursi sebelah Zaid.

"Gimana calon dokter, lancar kuliahnya?" tanya Om Azhar.

"Alhamdulilah lancar Om." Sahut Zaid, Ia mengangguk dan tersenyum. Sempat ada keheningan diantara mereka, masing-masing bergelung dengan pikiran mereka sendiri.

"Zayn kemana?" Tanya Om Azhar.

Zaid menggeleng, Ia sampai sekarang tidak tahu Zayn pergi kemana,"Enggak tahu Om."

"Om pernah lihat Zayn, disekitar perkampungan entah Om lupa nama kampungnya apa, tapi disitu katanya perkampungan keras, kampung maksiat. Kata masyarakat yang tinggal tidak jauh dari sana." Ucap Om Azhar, untuk apa Zayn kesana? Itulah pertanyaan yang menghantui Zaid. Zayn menyimpan berbagai rahasia, Dia memang menyembunyikan sesuatu hal yang sekirannya akan membuat cemas keluarganya.

"Tapi Om enggak bisa pastikan itu Zayn atau bukan, semoga saja Om salah lihat." Ucap Om Azhar dan diangguki oleh Zaid, namun pikiran kawatir dengan kembarannya masih bergelung dihati Zaid. "Iya udah! Om kedalam dulu ya."

"Iya Om." Jawab Zaid. Masih memikirkan apakah yang dilihat Om Azhar waktu itu adalah Zayn. Biarlah Zaid bergelung dengan pemikirannya sendiri. Hari semakin sore sementara Zayn sedari tadi pagi tidak kunjung pulang, apakah Zayn baik-baik saja? Itulah yang sekarang yang dikawatirkan Oleh Zaid. Zaid ingin mencari tapi tidak tahu harus mencari kemana. Sementara ditelpon sejak tadi tidak kunjung dijawab bahkan sekarang ponsel Zayn tidak aktif. Zaid semakin cemas dibuatnya.

Adzan maghrib berkumandang, Zaid menghela nafas berat, Ia bangkit untuk ke dalam. Biarlah Ia sampaikan rasa kawatirnya dalam doa untuk Kembarannya.

***

Sampai pukul sepuluh malam, tidak ada tanda-tanda Zayn akan pulang, Zaid hanya mengkawatirkan kembarannya itu, tapi orang yang dikawatikan itu serasa tidak tahu diri sekali. Sekiranya aktifkan ponselnya, agar Zaid bisa menghubungi dan tidak terkesan seperti ditelan bumi saja. Nenek Salma yang sedari tadi melihat kegelisahan Sang Cucu, kemudian ikut duduk disamping Zaid.

"Kenapa, ada masalah? Cerita sama Nenek!" Ucap Nek Salma, seraya mengelus pundak Zaid.

"Kawatir aja Nek, sama Bang Iyan, Jam segini belum pulang."

"Biarlah Dia, memang orangnya begitu, Dia akan baik-baik saja, percaya sama Nenek!" Ucap Nek Salma, setidaknya ucapannya bisa menenangkan hati Zaid. Zaid menarik nafas dan menghembuskan nafas lega.

"Iya sudah sekarang kamu Istirahat, Zayn paling udah bawa kunci cadangan." Ucap Nek Salma dan diangguki oleh Zaid. Zaid kemudian bangkit dan berjalan menuju kamar atas. Sementara Nek Salma hanya memandang sebuah bingkai foto Zayn yang terpajang didinding ruang tamu.

"Nenek selalu Sayang kamu, Iyan." Ucap sendu Nek Salma.

Sementara dilain tempat Zayn, Guntur dan Fahmi sedang berada di sebuah Kafe. Terlihat Zayn sedang makan beberapa makanan, Terlihat kelaparan sekali. Guntur dan Fahmi hanya melihat Zayn bingung, sudah berapa hari Zayn tidak makan? Pikir mereka.

Janji Syawal #1 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang