Kini mereka tengah duduk di ruang tamu, Zayn juga bingung apa maksud kedatangan Gadis itu di sini. Sementara Gadis itu tidak henti menatap kebingungan kedua orang di hadapannya. Mungkin Ia baru melihat orang kembar. Ketiganya masih diam, tidak ada yang memulai pembicaraan baik dari Si Kembar atau gadis tersebut. Padahal masih sepagi gini Gadis itu sudah berada di depan rumah, adakah keperluan yang serius sehingga harus datang sepagi ini.
"Ngapain Lo kesini sepagi ini, ada masalah Apa?" Tanya Zayn, tapi aneh gadis itu tidak menjawab, malah terus menatap Zaid, yang sedari tadi hanya menunduk. Antara kesal dan ingin tertawa rasanya bercampur begitu saja untuk Zayn yang melihat itu.
"Woy! ada orang tanya di sini, malah curi-curi pandang kaya gitu, Heh?" Kesal Zayn, menepuk keras paha Zaid, serasa pemandangan lantai lebih indah dari pada pemandangan gadis di hadapannya untuk Zaid.
"Kok kalian sama wajahnya, jangan-jangan Lo duplikat wajah Dia ya Zayn?" Zayn masih dibuat kesalnya, bisa-bisanya Dia dituduh duplikat wajah dari Zaid. Sama-sama lahir terbentuk dari embrio yang sama, iya tidak ada namanya duplikat.
"Kami Kembar." Ucap Zayn. Hanya diangguki oleh Aina.
"Oh baru tahu Gue, Dia tuna wicara ya?" Ucap Aina, iya Dia adalah Aina. Zaid mendengar ucapan itu hampir tidak percaya, Cuma Aina seorang yang menganggapnya tuna wicara.
"Enak aja Lo, bisa ngomong Dia," Ucap Zayn terkekeh pelan, sambil tidak henti menepuk bahu Zaid yang sedari tadi hanya diam, "Mas ngomong sepatah dua patah kata gitu untuk prakata sambutan kepada saudari Aina Adyatama!" titah Zayn. Zaid menatap sekilas Zayn, kini Zaid lebih sedikit berbicara jikalau dihadapan wanita lain.
"A..asalamu.-alaikum." Ucap Zaid sedikit terbata, membuat kedua orang yang mendengarnya tidak sanggup menahan tawa. Zayn paham betul, Zaid tipe orang yang sepertinya ada sindrom melihat wanita, apalagi taulah sendiri pesantren semua wanitanya tertutup sedangkan Aina, iya begitulah.
Zaid memandang heran Zayn, kenapa mereka bisa tertawa seperti itu, ada yang salah dengan dirinya? Iya itulah pertanyaan yang menguasai pikiran Zaid.
"Calm Mas, santai enggak lagi ketemu Jenny black pink." Zayn masih terbawa suasana, tidak henti dirinya tertawa. Dia tahu betul Zaid masih canggung bertemu wanita yang belum Ia kenal.
"Saya masuk dulu, permisi." Tanpa berniat menganggu Zaid lebih baik masuk kedalam. Cukup dirinya dipermalukan seperti ini. Zaid melangkahkan kaki, saat tepat berada tepat di samping kursi yang Aina duduki.
"Mas!" Panggil Aina menatap Zaid dengan tersenyum kemudian mengangguk.
Zaid tak menggubris, Ia kembali melangkahkan kaki secepat mungkin. Di area ini, masih pagi namun udara sekitar makin memanas menurut Zaid, apalagi telingannya sudah memerah mendengar panggilan itu dari Aina. Ia baru pertama kali mendapat panggilan itu dari wanita lain, selain keluarganya. Apalagi ini dari seoarang perempuan langsung.
"Lah Dia malah pergi, ada yang salah?" Tanya Aina bingung, ada yang salah gitu dirinya tadi dengan kembarannya Zayn.
"Salah Lo panggil Dia Mas, Aina." Sahut Zayn, berusaha menetralkan nafasnya yang sedari tadi tidak henti-henti tertawa.
"Lah Lo panggil Dia Mas, iya Gue kira namanya Maskur, Raden Mas, atau Masrio." Ucap Aina, Iya salah Zayn atau Zaidnya yang tidak mengenalkan dirinya kepada Aina.
"Mas itu panggilan buat laki-laki di jawa, entah untuk Kakak, atau orang yang lebih tua, seringnya si panggilan istri ke suami begitu yang romantisnya." Zayn terkekeh diakhir kalimat. Tinggal Zaid jawab, 'Iya Dek' hancur sudah.
"Oh" Ucap Aina, tertawa merutuki kebodohannya tadi.
"Tumben sepagi ini kesini? berani lagi datang sendiri enggak sama Guntur atau Fahmi." Ucap Zayn, entah ada permasalahan apa Aina datang menemui Zayn tanpa Guntur ataupun Fahmi. Pastilah jika Aina seperti ini Aina ada masalah serius, tapi kenapa harus menemui Zayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Syawal #1 (End)
Teen FictionSequel Presma pesantren, bisa dibaca terpisah. Ketika menjadi berbeda itu pilihan, termasuk anak kembar. Punya perbedaan juga, dan juga tak harus di samakan Bukan? "Gue disini hanya ingin menyalurkan kebahagian Gue, kenapa harus seperti ini yang Gue...