Jujur Syawal tidak tahu apa masalahnya. Kenapa Gus Zayn seperti itu, ada apa? Ia merasa tidak enak hati ada rasa bersalah tapi ia tidak tahu salahnya dimana. Syawal masih berada di dapur, pandangannya entah tertuju kemana. Apa karena Ummi sakit Gus Zayn jadi seperti itu. Syawal menggelengkan kepalanya, mengusir pikiran-pikiran aneh yang ada di kepalanya.
"Syawal di sambangi." Ucap Dini. Syawal mengeritkan dahinya. Mana mungkin Bapak dan Bang Alvi yang datang.
"Siapa?"
"Lihat saja!" Ucap Dini. Syawal mengangguk, Ia langsung mencuci tangannya.
"Dimana, Teh?"
"Diruang tamu depan, baru datang mereka." Ucap Dini. Syawal mengangguk. Ia membenarkan tatanan bajunya, agar dirasa rapi. Setelah itu Dia berjalan menuju ruang tamu depan. Di ruang tengah ia melihat Nauval dan Zayn sedang sibuk menonton TV. Tepatnya TV yang menonton mereka yang sibuk bermain ponsel.
"Pal?"
"Apa sih Bang?"
"Kalau lagi galau lo ngapain, Pal?"
"Tidur."
Zayn melempar bantal ke arah Nauval. "Dasar Kang Pelor."
Syawal tersadar telah menguping pembicaraan mereka. Tidak terasa senyum tipis terpatri dibibir ranumnya. Syawal segera melanjutkan tujuan awalnya. Ia penasaran siapa yang menyambanginya kali ini, ia mempercepat langkahnya.
Syawal membeku ditempat tatkala melihat Ahmad dan kedua orang tuanya. Ada apa mereka kesini? Dadanya berdebar bukan main. Bahkan keringat dingin membasai tangannya.
"Syawal!" Panggil Ibu dari Ahmad, ia tersenyum tulus kepada Syawal. Syawal mengangguk kemudian melangkah menemui orang tua Ahmad. Dengan tulus Syawal mencium tangan Ibunya Ahmad. Tidak disangka wanita itu langsung memeluk erat tubuh Syawal.
"Menantu Ibu makin cantik aja!" Ucapnya, Syawal hanya mengangguk malu-malu. Sepertinya Ibunya Ahmad salah satu tipe mertua idaman, sepertinya. Pandangan Syawal saat ini mengarah ke Bapaknya Ahmad, ia menakupkan tangan di dada sebagai pengganti salaman karena Ia masih bukan mahram. Sementara pandangan Ahmad tidak teralih dari Syawal, calon Istrinya.
"Ini Ibu bawa sampel undangan buat walimatul Ursyi kalian." Ucap girang Ibunya Ahmad. Ia mengeluarkan beberapa model undangan pernikahan yang ia bawa.
"Syawal terserah Ibu aja, insyaallah pilihan Ibu yang terbaik."
"Memang enggak salah Ahmad milih kamu, Nak." Puji Ibu tersebut. Padahal masih ada Gus Alif dan Ning Kanaya yang masih setia mendengar percakapan mereka. Mereka mulai dengan obrolan masing-masing, Gus Alif dan Ning Kanaya masih di tempat. Tidak enak jika meninggalkan tamu. Tak berselang lama Nauval dan Zayn keluar, dari dalam.
"Mau kemana, Val?"
"Di ajak Bang Iyan ke gacoan."
Plakk
Zayn menampar pelan lengan Nauval. "Ngeles aja lu."
"Mau apa ke gacoan? Enggak usah makan yang aneh-aneh, Yan." Kesal Budhe Kanaya. Zaman sekarang nama makanan kok aneh-aneh, yang terpikir di benak ning Kanya mungkin makanan-makanan yang level pedasnya tinggi.
"Ya Allah, Nauval yang mau makan mie Gacoan. Setelah itu langsung ke rumah sakit, Tante Zahra minta bawain Pakaiannya...sekalian aja." Ucap Zayn, Nauval hanya nyengir. Saatnya bisa leluasa keluar pesantren bukan? Budhe Kanaya hanya mengangguk-anggukkan kepala.
"Sana ambil kunci motor sama jaket Abang nyantel di pintu! Sekalian tas yang ada di kamarnya Tante Zahra!" titah Zayn. Nauval lalu bergegas menuruti perintah Zayn. sedangkan Zayn langsung duduk lesehan di bawah, bersandar di tembok. Ia mengintip beberapa undangan yang berjajar di meja. Syawal yang asik mengobrol dengan Ibunya Ahmad. Sedangkan Ahmad sedang berbincang dengan Gus Alif. Kacang! Lama sekali Nauval, hanya ambil kunci motor .
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Syawal #1 (End)
Teen FictionSequel Presma pesantren, bisa dibaca terpisah. Ketika menjadi berbeda itu pilihan, termasuk anak kembar. Punya perbedaan juga, dan juga tak harus di samakan Bukan? "Gue disini hanya ingin menyalurkan kebahagian Gue, kenapa harus seperti ini yang Gue...