BAGIAN 14

1.8K 404 36
                                    

Kita hanyalah seorang makhluk, tidak tahu akan seperti apa perjalanan hidup kita nanti. Bahkan rencanapun hanya tinggal kata jika Allah tidak menghendaki. Semua ada proses agar kita sampai tujuan, proses satu dengan yang lain tak pernah sama, sekalipun anak kembar yang dilahirkan dari rahim yang sama. Takdir Allah tidak pernah salah, walaupun menerimanya dengan derai air mata. Tidak pasti setelah hujan ada pelangi, tidak semua hasil tidak menghianati usaha. Namun percayalah Allah tidak akan pernah meninggalkan hambanya.

Tidak seperti biasanya Zayn yang pulang larut malam, kini tengah hari Zayn sudah berada dirumah. Ia mulai mengemasi pakaian yang akan Ia bawa ke Semarang. Tidak berselang lama Nenek Salma masuk ke kamar Zayn. Ia kemudian duduk ditepi ranjang berhadapan dengan Zayn.

"Beneran ini keputusan yang akan kamu ambil? menikah bukan main-main Yan." Ucap Nenek Salma memandang  sendu cucunya itu.

"Iyan hanya mau kenalin Aina sama keluarga di Semarang." Sahut Zayn.

"Kalau itu keputusan kamu, Nenek hanya bisa doakan yang terbaik." Ucap Nek Salma, iya dirinya harus kesepian lagi kali ini.

"Nenek jaga diri baik-baik, aku akan sering ke sini." Zayn tersenyum menatap Sang Nenek, Ia langsung memeluk tubuh renta Nek Salma. Harus bagaimana lagi ini mungkin keputusan yang menurut Zayn yang terbaik.

"Sudah semua Bang?" tanya Zaid yang memasuki kamar Zayn. Zayn mengangguk...dirinya hanya membawa satu tas ransel saja.

" Udah." Zayn langsung turun dari atas ranjang, Ia langsung menggendong tas ranselnya. Ia merangkul sang Nenek agar ikut keluar. Turunlah mereka berdua ke lantai dasar terlihat Tante Khayla, Kenan dan Rara disana.

"Jangan kabur lagi entar!" Sahut Kenan.

"Palingan Lo yang kangen Gue nanti." Ucap Zayn terkekeh pelan.

"Naudzubillah min dzalik." Ucap Kenan bergidik ngeri.

"Pamit Tan." Ucap Zayn bersalaman dengan Tante Khayla.

"Kalau jadi nikah kabarin secepatnya." Sahut Tante Khayla menepuk-nepuk bahu Zayn pelan. Zayn kemudian bersalaman dengan Kenan, "ada masanya Lo Kangen sama Gue Bang Ke." Sahut Zayn. Kini Pandangan Zayn beralih ke arah Rara. "Hidih nangis bombay ceritanya?"

"Rara nangis beneran ini Bang." Sahut Rara. Zayn menganggukkan kepala dua kali.

"Abang pamit, sekolah yang rajin jangan kaya Abang." Sahut Zayn kemudian mencium puncak kepala Rara.

Setelah berpamitan Zayn dan Zaid keluar, semua mengikuti mereka sampai teras depan. Zayn dan Zaid memasuki mobil.

"Pamit dulu semua Assalamualaikum." Ucap Zaid dari dalam mobil. Zaid mulai melajukan mobilnya menjauh dari pekarangan rumah Nenek Salma. Zayn menghembuskan nafas pelan. Mobil Zaid sudah menembus jalanan ramai ibu kota. Mereka tidak langsung ke Semarang melainkan menuju perumahan Asri kediaman Aina.

Berhentilah mereka di depan rumah Aina. "Ikut turun enggak Mas?" Tanya Zayn. Zaid menjawab dengan gelengan kepala.

"Iya udah." Ucap Zayn Ia turun dari mobil kemudian memasuki rumah Aina.

"Om Adya di rumah Pak?" Tanya Zayn kepada satpam rumah itu.

"Ada Den." Ucap ramah Satpam rumah tersebut. Zayn mulai menginjakkan Kaki ke pintu utama yang saat itu terbuka. Zayn langsung di sambut seorang Pria paru baya. Zayn langsung saja meraih tangan Pria tersebut untuk Ia salami.

"Bentar lagi Aina juga keluar." Sahut Om Adya.

Tidak berselang lama Aina keluar dari dalam rumah. "Iya udah Om, pinjam Ainanya." Izin Zayn

Janji Syawal #1 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang