Dengan santai Zayn menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya, entah akan kemana tujuan laki-laki itu. Ia memiliki banyak misteri tersembunyi, dirinya yang tertutup dengan masalah yang menerpa. Zayn merasa lebih baik menyimpan masalahnya sendiri daripada menceritakan dengan orang lain. Dirinya Nampak bahagia dengan kegiatannya sekarang, namun Ia juga rindu akan kehidupan damai di pesantren. Banyak yang mengira Zayn anak yang nakal, bahkan dirinya sering menjadi bahan gunjingan dan tidak sadar semua itu akan sampai di telinga keluarganya.
Tidak perlu waktu lama Zayn berhenti di sebuah Kafe, Ia memparkirkan motornya di depan Kafe tersebut. Entah apa yang akan dilakukan Pria itu, padahal Ia baru saja makan, atau Dia hendak menemui seseorang. Zayn melangkahkan kaki ke dalam Kafe tersebut. Pandanganya mengitari penjuru Kafe sampai pandangan tertuju kepada beberapa orang yang duduk bercengkrama di meja nomor 3. Zayn langsung berjalan menghampiri mereka, dua orang laki-laki dan satu orang perempuan. Tidak tahu mereka orang baik atau malah sebaliknya, apa merekalah yang menyebabkan perilaku Zayn berubah?
Zayn menghampiri mereka kemudian ikut duduk bergabung dengan mereka, yang Berpenampilan tidak jauh dari Zayn, apalagi si perempuan tersebut yang berpenampilan tomboy.
"Lo itu ya janjian jam berapa, datang jam berapa." Sahut seorang laki-laki, Zayn tersenyum sumbang.
"Tadi ada masalah sedikit," pandangan Zayn mengarah kepada gadis tomboy itu, yang tepat duduk berhadapan dengannya, sepertinya perempuan itu tidak menyukai kehadiran Zayn di sana. "Lo cewek satu, mau ikut balapan lagi, jatuh nangis?" Ucap Zayn sedikit melirik gadis tersebut yang sama sekali tidak merespon ucapanya.
"Aina Lo urusin Zayn, Dia aja kayanya enggak suka banget sama Lo." Celetuk salah satu laki-laki.
"Sudah kebal Gue Tur, sama Aina.'' Jawab Zayn, menanggapi dengan biasa saja. Soal perempuan itu memang Zayn tidak tahu menahu kenapa bisa terlihat ketidaksukaanya terhadap dirinya. Padahal Ia baru saja datang, dan perempuan itu sudah menampakan wajah masamnya saja.
"Jadi hari ini kita jadi ke Sentul, apa enggak?" tanya orang yang dipanggil Tur oleh Zayn, Fathur kah Namanya, seperti nama salah satu ketua BEM yang pernah terkenal pada masanya?
"Si Guntur ngebet banget mau ke Sentul, ketemu sama ceweknya yang dua tahun LDR, namun sayang udah diambil orang, dan cintanya tergantung di jembatan Ancol." Ucap laki-laki yang lain, sementara Aina lebih fokus mengaduk minuman di hadapannya.
"Kaya Lo sukses aja di bidang asmara, dari pada Lo belum di tembak malah berpaling, pelampiasan aja Lo, Fahmi." Sahut Guntur, iya Namanya Guntur, namun kisah cinta lebih menyakitkan dari pada mendengar suara guntur, yang jelas mereka tidak beruntung dalam istilah percintaan. Usia mereka tidak belasan lagi. Namun percintaan mereka lebih tragis dari pada anak SD sekarang yang sudah Ayah-Bunda-an. Sayang generasi muda sekarang sudah terkontaminasi dari budaya luar, dengan istilah yang disebut pacaran. Tidak seperti masa Siti Nurbaya katanya. Entah mereka dapat ajaran darimana dan dari siapa.
"Na! Lo keluar rumah izin apa? entar kita lagi yang di tuduh culik anak orang." Ucap Zayn, mengenai Aina perempuan sendiri disini.
"Gue enggak izin, lagian Bokap enggak di rumah juga, Nyokap sibuk sama Bokap tiri sama anak-anaknya, Gue enggak ada siapa-siapa itu, bebas dong?" Sahut Aina ketus, dari ucapanya, dapat disimpulkan Aina ini korban broken home. Apakah dengan perceraian orang tua anak yang akan menjadi korban, sehingga Aina tumbuh jadi seperti ini. Namun ada apa sebenarnya hubungan antara Zayn dengan Aina.
"Kalau Bokap Lo marahin Lo?" Tanya Zayn, membuat Aina memutar malas bola matanya.
"Tinggal Gue ngomong kalau Gue pergi sama Lo, biar Lo yang kena marah." Jawab Aina, terdengar kekehan pelan darinya, membuat Zayn mendelik tajam. Bisa-bisanya Zayn dijadikan umpan. Perempuan ini tidak sadarkah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Syawal #1 (End)
Teen FictionSequel Presma pesantren, bisa dibaca terpisah. Ketika menjadi berbeda itu pilihan, termasuk anak kembar. Punya perbedaan juga, dan juga tak harus di samakan Bukan? "Gue disini hanya ingin menyalurkan kebahagian Gue, kenapa harus seperti ini yang Gue...