Hari-hari telah berlalu dari kebakaran itu, warga mulai melunak menerima kedatangan Zayn untuk mengajar ilmu agama kepada anak-anaknya. Surau yang kembali dibangun dengan kayu seadaanya kembali dipenuhi keceriaan anak-anak. Bahkan tidak jarang para orang tua ikut jamaah pada jam-jam solat. Iya walaupun tak semua, tapi perlahan semua bisa kembali ke jalan semestinya. Setidaknya kehadiran Zayn dan teman-teman di terima dengan baik.
Jam menunjukan pukul satu siang, wajah Zayn kembali murung. Seolah-olah waktu ujian semakin dekat. Beraharap waktu jangan berlalu, jangan sampai ia ketemu esok hari. Hari dimana, Zayn harus mengikhlaskan suatu itu terjadi. Zayn bersandar di pilar masjid. Ia belajar tak semua kisah itu sama, layaknya Sayidina Ali dan Sayyidah Fatimah. Dimana cinta kepada manusia bisa saja tak terbalas. Bisa saja menggigit jari melihat mempelai dipelaminan. Sad boy? Enggak! Justru cinta itu akan tebalas, karena pemilik cinta pasti akan membalas itu semua. Meskipun dengan orang berbeda, dengan cara yang bebeda, menurut kehendak-Nya.
"Antar gue ke kantor Ikhsan Ananda Group, Tur." Ucap Zayn. Guntur menaikan alisnya. Untuk apa Zayn ke sana?
"Ada urusan sama, Om Azhar." Guntur mengangguk mengambil kunci mobilnya. Keduanya beranjak dari masjid. Semua urusan hampir selesai di Jakarta, rencana Zayn akan mengirim beberapa santri untuk mengisi kajian di Kampung Rawa yang berada di pelosok pinggiran Jakarta. Setidaknya saat ini lumayan aman, tidak keras seperti dulu. Tapi terdengar simpang siur kampung tersebut akan direlokasi. Keduanya menaiki mobil. Kantor Om Azhar di Jakarta Selatan menjadi tujuan Zayn dan Guntur kali ini. Entah untuk apa Zayn datang ke sana.
"Lo setuju enggak si Zayn, kampung Rawa direlokasi?"
"Gue mah ngikut aja, asal mereka dikasih tempat tinggal ganti yang layak. Setidaknya image kampung prostitusi hilang dari Kampung Rawa, gue dukung seratus persen."
Guntur mengangguk, sepemikiran dengan ucapan Zayn. setelah hampir tiga puluh menit perjalanan, Akhirnya mereka sampai di gedung 30 lantai milik Ikhsan Ananda Group. Keduanya kemudian keluar dari mobil, pemandangan pertama gedung tinggi itu. Cucu orkay disamping gue?
"Ini beneran kantor keluarga lo, Zayn?" Ucap Guntur. Zayn mengangguk, berarti Zayn salah-satu ahli waris perusahan dong? Penampilannya kaya gembel, tapi sebenanya orang kaya. Zayn! Zayn!
"Ini perusahaan apa si Zayn?"
"Ini properti Tur, Sewa ruang perkantoran, manajemen proyek pengembangan gedung perkantoran. Hotel, rumah sakit swasta di pusat Ibu kota, ada beberapa kawasan Apartmen dan Mall juga masih dalam naungan Ikhsan Ananda Group. Ada juga perusahan cabang yang ada di Semarang dan Suarabaya." Jelas Zayn, membuat Guntur terperangah. Melihat penampilan dan kendaran yang Zayn pakai, sangat tidak mencerminkan kalau dia cucu seorang konglomerat? Penyamaran yang bagus.
"Edan, cucunya kok kaya orang sinting begini. Lo pasti enggak dibolehin masuk Zayn."
Jujur Zayn masuk kantor Kakeknya usia dirinya masih lima tahunan itupun bukan di kantor yang saat ini, dan sampai saat ini ia belum pernah memasuki kantor baru Om Azhar. Zayn mulai memasuki area lobi kantor. Namun sayang, baru mendekat saja ia sudah dihadang satpam. Benar-benar tidak ada tampang cucu orang kaya. Sabar!
"Ada tanda pengenalnya?" tanya Satpam tersebut.
"KTP Pak?" Pak Satpam hanya mengangguk, Zayn mengeluarkan dompet. Begitupun dengan Guntur. Mereka memberikan E-KTP miliknya. Si Satpam mulai mengechek data diri yang tecantum di kedua KTP tersebut.
"Sebelumnya ada janji dengan siapa?"
Zayn menggeleng, "Belum ada janji, Pak."
"Sudah gue bilangin, lo enggak ada privilege masuk kantor Kakek Lo sendiri." Bisik Guntur. Pak Satpam mengembalikan E-KTP tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Syawal #1 (End)
Novela JuvenilSequel Presma pesantren, bisa dibaca terpisah. Ketika menjadi berbeda itu pilihan, termasuk anak kembar. Punya perbedaan juga, dan juga tak harus di samakan Bukan? "Gue disini hanya ingin menyalurkan kebahagian Gue, kenapa harus seperti ini yang Gue...