BAGIAN 21

2K 399 44
                                        

Semetara di Pesantren terjadi keributan, pasalnya Aina memberontak ingin menyusul Zayn yang keluar pesantren. Padahal Aina juga masih santri, dan punya waktu tersendiri untuk bisa keluar pesantren. Para pengurus kesulitan menangani Aina yang hendak memanjat tembok pembatas pesantren. Biasanya yang mengatasi Santri terlalu bandel itu Syawal. Sedangkan Syawal entah kemana, pikir mereka. Mereka benar-benar kebingungan harus bagaimana?

"Turun ndak, sebelah sana selokan, kamu jatuh terus terluka, nanti Kami yang disalahkan." Sahut seorang pengurus saking kesalnya.

"Bodo, yang bakal disalahkan Lo pada." Aina tersenyum sombong, Ia baru calon saja sudah seperti ini. Pikir para pengurus melihat kelakuan Aina. Benar-benar Aina susah diatur. Aina berdiri diatas hendak melompat ke bawah, yang otomatis akan keluar area pesantren.

"Aina jangan turun!" larang mereka, orang Indonesia makin dilarang malah makin menjadi, tanpa basa-basi Aina langsung melompat, tanpa mempedulikan kalau Ia memakai gamis, namun Ia kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh.

Aaaa.....

Namun bukannya sakit kerena terjatuh menyentuh tanah, tapi Aina merasakan kalau Ia mengambang di udara. Aina membuka mata, mata Zaidlah yang pertama kali Aina lihat. Beberapa detik kontak mata diantara mereka, namun Zaid sadar dan menjatuhkan Aina begitu saja. Beberapa kali Zaid merapal istihgfar, Ia merutuki hal yang barusan Ia lakukan.

"Sakit ini, enggak berperi kemanusian banget sih Lo." Marah Aina, jatuh jugakan akhirnya. Tanpa peduli Aina langsung bangkit dan berlari.

Zaid melihat Aina berlari, langsung ikut berlari menyusul Aina. Ia pikir kalau Aina bukan warga daerah sini, takutnya Ia akan kenapa-napa. Aina makin berlari kencang bahkan tidak memperdulikan kendaraan yang berlalu Lalang, walaupun hanya dijalan kecil pesantren, tetapi ini juga membahayakan.

Aina kemudian hendak menyebrang, dan tidak mendengar ucapan Zaid.

"Aina, Awas!" teriak Zaid, Zaid langsung berlari.

-

Citttt...

Untung Zayn mengerem dalam waktu yang tepat. kalau tidak, bisa saja Ia menabrak 2 orang satu meter dari mobilnya itu. Jantung Zayn dan Syawal berdetak kencang, kaget, khawatir bercampur aduk.

"Astaghfirullahaladim." Lirih Zayn, gara-gara mengingat itu anak ice day, jadi tidak fokus menyetir seperti ini. Zayn mulai mengatur nafasnya pelan.

"Enggak papa Sya?" tanya Zayn menoleh kepada Syawal dibelakang, Syawal menggeleng pelan, tenggorokannya masih tercekat. Pandangan Zayn kembali teralih kedepan.

"Itu kayaknya pemain senetron ikan terbang." Celetuk Zayn, Syawal mengeritkan dahinya sepertinya Ia bingung akan maksud Zayn.

"Lah itu udah tau ada mobil bukannya minggir, malah tetap ditengah...ditarik minggirkan bisa, kenapa harus kaya adegan sinetron aja, si laki-laki kenapa so'sokan melindungi, mati bareng kan bisa." Ucap Zayn sepertinya kesal, tapi terdengar lucu di telinga Syawal.

"Gus ditolong itu!" Ucap Syawal menahan tawa, di dekat Zayn sungguh bisa awet muda Dia ketawa setiap hari, setiap ada masalah selalu dapat dicairkan oleh Zayn. Zayn dan Syawal langsung keluar dari mobil.

Saat tahu orangnya siapa Zayn malah bertepuk tangan. "Bagus...bagus, bentar lagi direkrut ini ha..ha...ha." Zayn malah tertawa, beda dengan Zaid ia langsung memutus kontak dengan mata Aina dan melepas tangan yang bertengger diatas bahu Aina.

"Bang, jangan salah paham!" Ucap Zaid, Ia tidak peduli dengan Aina, tapi sekarang Ia takut kalau Zayn akan salah paham.

"Santai aja! Gue tahu kok Mas...paham Gue." Ucap Zayn tersenyum. Namun Syawal kini tahu Bahasa Zayn sehari-hari, ternyata Lo-Gue an juga

Janji Syawal #1 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang