91

5.4K 393 46
                                    

Sani meletakan secangkir teh didepan Dania,lalu duduk dihadapan nya bersama dengan putri nya,Ita.

"Saya kesini mau minta tolong sama anda." ujar Dania membuat Sani mengangguk.

"Buat suami anda tutup mulut tentang saya atau.." Dania melirik tajam ke arah Ita yang sudah memeluk ibunya kencang.

"Dia mati ditangan saya karena suami anda." ucapnya membuat Sani memeluk Ita kencang.

"Jangan bunuh anak saya Bu jangan. Anak saya masih kecil jangan celaka kan anak saya." lirih Sani.

Dania tersenyum sinis. "Saya tidak akan menyentuh anak anda kalo suami anda bisa tutup mulut." kata Dania.

Ita menatap ibunya takut,ia tidak ingin dipisahkan lagi dengan ibunya. Sudah cukup ia berpisah dengan ayahnya kemarin dan sekarang ia tidak ingin sendiri.

"Saya akan berusaha untuk membujuk suami saya tutup mulut,saya janji Bu saya janji." Yakin Sani.

Dania tersenyum dan berdiri. "Baik,saya pegang ucapan anda. Tapi,kalo sampe polisi nyari saya,anda dan anak anda yang saya datangin pertama kali disini." Sela Dania dengan tajam.

Sani mengangguk lemah. Ia memeluk Ita yang sudah menangis.

"Tidak papa,Nak... Ada ibu.." ucap Sani menenangkan Ita.

Setelah kepergian Dania,Sani menutup pintu rumahnya.

Entah apa yang harus ia lakukan,disisi lain ia harus menyelamatkan suaminya tetapi disisi lain nyawa anaknya dalam bahaya.

🌸🌸🌸

"Masalah satu beres, seenggaknya hidup gue lebih aman." ujarnya.

Dania menjalankan mobilnya keluar dari kampung tempat istri dan anak darman tinggal.

Setidaknya ia bisa mengatasi sendiri,selebihnya ia akan mengurus dengan anak buahnya.

🌸🌸🌸

"Lo beneran gakpapa?" tanya Dinda pada lenta yang hanya mengaduk adukan minumannya.

"Len?" Dinda menyentuh tangan lenta membuat lenta kaget.

"Ngelamunin apa si Lo?" tanya Dinda.

"Gakpapa Din." jawab lenta.

Dinda memutar matanya malas,sahabatnya ini tidak bisa membohongi dirinya lagi. Dia pikir dirinya baru mengenal sebentar tentangnya?

"Gue tau ada yang Lo pikirin kan? Cerita aja sama gue,siapa tau gue bisa bantu." ujar Dinda.

Lenta menghela nafasnya,menatap mata sahabatnya. "Gue takut Reyhan ninggalin gue."

Pletak.

Dinda menjitak dahi lenta keras sampe lenta mendesis kesakitan.

"Shhhss.. Astagfirullah sakit tau Lo ngapain si!" pekik lenta mengusap dahinya yang memerah.

"Sebel gue denger omongan ngaco Lo. Suami Lo ga mungkin ninggalin Lo dalam keadaan hamil apalagi hamil anak pertamanya. Udah deh gausah negatif gitu pikirannya." Seru Dinda.

Benar ucapan Dinda, harusnya dia tidak berpikiran seperti itu. Tapi tetap saja dari dalam hatinya rasa kehilangan selalu ada.

REY-TA 2 (MARRIED) - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang