BAGIAN 32

2.1K 491 129
                                    

Setelah sampai di ndalem sepuh,  Zayn memarkirkan mobilnya di depan ndalem. Terlihat ada satu mobil entah itu milik siapa. Hujan masih deras, Zafran dan Zayn langsung keluar mobil dan berlari menuju ndalem. Masuklah mereka ke ruang tamu terlihat tiga orang laki – laki dengan pakaian seperti preman duduk di sofa ruang tamu.

"Permisi!" sahut Zafran. Ketiganya berdiri saat mendengar sapaan dari Zafran

"Pagi Pak!" Ucap salah satu dari ketiga pria tersebut.

"Pagi!"

Zafran mempersilahkan mereka untuk kembali duduk.

"Kami dari Polda Metro Jaya ingin bertemu dengan Saudari Aina Adyatama. Kami dapat perintah untuk menjemput beliau...karena ditemukan juga satu gram Narkotika jenis sabu dari kamar saudari Aina. Bisa Pak?" Ucap salah satu dari mereka.

"Dari kamar Aina? sudah hampir dua minggu Aina di sini Pak, apa mungkin itu milik Aina?" sahut Zayn. apa mungkin Aina juga mengonsumsi barang haram itu?

"Kami belum tahu pasti, Pak. Maka dari itu kami kesini untuk menjemput Aina, untuk dimintai keterangan di Polda nanti, mohon kerjasamanya Pak."

Tidak berselang lama Budhe Kanaya membawa nampan yang berisi tiga cangkir berisi teh. "Budhe udah suruh Syawal panggil Aina, tapi belum ke sini diannya."

"Boleh kami mengechek kamar saudari Aina?" tanya salah satu dari mereka.

Zafran mengangguk, "Boleh, Pak."

"Zayn antar sana!"

"Mari Pak!" Zayn kemudian mengantar salah satu dari ketiga polisi itu untuk mengechek kamar Aina. Zayn mengambil dua payung di pojok teras satu payungnya ia berikan untuk Bapak polisi tersebut.

Keduannya sama-sama berjalan beriringan menuju asrama.

"Pak jadi Polisi enak enggak si Pak? baju kopi susu, dompet tebel, wajah sangar, wibawa pasti iya...wokelah Pak!" sahut Zayn disela-sela suara hujan.

"Iya tergantung masing – masing ."

"Terus oknum polisi banting mahasiswa itu gimana Pak? Miris saya Pak..." Dapat keberanian darimana Zayn berani bertanya seperti itu.

"Saya juga enggak tahu kejadiannya seperti apa, tapi sekarang sudah selesai lewat jalur kekeluargaan."

"Citra kepolisian yang mengoyami, melindungi masyarakat bisa tercoreng itu Pak. Nanti Warga enggak pada percaya lagi sama polisi Pak...Bapak jadi polisi yang amanah iya Pak."

"Insyaallah...kamu cocok jadi mantu Saya!" celetuk Bapak tersebut!"

"Weleh!" Zayn terkekeh pelan, tidak menyangka Bapak Polisi tersebut menanggapinya seperti itu. "Si Bapak bisa saja."

"Sudah banyak yang bilang gitu Pak sama Saya, kemarin anak Kyai, sekarang Anak polisi, mungkin besok anak..."

"Anak Presiden?" Sahut Bapaknya.

"Enggaklah pak! saya masih normal, ya kali saya sama Kaesang." Zayn seperti bicara dengan sebayanya, tidak sadarkah yang ia ajak bicara aparat.

"Ini asrama pondok!" Tidak terasa mereka sudah sampai di depan gedung asrama berlantai tiga. Terlihat Bapak tersebut hendak masuk ke dalam. "Bapak jangan nylonong masuk Pak, sebentar!"

Bukannya tidak boleh masuk, tapi siapapun Dia adab memasuki asrama apalagi ini asrama perempuan tetap harus dijaga. Pandangan Zayn memonitori sekitar, pandangannya tertuju dengan seorang santriwati yang hendak masuk lewat pintu samping asrama.

"Mbak!" panggil Zayn, wanita yang dipanggil Zayn menoleh. Ia sempat menengok kanan-kiri. Mungkin ia bingung ia-kah yang dipanggil Gus Zayn. Akhirnya Santriwati itu berjalan menuju Zayn.

Janji Syawal #1 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang