Zafran terlihat biasa – biasa saja, karena memang tidak ada yang mencurigakan dari kampung ini. Suasana sepi, bahkan hanya satu dua orang yang keluar rumah. Tapi kenapa cerita Istri Kang Rahmat dan cerita dari Zayn kampung ini keras, padahal tidak ada yang membahayakan. Zafran memandang kiri-kanan, sementara Zayn masih terlihat tenang.
"Enggak ada yang aneh, Yan. Seperti Kampung pada umumnya." Ucap Zafran, pandangannya tetap memonitori keadaan sekitar.
"Diam – diam menyantetkan, Bi."Ucap Zayn, Zafran menggelengkan kepala tidak tahu maksud dari Zayn. Zayn berhenti seketika, membuat Zafran bingung.
"Kenapa?" Zayn menunjukan ke suatu arah dengan dagunya. Reflek Zafran melihat kearah itu.
"Astagfirullahaladzim." Zafran langsung memalingkan wajahnya dari arah itu. Sementara Zayn meraup wajahnya seraya beristighfar. Bagaimana tidak, dua insan manusia sesama jenis. Bercumbu rayu dengan tanpa memperdulikan suasana sekitar, dengan dua botol miras di sampingnya.
Zayn mengambil batu ukuran sedang, "Abi, siap – siap lari ya, Bi!" Ucap Zayn mulai mengambil ancang-ancang.
Satu...dua...tiga...
"Woyy siapa yang lempar batu? Kurang ajar." Teriak salah satu dari dua orang tersebut. Ya Allah sebegitu miriskan dunia ini, sebegitu rusakkah akhlaq didunia ini. Jangan sampai laknat kaum nabi Lut, terjadi kembali pada Zaman sekarang. Nauzubillah min Dzalik.
-
Zafran dan Zayn kembali mengatur nafasnya, berlari cepat rasanya akan sulit untuk Zafran. Zayn mengusap peluhnya di pelipis mata. Kemudian melirik sang Abi yeng terlihat terengah-engah.
"Kenapa kamu enggak menasehatinya langsung, Yan?" Ucap Zafran, iya walaupun melempar batu Zayn tetap tidak melukai keduanya, hanya berusaha mengganggu kegiatan mereka.
"Tadi itu markasnya Frans Bi. Kalau kita ke sana langsung, kawanan mereka langsung keluar, biasanya kalau siang memang sepi, Bi. Malam hari tempatnya senang – senangitu Bi, tanda kutip." Ucap Zayn, kini Zafran mulai paham. Ternyata memang berbahaya kampung ini. Tapi Zafran masih heran gimana cara Zayn berdakwah jika seperti ini.
"Bang Zayn!" teriak seseorang langsung menghampiri Zayn dan memeluk Zayn dari belakang. Zayn tersentak, ia kemudian menoleh ke belakang. Ia melihat Reyhan dan Rere yang berada di belakang Reyhan.
"Reyhan?" Zayn mengelus pelan pucak kepala Reyhan yang tertutup Peci. Zafran jadi bingung melihat penampilan bocah itu yang menggunakan baju koko serta sarung. Jadi teringat Zayn, zaman kecilnya dulu.
"Habis darimana, Rey?" Tanya Zayn, Reyhan melepas pelukan dari pinggang Zayn.
"Habis dari masjid, solat asar!" Ucap Reyhan. Terlihat bahagia Reyhan bertemu dengan Zayn.
"Dia siapa, Yan. Asli sini?" Tanya Zafran
"Kenalin Rey, ini Abinya Abang." Ucap Zayn menperkenalkan Reyhan, tapi kelihatnnya Reyhan bingung apa yang Zayn maksud.
"Abi?" tanya Reyhan.
Zayn tersenyum, nampaknya Reyhan tidak tahu akan arti Abi, "Ayah." Ucap Zayn, Reyhan mengangguk, ber-oh saja.
"Halo Abi ... he ... he panggil Abi boleh? soalnya Rey enggak punya Abi, enggak kaya Abang Zayn." Ucap Reyhan dengan senyum sumringahnya. Zafran tersenyum kemudian dengan pelan mengelus surau hitam Reyhan yang tertutup Peci.
"Boleh, Panggil Abi Zafran, Ok!" Ucap Zafran.
"Oke Abi Zaf."
"Teman-teman Sudah ngumpul?" Tanya Zayn ke Rere. Perempuan cantik dengan kerudung pasmina yang Ia sampirkan ke pundak. Menyunging senyum kepada Zayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Syawal #1 (End)
Teen FictionSequel Presma pesantren, bisa dibaca terpisah. Ketika menjadi berbeda itu pilihan, termasuk anak kembar. Punya perbedaan juga, dan juga tak harus di samakan Bukan? "Gue disini hanya ingin menyalurkan kebahagian Gue, kenapa harus seperti ini yang Gue...