Lagi lagi Zayn dibuat kesal dengan Kenan, mulutnya sepertinya bermasalah serius. Zayn tidak menggubris Ia langsung saja pergi dari area itu. Zayn lebih memilih ke teras depan. Ia pemandangan pepohonan lebih mengenakan daripada pemandangan wajah Kenan. Entah rasanya untuk keluar rumah malas sekali, palingan teman-temannya jam segini masih tidur. Zayn menyandarkan bahunya di sandaran kursi. Sesekali memijit kepalannya yang sedikit berdenyut.
"Inikan hari Sabtu." Ucap Zayn pada dirinya sendiri, Ia melirik arloji yang menunjukan pukul sembilan pagi. Ia langsung masuk kedalam, dan menuju ke kamar. langsung mengambil jaket dan tas yang entah berisi apa. Kemudian kembali kebawah.
"Mau kemana Bang?" Tanya Zaid yang melihat kembarannya sepertinya mau pergi, Tapi kemana? Zayn tidak menjawab malah langsung pergi. Zaid tidak habis pikir dengan kembarannya itu. Ia sedikit menghembuskan nafas gusar.
"Sabar Zaid, Iyan mah begitu, pulang pergi enggak pamit." Ucap Kenan menepuk pelan bahu Zaid, Ia hanya mengangguk mengiayakan. Jailakung kali Bang Ke?
Zayn langsung memakai jaket, dan menggendong tas tersebut. Ia memakai helm kemudian melangkahkan kaki menuju garasi mengambil motor antiknya. Zayn menaiki motor, kemudian melajukan menjauhi rumahnya. Entah kemana tujuan Zayn kali ini, dan berisi apa tasnya itu. dirinya melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Setelah perjalanan hampir menempuh 30 menit akhirnya Zayn sampai disebuah perkampungan, Ia memparkirkan motornya di gapuro kampung tersebut. Entah itu perkampungan seperti apa, setiap kali Zayn senyum kepada warga sekitar namun hanya tatapan tajam yang diperoleh Zayn, tapi Zayn tetap tersenyum tulus. Baru beberapa meter melangkah, hampir semua ditong sampah setiap rumah, lagi-lagi Zayn melihat berbagai botol minuman beralkohol melebih kadar lima persen. Sebenarnya perkampungan apa ini?
Pandangan Zayn terarah disebuah gubuk kecil, ada anak-anak disana, dengan canda tawanya yang masih tidak tahu apa-apa. Zayn langsung menghampiri kerumunan anak-anak tersebut. Mata Zayn sudah berkaca melihat semangat anak-anak tersebut.
"Bang Zayn sudah datang teman-teman!" Ucap salah satu anak kecil tersebut, kira-kira berusia tujuh tahunan. Semua bergembira melihat kedatangan Zayn disana, mereka langsung menghampiri Zayn dan bergiliran mencium tangan Zayn.
Zayn langsung mengajak mereka duduk melingkar, "Bang Zayn punya sesuatu buat kalian." Ucap Zayn, anak-anak itu tersenyum girang. Zayn membuka tas yang Ia bawa tadi, Ia mengeluarkan beberapa buku. "Bang Zayn bawain buku kisah 25 nabi, Kisah Abu Nawas, senang enggak?"
"Senang Bang Zayn." Mereka bersorak senang, membuat Zayn tersenyum seketika melupakan semua masalah yang menimpa dirinya.
"Tapi bacanya nanti ya! Sesudah ngaji, sekarang buka dulu iqro'nya." Titah Zayn, semua mengangguk dan mulai membuka buku iqro' yang mereka bawa. satu persatu bergiliran maju kepada Zayn, agar Zayn menyimak dan membenarkan bacaan Iqra' mereka. Ternyata ini sisi yang berbeda dari Zayn, dan kampung yang ditanya Ustadz dimasjid itu, apakah kampung ini?
Zayn sudah selesai menyimak bacaan anak yang terakhir, mereka sama-sama mengucap hamdalah mengakhiri kegiatan hari ini. Kemudian Zayn mempersilahkan mengambil buku-buku bacaan tersebut. Ada rasa bahagia melihat kebersamaan anak-anak tersebut bagi Zayn. Melihat senyum mereka saja membuat Zayn lega.
"Masih berani lo datang kesini?" tanya seseorang dengan berpenampilan preman. Zayn langsung menghadap pria tersebut.
"Saya hanya berusaha menanamkan aqidah kepada mereka itu saja." Jawab Zayn masih tersenyum kepada anak-anak itu, seolah-olah berbicara kalau Dia akan baik-baik saja, berhadapan dengan lima orang yang berpakaian Preman itu. Terlihat sekali lima orang tersebut tidak menyukai keberadaan Zayn disana.
"Banyak omong Lo!" Ucap salah satu Preman tersebut. Ia seperti mengkodekan sesuatu pada keempat temannya yang lain. "Hajar Dia!"
Mereka langsung menghampiri Zayn dan melancar beberapa bogeman ke tubuh Zayn. Mereka menarik kerah baju Zayn, Ia berusaha melawan namun apalah daya mereka berempat sedangkan Zayn hanya sendiri. Setelah sekirannya puas memukuli Zayn, mereka langsung pergi meninggalkan Zayn yang lagi-lagi babak-belur, terkapar ditanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Syawal #1 (End)
Teen FictionSequel Presma pesantren, bisa dibaca terpisah. Ketika menjadi berbeda itu pilihan, termasuk anak kembar. Punya perbedaan juga, dan juga tak harus di samakan Bukan? "Gue disini hanya ingin menyalurkan kebahagian Gue, kenapa harus seperti ini yang Gue...