Aina duduk ditepi ranjang, Ia ingin mandi. Tapi masalahnya Ia tidak ada baju ganti. Sementara Zayn lama sekali meminjam baju ganti kepada Tante Khayla. Pandangnnya menulusuri sudut demi sudut kamar yang bernuansa putih tersebut, rumah Neneknya Zayn terlihat klasik dan masih Asri walaupun berada di tengah-tengah ibu kota. Tiba-tiba pintu diketuk, Aina langsung membuka pintu tersebut. Menampakan gadis kecil, di kuncir satu kebelakang tengah tersenyum manis kepadanya.
"Kak Aina ya, ini bajunya punya Bundanya Rara." Ucap Rara sambil memberikan seperangkat baju ganti.
Aina menerima baju tersebut, dan tersenyum sambil mengelus pelan rambut hitam Rara."Terimakasih Rara."
"Sama-sama Kak, dipakai ya!" Ucap Rara tersenyum kemudian melenggang dari hadapan Aina. Ia kembali menuntup pintu dan kembali masuk ke dalam kamar. Ia langsung melihat satu set baju tersebut. Ia nampak terkejut saat baju tersebut adalah satu set gamis serta khimarnya.
"Gila, masa Gue pakai ini, tapi masa Gue enggak ganti baju, mana mau alkohol pula baju Gue." Monolog Aina, Ia menghembuskan nafas pasrah mau tidak maulah. Nanti sampai rumah Ia juga ganti baju. Aina langsung masuk ke dalam kamar mandi membawa gamis tersebut.
Tidak berselang lama Aina keluar dari kamar mandi. Ia langsung bercermin di almari kamar ini. Tidak buruk juga Ia memakai gamis. Ia kembali melirik ke arah ranjang, mengambil sehelai khimar di sana. Apakah Ia akan memakai itu juga.
"Coba kali ya, mungkin tipe Zayn Ukhty-ukhty kaya gini ya." Ucap Aina terkekeh pelan, Aina mengotak-atik posisi Khimar tersebut agar terlihat bagus.
Sementara Zaid, Rara dan Nek Salma berada di ruang makan. Entah Zayn sedang kemana. Terlihat Zaid yang fokus memainkan ponselnya. Ia memang mereka Jika sarapan pagi harus kumpul semua terlebih dahulu baru mereka akan sarapan bersama-sama.
"Permisi." Ucap Aina.
Semua pandangan tertuju kepada Aina. Termasuk Zaid, dadanya berdebar hebat saat melihat Aina yang berbeda dari sebelumnya. Gamis dan khimar yang menutupi lekuk tubuh Aina, membuat Aina terlihat berbeda.
"Kak Aina Cantik." Sahut Rara girang. Membuat Aina tersipu malu.
"Rara ada Nussa katanya mau ngerjain PR mate_" Ucap Zayn yang datang dari teras depan. Namun ucapannya terpotong ketika melihat Aina menoleh ke arahnya. Zayn sedikit terkejut dengan penampilan Aina sekarang.
"Bang Zayn Aku kecekek." Ucap anak kecil yang sedang di rangkul Zayn membuyarkan semuanya.
"So-sory Nussa." Ucap Zayn melepas cekalan di leher anak kecil yang dipanggil Nussa oleh Zayn itu.
"Bukan Nussa ih Bang Zayn, tapi Nurman." Sahut Nurman kesal, bisanya Zayn memanggilnya dengan sebutan Nussa.
"Lagian jaman sekarang namanya Nurman." Ucap Zayn menarik kursi di sebelah Zaid.
"Harusnya apa Bang?" tanya Nurman penasaran, ada yang salahkah dengan namannya sekarang.
"Nur Cahyo." Terdengar tawa lepas dari Zayn, Aina yang melihat itu sedikit menaikan sudut bibirnya.
"Ayo Man, duduk makan dulu baru ngerjain PR sama Rara." Titah Nek Salma, Nurman tersenyum girang kemudian duduk di samping Zayn.
"Duduk, Na." Ucap Zayn melihat sedari tadi Aina hanya berdiri. Aina mengangguk, kemudian duduk di sebelah Zayn sepertinya Dia kesulitan duduk karena memakai pakaian syari seperti itu. Mereka berlima sama-sama menikmati makanan yang terhidang. Disela-sela mengunyak makanannya pandangan Zayn memonitori sekililing, Zayn tersenyum samar, sepertinya Ia tengah menghayal sesutu.
"Gue adem banget lihat kek gini, serasa lihat keluarga kecil yang bahagia ada Nenek. Ada Abi, ada Umi sama sepasang anaknya, Iya enggak Abi Zaid?" celetuk Zayn tersenyum menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Syawal #1 (End)
Teen FictionSequel Presma pesantren, bisa dibaca terpisah. Ketika menjadi berbeda itu pilihan, termasuk anak kembar. Punya perbedaan juga, dan juga tak harus di samakan Bukan? "Gue disini hanya ingin menyalurkan kebahagian Gue, kenapa harus seperti ini yang Gue...