Zayn baru saja membelikan makanan dari luar rumah sakit untuk keluarganya. Ketika Ia hendak keluar dari mobil. Zayn melihat seseorang yang tidak asing, Ia mengurungkan niat untuk keluar dari mobil. Dia mengamati lekat kedua orang tersebut.
"Kang Ahmad sama siapa itu?" lirih Zayn. Melihat kedua orang itu, Ahmad dan seorang perempuan entah siapa. Nampaknya wanita itu tengah hamil besar.
"Adik Kang Ahmad kan masih 13 tahun, iya masa itu." Zayn makin penasaran, Ia kemudian mengambil masker serta topi dan memakainya, lalu turun dari mobil mengendap-ngendap mengikuti kedua orang tersebut. Ia mengikuti hingga kedua orang tersebut masuk ke rumah sakit. Zayn masih setia mengikuti sampai mereka duduk di ruang tunggu di depan ruangan Dokter spesialis.
Zayn berdiri menguping di sisi tembok, "Mas aku ke toilet bentar, mual banget rasanya."
"Perlu Aku antar?"
"Enggak usah." Wanita tersebut lalu meninggalkan Ahmad sendirian, ini waktunya Zayn. Ia tidak mungkin bertemu atau bertanya langsung dengan Ahmad. Laki-laki biasanya sulit dipercaya katanya mulut buaya. Zayn menaikkan masker dan menurunkan topinya. Ia berjalan biasa saja berlalu di hadapan Ahmad. Zayn sempat melirik papan nama yang tergantung di pintu ruangan itu, dr Rania Akarina Sp.OG. Beruntung Ahmad tidak mengenali Zayn, karena Ahmad disibukkan dengan ponselnya.
Zayn melihat wanita itu masuk toilet khusus wanita. Tidak mungkin juga Zayn masuk. Zayn menunggu di depan, sesekali Ia meremas ponsel di tangannya. Semoga saja kekawatirannya tidak terjadi, ia hanya ingin memastikan agar tidak suudzon dengan Ahmad.
"Lama banget perempuan kalau di kamar mandi, bikin album foto kali ya." Zayn menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pusing!
"Gus Zayn?"
"Astaghfirullah." Zayn meraup kasar wajahnya. Lagi-lagi perempuan ini yang selalu mengagetkannya. Ngapain juga dia di sini.
"Bisa tidak ucap salam dulu, jangan ngagetin!" kesal Zayn. Syawal mengangguk pelan, ia juga terkejut buat apa juga Zayn di depan kamar mandi cewek.
"Gus ndak Khilaf kan?"
"Jangan pikir aneh-aneh." Zayn bertambah kesal, ia tahu jalan pikir gadis itu.
"Punten Gus, Saya masuk dulu." Zayn membiarkan Syawal masuk ke dalam. Namun Zayn tidak pantang mundur untuk bertanya dengan wanita hamil itu. Sekirannya tidurnya nyeyak nanti malam, tidak kebawa mimpi.
Tidak berselang lama Syawal keluar dengan wanita itu. Zayn memalingkan wajahnya kemudian menepuk frustasi keningnya. Kenapa keluarnya barengan gitu?
"Mbak Nisa mau saya antar ke ruangan Dokternya?"
"Enggak usah Wal, Mbak bisa sendiri makasih ya!"
Syawal hanya mengangguk. Zayn hanya mengangguk-anggukan kepala seolah-olah sedang menikmati musik, padahal Ia sama sekali tidak mengenakan airpods, ataupun earphone.
"Sama-sama, Mbak." Jawab Syawal
Bolehkan Zayn bertanya sekarang? Rasanya mulutnya sudah gatal untuk menghilangkan rasa penasaranya. Sebenarnya ia takut kalau benar dia ada hubungan dengan Ahmad. Apa reaksi Syawal nanti. Kalau dia bertanya sekarang? Dan wanita itu menjawab Saya Istrinya Ahmad, dan itu di dengar Syawal. Pasti hati Syawal akan lebih ambyar dari padanya. Susun kata yang tepat Zayn!
"Saya tadi lihat mbak di depan, sama Kakaknya ya?" Akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulut Zayn. Wanita itu tersenyum tipis, mungkin betul ini Adik atau sepupu sepersusuan-nya Ahmad. Ahh..ia telah suudzon kali ini.
"Bukan, itu suami saya."
Hah?
What? Ini Syawal mau dijadiin Istri kedua atau bagaimana, markonah?
![](https://img.wattpad.com/cover/254471720-288-k373788.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Syawal #1 (End)
Teen FictionSequel Presma pesantren, bisa dibaca terpisah. Ketika menjadi berbeda itu pilihan, termasuk anak kembar. Punya perbedaan juga, dan juga tak harus di samakan Bukan? "Gue disini hanya ingin menyalurkan kebahagian Gue, kenapa harus seperti ini yang Gue...