BAGIAN 41

2K 471 128
                                    

Zalfa masih tidak percaya akan berita tentang anaknya. Kenapa masalah seperti ini dirahasiakan dari dirinya. Zalfa dan Zafran berada di kamar Zayn, sebenarnya tidak ada yang mencurigakan di kamar ini. Zayn begitu rapi menyembunyikan semua itu. Zafran mendekati sang Istri yang sibuk mengamati figura foto Zayn.

"Kamu tahukan, Za. Ginjal yang rusak enggak bisa balik lagi seperti semula. Tapi Iyan bisa bertahan dengan hemodialisis dan terapi lainnya."

Zafran duduk di samping sang Istri. Zalfa sangat terpukul dengan kabar ini. Ia memandang wajah istrinya itu. Air mata yang masih membasahi pipi merona itu walapaun begitu nampak kerutan di keningnya, wanita yang melahirkan sosok yang kuat untuk Zafran.

"Pasti Zayn capek bolak – balik untuk HD, setiap hari minum obat, aku sakit ngebayangin Mas, sebagai Ibu." Suara yang srak karena menangis membuat hati Zafran makin tersayat. Ia juga sedih dengan keadaan Zayn sekarang.

"Transplantasi ginjalpun enggak seratus persen berhasil, bisa jadi tubuh Iyan menolak ginjal barunya. Kuncinya Iyan tetap semangat untuk bertahan, kamu harus kuat, beri dukungan Zayn. bukan selalu menangis seperti ini, Za!"

"Mas enggak tahu rasanya susah payah melahirkan Zayn. dan sekarang aku dibohongi dengan sakit parahnya anakku. Itu lebih sakit, Mas."

Air mata Zalfa makin berderai, seperti merasakan sakit yang luar biasa. Melahirkan saja sudah bertaruh nyawa, bahkan menggadaikan nyawa. Tapi justru dia yang tak tahu apa-apa mengenai buah hatinya. Zafran menarik tangan Zalfa untuk ia genggam. Seolah-olah menyalurkan kekuatan untuk Ibu dari anak-anaknya.

"Kamu harus siap dengan segala kemungkinan buruk ya ada, Za."

Mendengar itu Zalfa menatap iris mata suaminya itu. Ia menggeleng, kenapa semudah itu Zafran berbicara.

"Kita ajak Zayn berobat ke Singapura, setelah pernikahan Zaid dan Aina"

"Za?" Zafran terkejut dengan ucapan sang Istri.

"Keputusanku tetap sama, bawa Zayn ke Singapura."

Zalfa bangkit lalu keluar dari kamar meninggalkan Zafran, ingat Umma Zayn itu keras kepala. Zafran menghela napas panjang. Jika Zayn berobat di singapura, mungkin waktunya tidak sesingkat itu. Tak mungkin juga langung mendapat donor ginjal jenazah. Dengan segala kemungkinan yang ada.

"Tapi apa ini keputusan yang terbaik? semoga di Singapura Zayn bisa dapat donor jenazah. Abi akan usahakan yang terbaik untuk kamu, Yan."

Indonesia belum menerapkan Deceased-donor kidney. Deceased-donor kidney merupakan transpalantasi ginjal dari donor yang baru meninggal, atas seizin keluargannya. Untuk prosedur tersebut belum terlaksana di Indonesia, namun dibeberapa negara maju, seperti Belanda, Jerman, inggris donor jenazah sudah dilakukan, begitupun di Singapura.

----

Saat ini Zayn, Fahmi dan Guntur berada di dalam taxi. Mereka sudah berada di Jakarta pukul 3 dini hari tadi. Setelah itu menuju rumah Guntur untuk beristirahat sebentar, sambil menyusun rencana. Sekarang mereka menuju kampung Rawa, arlogi di lengan Zayn menunjukan pukul delapan malam. Sekitar hampir 15 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di kampung itu. Taxi  berhenti di sekitar kampung, mereka sengaja memakai taxi agar tak dicurigai siapapun.

"Mas-mas pada mau bookingan ya? Kelihatan wajah-wajah alim tapi kok ke sini." Ucap supir taksi, terlihat masih muda. Ketiganya saling pandang, apa maksudnya coba? Guntur mengangkat bahunya tak acuh. Zayn mengeluarkan uang cash dari saku celananya. Kemudian memberikan kepada uang itu untuk supir.'

"Jangan lihat baik seseorang cuma karena terlihat alim. Begitupun juga, jangan lihat buruknya seseorang karena terlihat wajahnya bajingan. Stay safe, Bang." Setelah mengucap itu Zayn langsung keluar dari mobil, diikuti Guntur dan Fahmi.

Janji Syawal #1 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang