Syawal masih berkeliling area pesantren memastikan semua santri agar segera bersiap mengikuti kegiatan solat jamaah. Iya jika dulu masjid untuk santri perempuan dan laki-laki, namun sekarang masjid pesantren hanya untuk santri laki-laki, sementara santri perempuan menempati mushola diarea pondok pesantren putri. Kecuali jika hari-hari besar seperti idul adha semua santriwan dan santriwati berjamaah di masjid pesantren.
Suana sore sebelum maghrib memang ramai-ramainya, ramai ada yang belum dapat antrian mandi bahkan sampai enggak mandi karena keamanan sudah keliling, banyak yang ngantri wudhu, ada yang baru selesai takziran ada yang baru selesai ngaji pasaran. Iya begitulah kiranya suasana sore hari ini. Syawal kini melewati koridor asrama santri.
"Pantesan gayung kamar mandi pada hilang, buat wadah mie ternyata." Ucap Syawal berhenti dihadapan segerombolan santri yang tengan makan-makan.
"Eh ... Ibu, makan Bu?" Ucap salah seorang santriwati sambil mengaruk tengkuknya yang tertutup Kerudung.
"Lanjut habisin jangan dibuang, gayungnya balikin kasihan itu yang lagi Mandi, kalau sudah langsung wudhu ya ke mushola!" Ucap Syawal tersenyum lagi beranjak pergi, sebelum itu Ia mengusap pelan salah satu kepala santriwati tersebut. Semboyannya jadi pengurus itu yang disegani bukan ditakuti. Iya itulah Dia dulu juga pernah melakukan hal yang sama seperti mereka, iya mau marahi sama saja marahi sama diri sendiri bukan.
Syawal kemudian keluar dari asrama karena adzan dari masjid putra Pesantren telah dikumandangkan. Syawal terlebih dahulu menuju mushola kebutulan Ia sudah dalam keadaan mempunyai wudhu. Terlihat Shaf terdepan sudah terisi bahkan siapa-siap untuk sholat.
"Mbak Keamanan, sholate gasik nemen to?" celetuk Syawal.
"Cepetan Mbak Yu, sudah ditunggu, itu mukenamu." Teriak seseorang kepada Syawal, Syawal hanya tersenyum tanpa dosa.
"Woke." Jawab Syawal. Ia langsung menempati Shaf untuk solat jamaah terlebih dahulu dengan pengurus keamanan yang lain. Iya memang begitu mereka berjemaah terlebih dahulu, dan kemudian setelah solat mereka dengan leluasa mengontrol santriwati yang lain.
Setelah malaksanakan solat berjemaah mereka kemudian berkeliling sesuai tugas masing-masing. Sementara Syawal berjaga di samping pintu masuk Mushola.
"Dek, gimana?" tanya Syawal pada salah satu santriwati yang menghampiri dirinya untuk bersalaman.
"Itu ada dilist takziran Bu, nanti Ais lapor Ibu." Jawab Santriwati itu.
"Iya udah, sana penuhi shaf dulu." Syawal mengangguk, dan mempersilahkan Santriwati pergi.
Sementara dilain tempat, setelah melaksankan solat berjemaah, Zayn sedang mengemasi beberapa pakaiannya. Ia akan kembali lagi ke Jakarta hari ini. Sekedar menengok keluarga dan bertemu dengan anak-anak kampung itu.
Setelah dirasa semuanya sudah siap, Zayn langsung menggedong tas ranselnya kemudian mengambil jaket diatas kastok. Setelah turun dari kamar Zayn kemudian berpamitan dengan Umi Halimah.
Ia masuk ke kamar Umi, kemudian duduk di samping Umi yang sedang tertidur lelap. " Iyan pamit, Umi." Ucap Zayn mengelus pelan tangan Umi Halimah.
"Assalamualaikum." Ucap Zayn, Ia mengecup pelan kening Umi. Kemudian melangkahkan kaki keluar kamar.
"Yan." Panggil seseorang ketika Zayn baru menutup kamar Umi.
"Iya, Bi." Zayn langsung menghampiri Zafran, bersalaman dengan Zafran.
"Udah mau berangkat ke Jakarta lagi?" tanya Zafran.
"Iya Bi, ini mau ke rumah dulu mau pamitan sama Abi sama Umma, tapi kebetulan Abi ada di sini." Ucap Zayn tersenyum lebar. Zafran mengeleng-gelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Syawal #1 (End)
Teen FictionSequel Presma pesantren, bisa dibaca terpisah. Ketika menjadi berbeda itu pilihan, termasuk anak kembar. Punya perbedaan juga, dan juga tak harus di samakan Bukan? "Gue disini hanya ingin menyalurkan kebahagian Gue, kenapa harus seperti ini yang Gue...