Ke empat pria tersebut sekarang berada di mobil, perjalanan menuju Semarang. Posisi mereka sekarang berada di tol Batang – Semarang. Perbatasan antara Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal, nampak wajah sumringah Guntur dan Fahmi saat itu. Mereka menikmati perjalanan kali ini. Baru kali ini melihat bujang yang mau mondok sumringah sebegitunya. Sementara Zayn masih fokus dengan ponselnya.
"Ini mau lewatin jembatan merah ya Zayn?" sahut Gntur, membuat Zafran tersenyum dibuatnya.
"Tolol bet Lo, dari tadi tanya itu mulu." Sahut geram Fahmi, tidak ada percakapan lain selain itu.
"Gue kan penasaran orang enggak pernah ke sini." Guntur tidak kalah kesal. Namanya baru pertama kali, kelihatan begitu juga tidak apa-apa.
"Bentar, itu udah kelihatan merah-merah di depan." Ucap Zafran sambil menunjuk dengan dagunya ke depan. Guntur semakin antusias beberapa kali ia maju agar lebih jelas melihat jembatan itu. Akhiranya mobil mereka melewati jembatan itu, tidak hanya Guntur tapi juga Fahmi yang terlihat antusias.
"Wih bagus ya, terang banget." Sahut Guntur, melihat ke sisi kanannya. Namun tidak dengan mereka yang antusias, Zayn justru fokus melihat ponselnya.
"Itu namanya jembatan kali Kuto bukan jembatan merah." Sahut Zayn membenarkan.
"Itu Mik, jembatan Kali Kuto bukan jembatan merah." Sahut Guntur malahan menuduh Fahmi, padahal dari tadi ia yang menyebut Jembatan Merah.
"Kok Gue si." Ucap Fahmi kesal, kenapa harus dirinya si?
Mobil Zayn sudah sampai di area pesantren putri, sementara tadi Zayn sempat bertukar untuk menyetir dengan Zafran. Mobil mereka memasuki gerbang pesantren Putra, hanya ada beberapa santri yang bertugas jaga malam. Zayn memberhentikan mobilnya di depan rumah, ia melihat arlogi di pergelangan tangannya menunjukan pukul dua dini hari.
Dia segera membangunkan mereka. Susah sekali membangunkan Guntur dan Fahmi jika sudah terlelap. Susah payah akhirnya mereka bangun juga. Setelah itu mereka keluar dari mobil.
"Kang tolong di antar ya ke asrama!" pinta Zafran. Beberapa Kang Santri membantu Guntur dan Fahmi membawa barang bawaanya. Setelah memastikan Kang Santri mengantar Guntur dan Fahmi ke asrama. Zayn dan Zafran masuk ke dalam rumah, Zayn membuka pintu rumah dengan kunci cadangan yang dibawa Zafran.
"Sudah pada tidur semua ini." Sahut Zayn.
"Abi," ucap Zalfa, mungkin ia terbangun karena suara mesin mobil. Ia langsung menghampiri Zafran. "Ini kenapa wajah Kamu Mas?"
"Kamu ajak Abi kamu balap motor Zayn? Astagfirullah." Ucap Zalfa, sebegitu savage-nya ia di mata sang Umma.
"Astaghfirullah Umma, Abi sih mboten Pitados kaliyan larenipun*. Aku yang disalahin kan." Zayn terlihat kesal, tapi masih bisa meredamnya. Ini salah dia juga memperbolehkan Zafran ikut dengannya.
*Abi sih tidak percaya sama anaknya
"Enggak ini Cuma kebentur Pintu." Sahut Zafran, Zayn menahan tawa seraya menggaruk tengkuknya. Alasan Abi-nya diluar nalar, yang luka di ujung bibir kenapa alasanya kebentur pintu?
"Beneran!?" tanya Zalfa meastikan, Zafran menganguk dan anehnya Zalfa mempercayainya. Faktor bangun tidur mungkin.
"Iya Sayang." Sahut Zafran mengelus lembut pipi Zalfa.
"Daku tidak dengar, dan tidak melihatnya." Ucap Zayn menutup telingannya serta mengalihkan wajah dari orang tuanya. Kenapa dirinya selalu saja di posisi ini, dan selalu saja merusak suasana romantis kedua orang tuannya. Selalu saja begini.
"Sana Istirahat!" ucap Zafran diangguki oleh Zayn. Ia kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Kemudian masuk ke kamar yang cukup lama Ia tinggalkan, masih tertata rapi dan bersih. Zayn melepas jaket dan celana panjang, menyisakan kaos hitam lengan pendek dan celana pendek. Ia mengambil handuk di kastok pintu dan keluar menuju kamar mandi. Hari yang cukup melelahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Syawal #1 (End)
Teen FictionSequel Presma pesantren, bisa dibaca terpisah. Ketika menjadi berbeda itu pilihan, termasuk anak kembar. Punya perbedaan juga, dan juga tak harus di samakan Bukan? "Gue disini hanya ingin menyalurkan kebahagian Gue, kenapa harus seperti ini yang Gue...